Pengakuan Rani

46 14 4
                                    

Teruntuk kalian

Selamat pagi :)

Selamat siang :)

Selamat sore :)

Selamat malam :)

Sehat selalu yaa

_____♡♡♡♡♡♡♡______

Semua siswa sedang mengunjingkan Rani. Mereka berbisik-bisik ketika Rani berjalan menuju kelasnya. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tetapi, tatapan orang-orang seakan ingin memakan dirinya hidup-hidup. Tiba-tiba tangannya ditarik oleh Selasa.

"Ikut gue," ajak Selasa.

"Kemana?" tanya Rani bingung.

Rani mematung di tempat ketika fotonya bersama Yudha berada di mading sekolah. Rani langsung merobek semua foto dan tulisan yang sangat menyakiti perasaannya. Siapa yang tega melakukan ini kepada Rani. Tertulis di mading 'Perempuan murahan! Penerima beasiswa yang tidak tahu diri!'

"Dasar murahan!" teriak salah satu siswi seraya mendorong Rani. Untung saja Selasa langsung menahan tubuh Rani.

"Lo itu harus tahu diri Rani, sana-sini mau. Arsen mau, Pangeran juga mau. Sekarang, lo makan bareng sama Yudha," bentak seorang perempuan, dia tidak tahu siapa yang sedang menghinanya.

"Wuuu," sorak mereka mengejek Rani.

"Silahkan, kalian mau ngehina gue. Tapi yang jelas gue nggak punya hubungan apapun dengan Yudha dari SMA Dewangga 127," jelas Rani dengan penuh emosi.

"Lo ngaku aja Rani, kalau sebenarnya lo itu manfaatin Arsen biar bisa ikut olimpiade kimia. Karena Arsen sakit-sakitan jadi lo bisa sepuasnya ngambil posisi Arsen menjadi sang juara." Viona menjadi pusat perhatian ketika dia berjalan menghampiri Rani sambil mengatakan kebohongan yang membuat Rani naik pitam.

"Terserah, lo mau ngomong apa. Tapi ingat, gue nggak bakal terima kalau kalian semua menghina Arsen sakit-sakitan!" Rani menatap tajam satu persatu siswa dan siswi yang berada disana terutama Viona.

Rani mencengkeram kerah seragam Viona,"Apa lo bilang tadi? Gue manfaatkan Arsen untuk menjadi juara. Lo memang benar, gue manfaatin Arsen. Terus gue jatuh cinta sama Arsen. Puas lo!"

Rani melepaskan cengkeramannya pada seragam Viona yang masih terkesiap,"Mau gue kasih tahu sebermanfaat apa Arsen bagi gue. Dia mampu membuat gue bangkit untuk melawan rasa trauma. Dan satu hal lagi yang harus kalian semua tahu...."

Rani menunjuk dirinya, dia tidak tahu mendapat keberanian dari mana. Dari hati yang paling dalam dengan mata berkaca-kaca Rani memberi pengakuan,"Gue Putri Maharani sepenuhnya mencintai Saraga Arsenio dari dua tahun yang lalu sampai sekarang dan selamanya."

"Lo harus sadar diri, mana mau Arsen sama lo," cibir Sasha kebetulan menyukai Arsen.

"Tahu tuh, halusinasi ya," ejek Bella.

"Gue memang punya trauma. Tapi buat kalian yang ngehina gue dan bilang Arsen sakit-sakitan. Gue nggak bakal takut! Karena mulut kalian itu perlu gue sumpel pakai sepatu biar nggak seenaknya kalo ngomong!" Napas Rani memburu, airmatanya seketika luruh begitu saja. Dia tidak tahan jika dihina seperti ini.

"Luar biasa," teriak Chiko seraya bertepuk tangan.

Ternyata pertengkaran itu disaksikan oleh tujuh bintang National High School of Technology. Mereka langsung diberi jalan untuk menghampiri Rani. Memiliki daya pikat yang luar biasa, membuat siapa saja terbuai olehnya. Rani tercengang atas kedatangan Science gang. Dengan cepat dia menyeka airmatanya.

Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang