Tepat tanggal 04 desember 2018, National High School of Technology melaksanakan Penilaian Akhir Semester. Mereka sudah menerima nomor ujian serta ruangan. Pangeran ada di ruang dua bersama dengan Chiko, Sasha dan Viona.
Sisi lain, Rey berada di ruang tiga duduk paling depan berhadapan dengan meja pengawas. Sedangkan, Rani ada di ruang empat bersama dengan Selasa.
"Selamat pagi, ini kelas berapa?" tanya Pak Galaksi ketika masuk di ruang dua.
"XII-01 sama X-01, Pak." Pangeran menjawab.
Tak berselang lama, kertas ujian dan lembar jawaban dibagikan. Di ruang tiga sudah mulai ulangan dan Rey duduk bersama dengan Aji—kelas XI-01.
Paling rusuh itu ruang 4 yang terdapat Selasa dan Rani di dalamnya. Mereka berdua punya kode tersendiri untuk saling membantu. Karena setiap ulangan pasti meja mereka selalu berdekatan.
"Jangan berisik," tegur Bu Nikel.
Sekarang ulangan kimia dan pengawas ruang 04—Bu Nikel. Tak ada menarik dengan guru satu ini. Bu Nikel sama seperti guru lain, sering berkeliling mengecek setiap murid agar tidak menyontek.
"Ra, nomor sembilan belas apa?" tanya Selasa dengan sangat pelan.
Rani mendengar itu langsung menyentuh alis. Selasa pun mengerti kalau jawabannya adalah 'A'. Begitu pun seterusnya, jika 'B' maka Rani memegang baju. Kebetulan Rani dan Selasa memakai cincin, jadi itu untuk 'C'. Sedangkan, 'D' akan menunjukkan dasi yang mereka pakai. Dan ketika mengucek mata berarti 'E'— eyes.
Berbeda dengan Pangeran dan Chiko jika saling memberi jawaban. Saking dekatnya, mereka saling tatap saja sudah tahu. Berbicara memakai telepati, hanya mereka dua yang mengerti.
Seperti saat ini, mereka berdua saling tatap. Dan Pangeran langsung tahu kalau Chiko kesulitan pada esai nomor 5. Pangeran hanya mengernyitkan dahi lalu melirik soal. Chiko pun mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Pangeran meski hanya sekedar lirikan.
Chiko langsung menuliskan jawabannya karena kunci dari soal itu ada di soal pilihan ganda nomor 30. Tinggal dijabarkan saja memakai rumus tersebut. Urusan nilai belakangan yang penting diisi dulu. Lagi pula peringkat Chiko tidak jauh-jauh dari lima besar. Kalau pun dia gagal di semester ini, masih ada semester depan.
__♡♡♡♡♡♡♡__
Seminggu sudah berlalu, dan Chandra kesulitan menjawab soal matematika. Padahal dia sudah belajar untuk mempertahankan nilai. Namun, ada satu soal essai yang tidak dia jawab. Dia menghela napas, semoga saja peringkatnya tidak turun."Lesu amat muka lu," ujar Pangeran.
"Gue nggak jawab soal matematika peminatan nomor tiga essai," kata Chandra lalu meneguk minumannya.
"Nggak apa-apa," ucap Pangeran."Tapi, matematika wajib lo isi semua, kan?"
"Nggak! Ada dua soal yang belum gue isi." Chandra bisa dibilang paling ambis diantara mereka. Jadi, satu soal saja tidak dia jawab, maka dia akan merasa kurang puas dan gagal. Berbeda dengan Chiko yang asal isi.
"Santai, peringkat lo nggak akan turun. Palingan gue geser sedikit," celetuk Nafis yang sedang asik menyeruput kopi susu.
"Jangan macem-macem, gue ikat lo di pohon duren," ancam Chandra.
Nafis tak peduli dengan ancaman Chandra. Karena tidak mungkin terjadi. Dia saja tidak menjawab tiga soal essai matematika peminatan dan dua soal matematika wajib. Urusan peringkat biarkan guru yang menilai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]
Teen FictionPERINGKAT 1 DALAM KATEGORI SCIENCE🥇❤ Jangan lupa vote, komen dan share ya guys🌻 Sudah Terbit di Androve Publisher 💦 Terima kasih banyak! ••• National High School of Technology dipenuhi oleh murid cerdas, jenius dan kaya raya. Sekolah yang banyak...