Aku happy banget karena pembaca Pangeran Mahardika tembus 1 K. Aku nggak nyangka bakal sampai 1 K, karena aku sering promosi sana-sini tapi nggak ada yang respon.
Alhamdulillah, ternyata ada yang respon dengan baik cerita ini. Dukung cerita Pangeran Mahardika hingga end.
Yang lebih happy lagi, ada yang berharap Pangeran Mahardika diterbitkan dan bisa jadi series.
Aamiin Ya Allah, kita sama-sama berdoa ya. Semoga doa kalian dikabulkan Allah. Aku juga berharap semoga cerita ini bisa memberi manfaat untuk kalian semua.
Teman-teman satu komunitas kepenulisan di WA terima kasih ya, sudah bantu aku selama ini.
Terima kasih semuanya❤🌻
Selamat membaca :)
____♡♡♡♡♡♡♡____
Seorang laki-laki sedang berada di depan makam Arsen. Ia sangat rindu, mimpi yang ia bangun bersama sahabatnya telah sirna. Kalau kalian menyangka itu adalah Pangeran. Maka jawabannya benar. Kini dia tengah tertunduk lesu seraya menatap nanar gundukan tanah yang ditanami bermacam-macam bunga oleh Chandra.
"Sen, lo baik-baik aja di sana? Lo nggak perlu minta maaf, karena lo nggak salah. Cinta nggak salah, Sen. Lo sama gue sama-sama suka Rani. 8 tahun gue nunggu Rani dan gue ikhlasin dia buat lo, Arsen. Lo tahu kenapa? Karena laki- laki yang Rani cinta itu bukan gue tapi lo. Saraga Arsenio!" ungkap Pangeran.
Tanpa Pangeran tahu ada yang mendengarnya. Seseorang itu langsung berbalik dan mengurungkan niat untuk mengunjungi Arsen.
Sedangkan Pangeran melirik jam di pergelangan tangannya. Ia sentak karena sebentar lagi gerbang sekolah bakal ditutup. Laki-laki itu berpamitan kepada Arsen lalu berlari keluar pemakaman umum.
"Gawat," ujar Pangeran saat tiba di parkiran lalu menaiki motornya kemudian melaju dengan cepat. Tak lupa memakai helm yang membuat dia semakin keren.
Pangeran berdecak sebal ketika gerbang benar-benar tertutup. Upacara sudah dimulai sekitar sepuluh menit yang lalu. Dia turun tanpa melepaskankan helm berteriak memanggil satpam.
"Pak, saya mohon," ujar Pangeran memohon.
"Siapa suruh telat," kata Satpam tanpa membukakan gerbang sekolah.
Tiba-tiba ada seorang perempuan datang dengan napas tersengal-sengal. Dia berpegangan pada gerbang untuk mengatur napas.
"Lo telat juga," kata perempuan itu membuat Pangeran tersenyum dibalik helm." Pak, tolong bukain pintu gerbangnya. Saya udah sebulan nggak belajar offline, online mulu. Saya juga mau ketemu sama temen-temen saya, Pak."
"Emang punya temen?" tanya Pak Satpam.
"Punya dong, Pak." Rani terlihat kesal dengan pertanyaan Satpam. Seakan-akan dia selama ini tak punya teman. Ia pun melirik Pangeran yang berada di sampingnya."Lo kok santai banget sih. Kita itu telat, emang mau dihukum?"
Pangeran melepas helmnya lalu menatap Rani,"Nggak papa, setidaknya gue punya temen kalo dihukum."
"Pan," panggil Rani ketika melihat guru piket sedang berjalan ke arah mereka.
"Bisa telat juga kalian berdua. Janjian atau kebetulan?" Guru piket itu bersedekap dada."Buka gerbangnya, Pak."
"Kebetulan, Pak." Rani menjawab dengan jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]
Teen FictionPERINGKAT 1 DALAM KATEGORI SCIENCE🥇❤ Jangan lupa vote, komen dan share ya guys🌻 Sudah Terbit di Androve Publisher 💦 Terima kasih banyak! ••• National High School of Technology dipenuhi oleh murid cerdas, jenius dan kaya raya. Sekolah yang banyak...