Rumah Arsen

42 15 1
                                    

"Jika kau cinta, jagalah dia!"

______♡♡♡♡♡♡♡______

Diluar kafe Rani terkejut saat tangannya kembali dicekal oleh Yudha. Ternyata dia mengawasi mereka,  sekarang bukan lagi Selasa yang menjadi incarannya tetapi Putri Maharani. Perempuan cantik yang dia temui dua jam yang lalu.

"Lo apa-apaan sih Yud. Lepasin nggak!" Selasa memukul Yudha agar melepaskan cekalannya pada Rani.

"Lo nggak waras ya?" Rani memelintir tangan Yudha lalu menendang kaki lelaki itu terakhir menghadiahinya dengan meninju perut Yudha hingga sedikit terbatuk.

"Ayo kabur," ajak Rani ketika Yudha sudah terduduk lemas di teras kafe.

"Mampus lo!" Selasa menyempatkan diri untuk menjewer Yudha.

"Brengsek tuh cewek si Arsen!" geram Yudha.

Gelak tawa terdengar jelas di telinga Yudha yang masih kesakitan. Baru kali ini ada cewek yang berani meninju perutnya dengan sangat kuat. Bagaimanapun caranya dia harus bisa menjadikan Rani sebagai pacar.

"Syukurin," ledek Rey pada lelaki yang baru saja dihajar oleh Rani.

"Gue tunggu lo di olimpiade bulan depan," ujar Chandra berjongkok menatap Yudha secara intens.

"Siapkan mental dan otak," cibir Chiko mengulurkan tangannya membantu Yudha untuk berdiri."Science bukan pecundang kayak Uranus."

Uranus adalah nama geng dari sekolah SMA Dewangga 127 yang dipimpin oleh Gabriel Zain. Mereka sangat membenci Science gang karena telah mengalahkan mereka dalam olimpiade sains. Gabriel selalu menantang anggota inti dari Science untuk balapan. Pada akhirnya Rey yang maju untuk melawan Gabriel. Oleh sebab itu motor Rey sering mogok.

"Lo pulang sama gue," ajak Arsen kepada Rani ketika hendak masuk mobil Selasa.

"Nggak usah, katanya lo punya urusan." Rani tidak mau Arsen mengantarnya nanti jadi kebiasaan.

"Gampanglah itu," kata Arsen.

"Lo yakin nggak bareng gue Ra?" tanya Selasa memastikan.

"Makasih ya Sel. Gue pulang bareng Arsen aja," putus Rani, kalau dia menolak pasti Arsen sangat marah kepadanya.

"Oke, hati-hati dijalan." Selasa melangkah masuk mobil dan melambaikan tangan kepada teman-temannya.

Chiko mengklakson seraya membuka kaca mobilnya,"Kita duluan."

Dalam mobil Chiko ada Chandra disamping kemudi. Dibagian belakang Nafis dan Aji. Sedangkan Pangeran memakai mobilnya bersama dengan Rey. Dan Arsen selalu diantar oleh supir pribadi semenjak mengidap penyakit leukimia.

"Jalan Mang," suruh Arsen.

Mang Nanang menoleh sebentar lalu menjalankan mobil,"Den Arsen nggak boleh sembarangan bawa cewek. Mentang-mentang dia mirip sama Non Putri."

Rani menoleh Arsen untuk meminta jawaban dari perkataan Mang Nanang. Putri siapa yang dia maksud.

"Dia Putri," kata Arsen tersenyum tipis.

"Owalah, Mang kirain orang lain Non. Maaf ya Non," ujar Mang Nanang merasa bersalah."Kenapa nggak pernah ke rumah Non?"

"Tapi kita baru ken—"

"Ini mau Arsen ajak ke rumah Mang," potong Arsen cepat.

"Ini maksudnya apa? Bisa lo jelasin ke gue nggak, Sen." Rani masih bingung arah bicara Mang Nanang dan Arsen.

"Nanti ya, nunggu sampai di rumah." Arsen mengantuk ingin tidur di bahu Rani. "Boleh pinjam bahu sebentar."

Rani mengangguk.

Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang