Tak Disangka

76 18 7
                                    

"Asam lemah bertemu basa konjugasi menjadi larutan buffer. Kalau aku bertemu kamu menjadi baper."

~ Saraga Arsenio ~

☆☆☆☆☆♡♡♡♡♡♡♡☆☆☆☆☆


Setelah beberapa saat Dokter pun keluar dengan wajah sedikit cemas.

"Bagaimana keadaan dia, Dok?" tanya Rey.

Dokter terdiam.

"Dok, dia baik-baik saja 'kan?" kini Pangeran yang bertanya.

"Dia baik-baik saja, hanya perlu dirawat inap untuk memulihkan kondisi tubuhnya," jelas Dokter, mereka yang syok pun sedikit merasa tenang.

"Apakah ada walinya?" tanya Dokter.

Mereka terdiam.

"Apa dia harus pindah kamar Dok?" tanya Pangeran karena ruang VIP ini kamar Arsen.

"Lebih baik dipindahkan," balas Dokter.

"Nggak usah!" Arsen menolak, ia tidak mau Rani masuk sembarang kamar.

Semua menoleh ke arah Arsen. Apa-apaan ini!

"Lo apa-apaan sih Sen," bisik Pangeran.

Arsen melotot, matanya memerah karena menahan tangis sedari tadi. Ia tidak tega melihat orang yang dia sayang sakit juga.

"Gue nggak bisa Pan! Gue nggak mau nanti dia dimasukkan ke kamar sembarangan," balas Arsen.

"Gue tahu lo suka sama dia, gue tahu lo cinta sama dia. Tapi lo juga harus mikirin keadaan lo sendiri Sen!" seru Pangeran hingga mereka disana terbelalak.

Sejak kapan Arsen suka sama Rani. Apakah sudah pernah bertemu dan bagaimana bisa. Sakit? tentu saja itu yang dirasakan Rey. Bagaimana bisa Arsen juga mencintai perempuan yang juga dicintai oleh Rey. Bagaimana dengan Pangeran. Dia sulit ditebak!

"Apa lo bilang?" ketus Rey.

Dokter melihat suasana disana semakin ricuh pun pamit undur diri. Biarkan saja nanti urusannya dia dengan Sultan atau Prabu. Dokter pun tahu kalau Pangeran dan teman-temannya terutama Arsen sangat dihormati di rumah sakit ini. Mereka punya Pangeran, anak pemilik rumah sakit Brawijaya.

"Sejak kapan lo suka sama dia?" tanya Chandra bingung.

"1 tahun yang lalu," jawab Arsen.

"Tapi gue nggak tahu kalau dia rentan terhadap cuaca dingin!" Arsen mengacak rambutnya frustasi.

Seorang perawat keluar menghampiri mereka.

"Ada yang namanya Rey?" tanya Perawat.

Mereka menoleh dan terkejut. Kenapa Perawat ini keluar langsung menanyakan Rey. Apakah ada sesuatu terjadi dengan Rani. Lalu kenapa memanggil Rey?

"Saya Sus," jawab Rey, perawat itu mempersilakan Rey masuk lalu disusul Arsen dan teman-temannya.

"Rey," panggil Rani dengan mata yang masih terpejam.

Rey mendengar itu langsung menghampiri Rani kemudian memegang tangan Rani,"Iya kenapa Ra, gue disini."

"Rey," panggil Rani lagi.

Rani belum sadar sepenuhnya. Tetapi selalu saja Rani memanggil nama Rey. Orang yang selalu ada untuknya selama ini. Menjaga perempuan itu dari segala macam bahaya. Orang yang sangat mencintainya.

"Rey," panggil Rani untuk ketiga kalinya. Lalu tak bersuara lagi. Genggaman tangan Rani terlepas.

Rey panik begitupun dengan yang lainnya. Arsen menerobos kedua perawat itu agar minggir. Dia memegang tangan sebelah kiri Rani dengan lembut. Begitupun dengan tangan sebelah kanan dipegang erat oleh Rey. Mereka berdua memohon kepada Tuhan agar Rani secepatnya sadar.

Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang