Pangeran memasuki kelas dengan Viona yang selalu mengekorinya. Jika ada sihir yang dapat menghilangkan manusia. Mungkin Pangeran ingin mencobanya agar terhindar dari perempuan manja itu. Selalu saja mengikuti Pangeran kemanapun. Kalau bukan karena Papanya, sudah dipastikan dia tidak akan mau berteman dengan Viona si gadis gila menurutnya.
"Pangeran," panggil Viona entah keberapa kali. Tetapi tetap saja Pangeran tak perduli.
"Bisa diam nggak sih Vi," kesal Chiko yang sedari tadi risih karena selalu memanggil Pangeran.
Viona mengerucut bibirnya kesal.
Bu Sari sebagai guru Matematika saat ini ada jadwal mengajar di kelas XII –01. Ia sangat bersemangat menyiapkan materi pembelajaran hari ini.
"Assalamualaikum," ucap Bu sari dengan dandanan yang sangat mencolok, rambut yang ia sanggul diberinya pita merah sebagai ciri khas.
"Waalaikumsalam," jawab Chiko lantang diikuti Pangeran dan teman-temannya.
"Chiko, itu kaki turunkan dari atas meja!"
Chiko menurunkan kakinya kemudian sedikit merapikan kemeja yang tanpa dikancingkan. Rompinya tergelak di atas meja bersamaan dengan dasi.
"Kancingkan kemejamu, pakai seragam sekolah dengan benar," titah Bu Sari menunjuk seragam Chiko pakai penggaris kayu 30 CM. Tentu saja penggaris itu tidak berat.
Chiko mengangguk lalu mengancingkan kemeja, memakai rompi, dasi. Setelah itu dia menyandarkan punggung di kursi.
"Semuanya berdiri!" suruh Bu Sari.
Mereka menurut meski masih bingung dengan apa yang dilakukan Bu Sari.
"Baiklah, hari ini kita tidak belajar tetapi diganti dengan permainan," kata Bu Sari dibalas raut wajah bahagai oleh para murid. Mereka bersorak senang.
"Jangan senang dulu, Permainan ini mengukur seberapa cerdas dan tangkas kalian." Bu Sari mengitari kelas dengan penggaris yang dia ketukan pelan di telapak tangan.
"Salah satu dari teman kalian akan Ibu beri aba-aba untuk memulai permainan dengan menjawab pertanyaan yang ibu berikan." Mereka terlihat tegang setelah mendengar pernyataan Bu Sari.
"Kalian tidak perlu tegang, Ibu yakin semua murid XII–01 adalah murid yang jenius dan terbaik dari yang terbaik," puji Bu Sari menatap Pangeran lalu tersenyum.
"Ibu kasih 40 point untuk masing-masing kelompok untuk berjaga-jaga, Jika kelompok kalian tidak ada yang bisa menjawab soal yang ibu berikan, maka satu kelompok akan mendapatkan hukuman mengerjakan 5 soal dalam waktu lima menit," terang Bu Sari.
Kelompok dibagi menjadi 4, sesuai dengan barisan meja. Kelompok 1 bagian kiri, 2 dan 3 ditengah, terakhir 4 bagian kanan. Semua bersiap menerima serangan mendadak dari Bu Sari. Setiap kelompok yang Bu Sari pilih sebagai permulaan permainan maka kelompok itu harus menunjuk kelompok lain untuk menjawab pertanyaan selanjutnya.
"35²." Bu Sari memulai permainan dari kelompok 3, menunjuk dengan penggaris kayu tercintanya.
Dengan jantung berdebar-debar Viona menjawab, "1225."
"Jawaban kamu benar, Point bertambah 20," kata Bu Sari.
Kelompok 3 sekarang telah memiliki 60 point.
"Kelompok 1." Viona memilih kelompok itu untuk menjawab pertanyaan.
Bu Sari berjalan menghampiri kelompok 1 untuk memilih siapa yang akan ia beri pertanyaan. Pilihannya jatuh pada cowok duduk paling belakang," Dengarkan baik-baik pertanyaan Ibu, Masing-masing kotak A dan B berisi 12 buah lampu pijar. Setelah diperiksa, ternyata pada kotak A terdapat 2 lampu rusak dan pada kotak B terdapat 1 lampu rusak. Dari masing-masing kotak diambil 1 lampu pijar secara acak, peluang terambilnya sebuah lampu pijar rusak adalah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]
Teen FictionPERINGKAT 1 DALAM KATEGORI SCIENCE🥇❤ Jangan lupa vote, komen dan share ya guys🌻 Sudah Terbit di Androve Publisher 💦 Terima kasih banyak! ••• National High School of Technology dipenuhi oleh murid cerdas, jenius dan kaya raya. Sekolah yang banyak...