Putri dan Pangeran

20 8 1
                                    

Malam ini cuaca kota Jakarta begitu dingin membuat sosok perempuan berambut panjang sedikit mengigil ketika angin menerpa tubuhnya. Karena ingin mencari suasana baru dan menghilangkan penat ia mencari pekerjaan. Dia tidak tahu kalau sekarang banyak pengunjung di kafe tempat ia kerja. Bukannya senang malah kewalahan, lebih baik dia tidur di rumah dan menulis naskah novel.

"Mbak, pesanan gue mana?" kata salah satu pelanggan.

Rani tersenyum lalu berkata,"Sebentar ya Kak."

"Lelet amat sih Mbak, keburu jamuran gue di sini," keluh laki-laki itu yang dari tadi membuat Rani kesal karena selalu memesan makanan tetapi tidak dimakan.

"Udah ya, gue capek." Rani menatap laki-laki itu dengan wajah memelas.

"Nggak, makanan kesukaan gue belum lo pesenin! Atau lo mau dipecat karena lelet," ancam Pangeran.

Benar, sosok laki-laki yang membuat Rani kesal malam ini adalah Pangeran Mahardika. Bahkan sudah satu jam dia habiskan hanya untuk melayani pesanan Pangeran yang sangat banyak.

"Terserah lo aja deh," kata Rani lalu duduk dan mencomot kue yang dipesan Pangeran.

"Eh, kenapa lo makan?" Pangeran terkejut lalu memberikan selembar tisu kepada Rani karena belepotan.

"Ya nggak papa, daripada mubazir nggak lo makan," kata Rani tersenyum."Makasih tisunya."

"Ya tapi nggak lo makan juga kali, ini semua buat gue sama temen-temen gue," balas Pangeran.

Rani mengernyitkan dahi,"Jadi gue bukan temen lo?"

"Ya bukanlah," jawab Pangeran santai tanpa memikirkan perasaan Rani.

Rani mencebikkan bibirnya, dia benar-benar kesal dengan Pangeran,"Kayaknya Arsen salah tempat buat nitipin gue. Seharusnya dia nitipin gue ke Rey!"

Mendengar Rani berkata seperti itu seakan-akan membuat napas Pangeran tercekat. Padahal dia hanya bercanda mengatakan kalau Rani bukan temannya. Apalagi mendengar Rani lebih memilih untuk dititipkan kepada Rey daripada dirinya.

"Lo ngapain natap gue kayak begitu? Naksir sama gue?" Rani malu kalau ditatap Pangeran begitu amat dalam.

"Idih." Pangeran langsung mengalihkan pandangannya ke makanan."Ini makanan masih kurang banyak sih."

"Masih kurang banyak? Ini udah semeja penuh Pangeran Mahardika. Lo bisa ngabisin ini semua?" tunjuk Rani dengan raut muka yang sangat terkejut dengan manusia di depannya ini.

Pangeran mengangguk lalu beranjak seraya membawa dua piring yang berisikan steak daging ke meja sebelahnya. Rani hanya diam dan memperhatikan Pangeran yang cukup cekatan. Pangeran juga meminta kepada dua pelayan kafe untuk menyiapkan beberapa makanan lagi.

"Bantuin tuh rekan kerja lo buat nyiapin makanan," suruh Pangeran.

Rani menghela napas dan tetap diam. Dia sudah lelah menyiapkan semua pesanan Pangeran. Ternyata mencari uang tidak segampang yang ia kira. Melihat Pangeran tersenyum senang membuat Rani bertanya-tanya. Ada apa dengan laki-laki itu?

Semua pelanggan sudah banyak yang pulang padahal ini baru jam 08.00 malam. Apa Pangeran sudah mem-booking tempat ini? Bahkan para pelayan begitu sibuk membersihkan dan menyiapkan kembali makanan padahal tidak ada yang memesan kecuali Pangeran.

"Lo lagi bikin acara?" tanya Rani bingung.

"Menurut lo?" tanya Pangeran balik.

"Dih, bikin acara nggak ngajak-ngajak gue," kesal Rani.

"Lagian lo udah ada di sini, buat apa ngajak lo lagi sih," ujar Pangeran lalu duduk di depan Rani.

"Seenggaknya ajak guelah," kata Rani.

Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang