Rani meletakkan beberapa buku di atas meja kantin sekolah. Dia sangat kesal karena tidak menemukan cerita dongeng 'Putri dan Pangeran'. Bahkan sudah banyak toko online dia jelajahi di internet tetapi tetap saja yang datang tidak sesuai dengan apa yang diceritakan Lala.
"Lo mau ganti profesi dari penulis jadi pendongeng?" Selasa geleng-geleng kepala saat melihat sahabatnya yang mulai memiliki kebiasaan mengumpulkan bermacam-macam judul dongeng.
"Gue itu capek nyari dongeng judulnya Putri dan Pangeran," gerutu Rani lalu duduk di bangku kantin.
"Mungkin bukan itu judulnya, Ra," timpal Chandra.
"Gue nggak tahu juga tapi dongeng itu tentang Putri dan Pangeran," balas Rani.
"Ya udah lo bikin sendiri aja tuh cerita. Lo, kan penulis!" suruh Aji.
"Nggak serulah, kalo gue bikin sendiri belum tentu bisa sebagus itu!" Rani masih berusaha sabar karena uangnya sudah habis membeli banyak buku kumpulan cerita dongeng.
"Terserah lo deh, Ra." Selasa mulai menyerah dan tidak mau berdebat.
"Nanti anterin gue ke toko buku ya, Sel," pinta Rani memasang wajah memelas.
"Ogah ya, gue capek dari kemarin lo ngajakin gue buat nyari tuh dongeng, udah empat perpustakan sama empat toko buku loh, Ra." Selasa tak habis pikir dalam dua hari mereka keliling kota Jakarta untuk mencari dongeng yang diceritakan oleh Lala.
"Ada 2 perpustakaan sama 2 toko buku lagi yang belum kita kunjungi, Sel." Rani berusaha agar Selasa ingin menemaninya kembali.
"Nggak! Minta anterin sama yang lain aja," tolak Selasa.
"Kenapa lo sampai segitunya pengen tau kelanjutan dongeng itu?" tanya Chiko.
"Karena gue sama Putri yang di dongeng itu sama. Sama-sama kehilangan orang yang dicintai!" jelas Rani membuat mereka mengangguk paham.
Ada rasa kasihan di relung hati mereka saat Rani mengatakan kehilangan orang yang dicintai. Mereka tak bersuara sampai ada dua pelayan kantin datang membawakan makanan dan minuman yang telah dipesan.
"Lo nggak mesenin gue makan, Sel?" tanya Rani saat melihat tidak ada telur gulung kesukaannya.
"Gue pesenin lo baso," jawab Selasa setelah menyeruput es teh.
Rani terima dengan senang hati karena baso termasuk dalam kategori makanan favoritnya. Tidak lama dari itu Pangeran, Nafis dan Rey datang dan ikut bergabung.
"Buset, lagi ada bazar buku dongeng atau gimana? Banyak bener," celetuk Rey sambil memegang buku dongeng milik Rani.
"Nggak usah pegang-pegang," ketus Rani.
"Lagian lo ngapain beli buku dongeng sebanyak ini, Ra? Pantes aja tadi ada Kang Paket datang nyariin lo," ujar Rey.
"Gue itu lagi nyari dongeng yang diceritain Lala waktu itu lho Rey." Rani menghela napas karena sampai sekarang belum ketemu juga.
"Guys, gue balik duluan ya, soalnya dari tadi nyokap nelpon mulu," pamit Selasa.
"Tapi Sel." Rani hendak mencegat Selasa tapi perempuan itu sudah melangkah jauh."Terus gue ke toko buku sama siapa? Masa iya sendirian."
Rani menatap Pangeran dan teman-temannya satu persatu tetapi mereka saling tunjuk dan berakhir dengan Pangeran yang menyerahkan diri untuk mengantar Rani.
"Nggak papa, kan?" tanya Rani sedikit ragu."Atau gue sama Rey aja deh."
"Boleh," kata Rey membuat Rani berteriak senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]
Novela JuvenilPERINGKAT 1 DALAM KATEGORI SCIENCE🥇❤ Jangan lupa vote, komen dan share ya guys🌻 Sudah Terbit di Androve Publisher 💦 Terima kasih banyak! ••• National High School of Technology dipenuhi oleh murid cerdas, jenius dan kaya raya. Sekolah yang banyak...