BAGIAN 8

682 58 4
                                    

🌻Happy Reading🌻

•••••

RASA cemas benar-benar menguasai hatinya.

Menghela nafas panjang. Khanza tak henti menggumamkan istighfar dalam hati. Gadis itu mencoba menepis segala pikiran negatif yang tiba-tiba saja berputar di kepalanya sedari tadi.

Sudah hampir satu jam Khanza menunggu, tetapi sang adik belum juga datang. Di luar hujan cukup deras, itulah yang membuatnya dilanda rasa khawatir. Berkali-kali gadis itu menghubungi ponsel Aijaz. Namun, ponselnya tetap tidak bisa dihubungi.

"Aijaz masih belum bisa dihubungi?"

Tersentak saat bahunya ditepuk, Khanza menoleh kearah kanan. Sabrina-gadis itu tersenyum, lantas mendudukan dirinya tepat di hadapan Khanza.

"Belum, aku khawatir. Hujan nya deras sekali Sab." Ucap Khanza.

"Tenang, insyaAllah tidak ada apa-apa. Mungkin saja adikmu terjebak macet." Ucap Sabrina, menenangkan.

"Iya, mungkin saja. Ngomong-ngomong kenapa kamu belum pulang, kamu juga dijemput?" Tanya Khanza.

"Tidak, aku bawa motor."

"Lalu kenapa tidak pulang?"

"Sengaja, ingin menemani mu sampai kamu dijemput. Lagipula Anas dan beberapa karyawan kan sudah pulang. Kasihan kalau kamu disini sendirian." Ucap Sabrina.

Khanza tersenyum. "Padahal aku tidak apa-apa. Tapi terimakasih ya? Sudah mau menemani." Ucapnya.

Sabrina mengangguk.

Ingat akan sesuatu, Khanza tersenyum. Keadaan toko sudah sepi, hanya ada dua orang karyawan kebersihan itu pun tengah berada di dapur. Khanza pikir ini saat yang tepat, untuk membicarakan sesuatu yang sejak kemarin terus tertunda, dengan Sabrina.

Menarik kursinya, Khanza mendekat kearah Sabrina. "Sab, kalau tidak keberatan ada sesuatu yang ingin aku bicarakan." Ucapnya, pelan.

Sabrina mengangguk. "Bicara saja. Memangnya ada apa? Kelihatan nya serius sekali?" Tanya nya.

"Memang serius, dan aku harap kamu tidak akan terkejut nantinya."

Sabrina terkekeh. "Kalau itu sih tergantung. Memang ada apa?" Tanya nya.

Mengambil nafas sebelum bicara, Khanza melafadzkan basmalah dalam hati. Semoga ada kabar baik setelah pembicaraan ini.

"Hmm, maaf kalau pertanyaan ku ini sedikit menyinggung. Tapi, apa kamu sudah ada niat untuk menikah dalam waktu dekat?" Tanya Khanza, ragu-ragu. Pasalnya, ini pertanyaan yang cukup sensitif bagi sebagian perempuan.

Sangat jauh berbeda dari apa yang Khanza bayangkan, suara tawa Sabrina sedikit membuatnya merasa lega. "Tidak lah, kenapa harus tersinggung. Hmm, tapi kenapa tiba-tiba kamu bertanya soal itu?" Tanya Sabrina.

"Y-ya tidak apa-apa sih, hanya bertanya saja. Tapi kalau kamu tidak mau menjawab juga tidak masalah, maaf ya." Jawab Khanza, tidak enak.

Sabrina lagi lagi terkekeh. "Kenapa minta maaf terus sih? Santai saja." Jawabnya. "Hmm, kalau ditanya keinginan menikah tentu saja ada." Sambung Sabrina.

Cinta sebening Air (END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang