Lunch at 1: 00 p.m

32 13 5
                                    

Hallo guysss....

Aku kembali lagii membawakan cerita yang menarik.

Gimana nih kabarnya? Semua pada baik kan?

Ya sudah, selamat membaca :)

____♡♡♡♡♡♡♡____

Mobil Selasa berhenti disalah satu kafe terkenal di Jakarta. Selasa meminta kepada supirnya untuk menunggu saja. Mereka tidak akan lama bertemu dengan Yudha. Suasana kafe begitu ramai sekali. Pengunjung selalu berdatangan, ini untuk pertama kalinya Rani menginjakkan kaki di kafe semewah ini.

"Itu Yudha," tunjuk Selasa dari kejauhan pada sosok lelaki yang duduk di kursi sendirian. Ia memakai celana sepan hitam dipadukan kaos oblong berwarna putih. Jam tangan dipergelangan kirinya terlihat mahal.

"Lo samperin dia, terus gue jagain lo dari sini," suruh Selasa.

"Tapi Sel." Rani ragu untuk melangkah menghampiri lelaki itu. Ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan." Oke, gue kesana."

Rani memegang erat tali tasnya untuk menetralisirkan perasaan gugup. Dia tidak ingin melawan rasa ketakutan terhadap orang asing. Dia harus bisa dan sembuh.

"Dia baik, dia tidak jahat. Dia baik, dia tidak jahat." Berulang kali Rani mengucapkan itu dalam hatinya.

"Bismillahirrohmanirrohim." Dengan keyakinan kuat, dia memberanikan diri menemui Yudha.

"Siapa ya?" tanya Yudha ketika Rani sudah berada di hadapan Yudha.

"Gue Putri, temannya Selasa," kata Rani memperkenalkan diri. Rani tidak mau lelaki ini mengenalinya sebagai Rani.

"Oh, silahkan duduk," suruh Yudha.

"Terima kasih." Rani duduk dengan gugup.

"By the way, kenapa lo yang kesini. Kemana Selasa?" Yudha terkesima dengan kecantikan Putri Maharani.

"Oh, Selasa ada keperluan yang urgent banget. Jadi, nggak bisa datang buat nemuin lo," jawab Rani berbohong.

"Oke, nggak apa-apa. Sebagai gantinya lo lunch sama gue," kata Yudha.

"Nggak bisa, gue banyak kerjaan soalnya," tolak Rani, dia menggigit bibir bawahnya. Kenapa dia harus terjebak dalam situasi seperti ini.

"Semua makanan sudah gue pesen. Nggak baik kalau nolak rezeki," ujar Yudha mencoba menahan Rani untuk tidak pergi.

"Tapi gue—"

"Makanannya sudah datang." Yudha sangat antusias sekali ketika beberapa makanan dibawakan dua pelayan kafe."

"Terima kasih Mbak," ucap Rani lembut lalu tersenyum manis.

"Duh, Selasa benar-benar lagi ngerjain gue nih," batin Rani.

"Lo satu sekolah sama Selasa?" tanya Yudha mencairkan suasana canggung.

"Iya," jawab Rani singkat, padat, jelas dan malas.

"Di sekolah Technology itu gue paling benci sama 7 orang yang ngalahin sekolah gue waktu olimpiade sains." Yudha masih marah karena tahun lalu dia kalah telak oleh Chandra dan Chiko.

"Lo sekolah dimana?" tanya Rani setelah satu suapan nasi sudah dia telan.

"SMA Dewangga 127." Yudha menjawab lalu meneguk air minumnya hingga tandas.

Rani hanya mengangguk. Mungkin dua bulan lagi dia akan melawan sekolah Dewangga 127 di olimpiade kimia. Rani hanya makan sedikit karena perutnya tiba- tiba nyeri.

Pangeran Mahardika ✅ [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang