Nothing is Fun

49 11 0
                                    

"Jangan menjadi seperti kura-kura yang selalu bersembunyi dibalik tempurungnya."

•Tahta Maharaja•

___♡♡♡♡♡♡♡___

Tatapan tajam orang-orang sudah menjadi makanan sehari-hari di hidup Rani. Luka mendarah daging yang ditorehkan oleh laki-laki tak bermoral membuat dia seakan-akan menjadi wanita paling lemah di dunia ini. Baik dari fisik, mental bahkan hati dia sangat rapuh.

Laki-laki yang tidak akan pernah Rani maafkan, ia tak dendam. Hanya saja sulit untuk melupakannya. Jika dia terlalu lama mengurung diri di kamar. Mungkin saja laki-laki brengsek itu akan lebih leluasa menyiksa batinnya.

Sekarang Rani pergi ke konter handphone untuk memblokir semua akun sosial media yang dia miliki. Dengan berat hati Rani mengikhlaskan akun wattpad yang sudah memiliki banyak pembaca. Rani benar-benar meminta maaf, ini semua demi melangsung hidup agar lebih tenang.

Setelah semua akun dan nomor telepon Rani  terblokir dan tidak ada akses satu pun yang bisa menemukan akun-akunnya. Semua tampak seperti pertama kali dia menggunakan handphone. Jika teman-teman sekolahnya ingin memberi kabar bisa langsung memberitahu Dewi atau Tahta. Boleh juga meneleponnya lewat telepon rumah. Itu lebih efektif dan tidak ada yang menyakiti hatinya.

Tahta sebagai seorang ayah pun setuju, itu semua demi keselamatan Rani. Dia harus terjaga dan tak ada satu orang pun yang boleh menyentuhnya. Bahkan, Tahta sudah memperingatkan kepada Rey dan teman-temannya untuk sedikit menjauh dari Rani. Sungguh, Tahta dan Dewi tidak akan rela anaknya dipegang oleh laki-laki.

Jika perlu, Tahta akan meminta Rani agar sekolah dari rumah saja. Namun, berkali-kali Rani menolak. Ia juga ingin merasakan masa-masa sekolah yang sebentar lagi akan berakhir. Dengan berat hati Tahta pun mengiyakan permintaan anak semata wayangnya. Ada dua syarat yang harus Rani penuhi. Pertama, jangan pernah sesekali untuk berpacaran. Yang kedua, harus tahu batasan antara laki-laki dan perempuan.

"Jika kamu melanggar aturan yang Ayah buat. Maka siap-siap saja kamu akan Ayah kirim ke pesantren!" Itulah peringatan dan ancaman untuk Rani yang tidak suka dikurung tetapi suka mengurung diri.

Baru saja pulang dari konter handphone sudah diberi ancaman yang begitu menusuk. Wajah Rani menegang saat Tahta ingin mengirimnya ke pesantren, sesuatu yang tak pernah dia bayangkan dalam hidupnya. Tahta, tidak keras terhadap Rani. Namun, sedikit memberi pelajaran kalau jadi perempuan itu harus tangguh dan jangan lemah. Dan Tahta peringatkan sekali lagi, Rani harus menjadi anak yang penurut.

Rani merasa ayahnya sudah berubah menjadi galak semenjak dia mengurung diri dan tidak mau ke sekolah. Terlalu banyak uang yang Tahta keluarkan jika beasiswa Rani akan dicabut. SPP sekolah National High School of Technology mahalnya bukan main. Bahkan, tiga tahun sekolah di sana bisa membeli perusahaan besar.

"Ayah tidak mau kamu selalu gegabah dan keras kepala, Rani! Satu bulan mengurung diri di kamar, apakah itu baik untuk diri kamu? Kesehatanmu? Ayah sudah pernah bilang sama kamu, jangan pernah mencintai laki-laki secara berlebihan sebelum dia menjadi suami kamu! Tapi apa? Kamu tidak menurut apa kata Ayah!" Suara Tahta naik satu oktaf menampakkan semua urat-urat lehernya.

"Yah," lirih Rani menunduk seraya memilin baju kaosnya. 

"Besok kamu harus sekolah! Kita bukan orang kaya Rani. Jangan bebani Ayah dengan sikap kamu yang selalu kekanak-kanakan seperti ini. Dewasa itu bukan tentang usia tapi pemikiran! Ayah harap kamu bisa bersikap dewasa!" Emosi Tahta begitu meledak-meledak membuat Rani menjadi takut.

"Yah, jangan terlalu keras sama Rani," tegur Dewi yang sedari tadi hanya diam.

"Ayah tidak keras, Bu! Ayah cuma mau membentuk mental Rani supaya kuat untuk menghadapi kejamnya dunia. Jangan menjadi seperti kura-kura yang selalu bersembunyi dibalik tempurungnya!" Setelah mengatakan itu Tahta pergi ke kamar untuk menenangkan diri.

Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang