Ke pasar kuto bersama kakek
Singgah sebentar di Lemabang
Kami cucu juragan pempek
Aduhai Maknyus dari kota palembang_Pangeran Mahardika & Abrisam Reynanda_
______♡♡♡♡♡♡♡♡______
Chandra memimpin jalan menuju ruang kepala sekolah. Suasana sekolah sekarang sangat tenang karena telah memasuki jam pelajaran dan istirahat sekitar tiga puluh menit lagi. Aura tampan dan berkarisma mereka begitu menguak hingga penjuru kelas. Langkah jalan saja dapat menghentikan proses pembelajaran di kelas yang sedang mereka lewati.
Beberapa guru memarahi muridnya ketika tidak memperhatikan materi yang sedang diterangkan. Chandra memberi senyum manis miliknya kepada setiap penghuni kelas hingga membuat para perempuan bersorak gembira. Dia adalah mantan ketua osis dan sekarang jabatan itu sudah diserahkan kepada Aji Habibie sebagai pemenang suara terbanyak bersama rekannya, Nina.
"Hei, mau pada kemana?" teriakan Chandra begitu menggelegar.
Rey, Aji, Nafis dan juga Rani spontan menoleh.
"Mau minggat," cetus Rey.
"Dasar berandalan," cibir Pangeran.
"Si Chan tuh yang berandalan. Seragam kagak rapi gitu mau ketemu kepala sekolah bisa di tempeleng lo," tegur Rey.
"Woleslah, Pak Ratih nggak mungkin berani tahuleng gue," jawab Chandra tanpa beban kemudian menyampirkan almamater dibahu kokohnya.
"Pak Fatih, goblok amat sih lo Chan. Tahuleng, tahuleng. Kehabisan tempe lo makanya pakai tahu." Chiko menepuk keras bahu Chandra hingga lelaki itu meringis.
"Duh, ada penyemangat gue nih," goda Arsen lalu melangkah menghampiri Rani.
"Ini kenapa pada ngobrol. Cepat ke ruang kepala sekolah sekarang!" seru Bu Nikel.
"Siap. Science gang bentuk formasi, jalan!" Chandra mengomandani, suaranya seperti danton paskibra.
Ketujuh lelaki itu berbaris sejajar dengan Pangeran berada di tengah agak depan, sisi kirinya ada Chandra, Rey dan Nafis. Sedangkan bagian kanan Arsen, Chiko, terakhir si bungsu Aji. Sesaat kemudian mereka melangkah seraya mengeluarkan kacamata hitam, entah datang dari mana. Lalu berjalan layaknya fashion show.
Rani dan Bu Nikel saling menatap bingung. Dua perempuan itu tersenyum seraya menggeleng tak habis pikir dengan tingkah mereka.
"Kalau kamu berteman dengan mereka harus banyakin sabar," kata Bu Nikel menepuk bahu Rani pelan.
"Iya Bu," jawab Rani terkekeh kecil.
"Ayo, kamu mau ke ruang kepala sekolah juga 'kan?" ajak Bu Nikel.
Rani mengangguk lalu mensejajarkan langkahnya dengan Bu Nikel.
Chiko mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Tetapi tak ada jawaban dari Pak Fatih. Karena sudah capek terlalu lama menunggu akhirnya Pangeran memegang knop pintu.
"Assalamualaikum Pak," ucap Chiko bersemangat.
"Bisa pelan nggak! Kuping gue pengang," desis Rey karena Chiko tepat berada disampingnya.
"Maaf, lagian Pak Fatihnya kagak nongol," jawab Chiko.
"Masuk aja palingan Pak Fatih lagi nyetor di toilet," kata Arsen melangkah masuk duluan seraya mengedarkan pandangan."Ruangannya nggak pernah berubah dari tahun lalu tetap gini-gini aja nggak kreatif."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]
Fiksi RemajaPERINGKAT 1 DALAM KATEGORI SCIENCE🥇❤ Jangan lupa vote, komen dan share ya guys🌻 Sudah Terbit di Androve Publisher 💦 Terima kasih banyak! ••• National High School of Technology dipenuhi oleh murid cerdas, jenius dan kaya raya. Sekolah yang banyak...