Rindu Pangeran

41 8 18
                                    

Tahta telah menepati janjinya untuk menjadikan Rani seorang muslimah yang taat. Kini Rani benar-benar istiqomah memakai khimar setelah lulus sekolah. Sekarang sudah 2022 tetapi cinta Rani masih untuk laki-laki yang ia temui di tahun 2018.

Rani tidak menyangka akan lost contact dengan Pangeran. Bahkan, Chiko tidak pernah menghubunginya padahal mereka sepupu. Tiga tahun ini yang ia lakukan hanya membenah diri menjadi lebih baik. Namun, rasa rindu Rani kepada semakin kuat. Ia kadang menangis karena memikirkan Pangeran.

Apa Pangeran ingin mengingkari janji? Pertanyaan itu selalu memenuhi pikirannya. Rani menghela napas saat melihat tugas kuliah menumpuk di atas meja belajarnya. Ia benar-benar lelah sekali hari ini.

Rani bertanya kepada Selasa perihal Pangeran yang tidak menghubunginya. Namun, Selasa pun bingung karena memang anggota inti Science gang itu seperti hilang ditelan bumi.

Meskipun Science gang telah bubar tetapi Pangeran dan keenam sahabatnya melengenda di National High School of Technology.

Rani berharap Pangeran akan baik-baik saja dan kembali ke Indonesia menepati janjinya. Ia sangat merindukan laki-laki berwajah tampan, manis dan cerdas.

Hari ini Tahta meminta Rani untuk tidak ke mana-mana. Karena ada tamu yang akan datang bersilaturahmi. Dewi juga sedang sibuk membuat makanan dibantu oleh Bi Tuti— asisten rumah tangga.

Rani sangat penasaran siapa tamu yang Tahta maksud. Kenapa ia harus memakai gamis yang telah di siapkan oleh Dewi? Padahal Rani punya gamis lain, walaupun tak secantik yang diberikan oleh Dewi.

"Bu, lagi bikin apa?" tanya Rani.

"Rendang, Nak." Dewi tersenyum simpul.

Rendang? Apa mereka mengadakan acara makan siang? Selain itu ada juga risol, pempek dan masih banyak lagi. Mungkin tamu yang akan datang itu semua kolega bisnis Tahta.

"Non, penata rias sudah datang," kata Bi Tuti.

"Hah? Mau ngerias siapa?" Rani bingung."Siapa yang mau nikah?"

"Bukannya Non Rani mau lamaran," kata Bi Tuti.

"Apa?" pekik Rani terkejut, ia menoleh Dewi yang tersenyum kepadanya."Bu, siapa yang mau ngelamar Rani?"

"Laki-laki yang baik," jawab Dewi.

"Rani nggak mau nikah selain sama Pangeran!" tolak Rani, napasnya naik turun."Siapa nama laki-laki yang mau ngelamar Rani, Bu?"

"Ibu belum tahu, Nak." jawaban Dewi membuat Rani frustasi.

"Nggak! Rani nggak mau nerima lamaran laki-laki lain. Rani mau nunggu Pangeran dan sampai kapan pun pilihan Rani tetap Pangeran Mahardika," putus Rani kemudian melangkah pergi.

Rani menangis tersedu-sedu di kamar karena Dewi dan Tahta tidak berdiskusi dulu dengannya. Dia tidak mau menikah dengan orang lain.

Berkali-kali Dewi mengetuk pintu, tetapi tetap saja Rani tidak mau membukanya. Rani berniat untuk kabur dari rumah. Namun, dia tidak mau membuat keluarganya menanggung malu.

"Ra, Ibu boleh bicara sebentar nggak?" Dewi mencoba membujuk Rani.

"Nggak! Kalo Ibu maksa Rani buat nikah sama orang lain. Rani bakal ngurung diri di kamar selama setahun," ancam Rani dengan suara serak."Rani mau nikah sama Pangeran Mahardika!"

"Iya, tapi kamu harus temui dulu calonmu, setelah itu baru kamu bisa memberi keputusan," ujar Dewi.

Rani pun membukakan pintu kamarnya. Dewi mempersilakan tukang rias untuk masuk. Rani hanya diam, yang ada dipikiran dia sekarang adalah Pangeran.

Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang