🌻Happy Reading🌻
••••
MOBIL fortuner hitam yang Khaizar kendarai berhenti persis di depan rumah minimalis berlantai dua milik keluarga Abdullah. Menoleh sekilas, Abdullah tersenyum tipis saat mendapati Khaizar tengah melirik putrinya dari kaca mobil bagian depan.
"Alhamdulillah, sudah sampai. Terima kasih, ya, Nak Khaizar." Ucap Abdullah seraya melepas sabuk pengamannya.
Khaizar tersenyum. "Sama-sama, Om."
"Maaf sudah merepotkan mu,Khaizar." Ucap Khanza.
"Tidak sama sekali, Khanza."
Ketiganya bergegas keluar dari dalam mobil bersamaan dengan Areez yang baru saja tiba dengan mengendarai motor matic milik Khanza.
"Bagaimana? Tidak ada yang lecet 'kan?" Tanya Khaizar sengaja meledek.
Areez mendengus kesal. Berjalan menghampiri Khaizar, pemuda itu dengan sengaja menendang pelan kaki sahabatnya.
"Ck, kamu ini cerewet sekali, ya! Sana periksa sendiri kalau tidak percaya! Dasar teman tidak tau terima kasih!"
Khaizar, Abdullah dan Khanza terkekeh mendengarnya.
"Terima kasih, Areez. Maaf, ya? Aku jadi merepotkan mu." Ucap Khanza.
Areez menggeleng keras. "Eh, tidak-tidak. Sama sekali tidak repot, kok. sungguh! Tadi aku hanya becanda. Lagipula sudah lama aku tidak naik motor, kangen juga. Ah, iya, Ini kuncinya." Ucapnya, menyerahkan kunci motor milik Khanza.
Khanza mengangguk.
"Kalau begitu mari masuk. Kita minum dulu, lagipula kita belum salat Maghrib 'kan?" Ucap Abdullah.
"Kami langsung pu-"
"Iya, Om! Saya juga mau numpang ke toilet sebentar, boleh 'kan, Om?"
Abdullah tersenyum. "Tentu saja boleh."
Khaizar menghela napas, belum sempat menyelesaikan kalimat, Areez sudah lebih dulu menyela. Temannya ini memang tidak sopan sekali.
"Kita pulang saja, Areez." Ucap Khaizar pelan.
"Tapi aku sudah tidak tahan, Khai. Sudahlah, mampir sebentar saja kenapa, sih?"
"Iya, nak. Mampir sebentar, ya? Sekalian kita salat Magrib dulu. Ah, iya, tante Aira juga ingin sekali bertemu kamu. Mau ya?" Bujuk Abdullah.
Mendengar nama Aira, rasanya Khaizar tidak bisa lagi menolak. Sikap lembut keibuan yang selalu Aira tunjukkan setiap kali bertemu dengannya, menjadi alasan mengapa Khaizar begitu menghormati Ummi dari Khanza itu.
"Baiklah, Om."
****
Beberapa hidangan khas Jogja sudah tersaji di atas meja makan, semua Aira siapkan sebagai jamuan makan malam dadakan untuk menyambut tamu istimewanya.
Seperti sudah mendapat firasat akan kedatangan tamu di rumahnya, hari ini Aira dan Khanza memang memasak menu yang lebih banyak dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta sebening Air (END) ✔️
General Fiction"Biarlah air mengalir. Biarlah angin mendingin. Biarlah cinta di dada. Demikian pula kita, biarlah seperti yang seharusnya." •••••• Khanza Rumi Abdullah Kecintaan nya pada air tak pernah berubah. Sejak ia kecil hingga beranjak dewasa. Gadis itu teta...