🌻Happy Reading🌻
••••••
ORANG LAIN nampak berbeda setelah lama tak bersua.
Khanza kira itu tidak akan berlaku bagi Khaizar. Namun, kejadian di teras Masjid tadi mematahkan keyakinan nya. Khaizar menjadi sosok yang berbeda, pemuda itu bahkan dengan lantang mengatakan tidak mengenalnya. Tidak bisa di bohongi, hatinya benar-benar merasa kecewa.
“Astaghfirullah,”
Bahkan setelah beberapa jam telah berlalu, kalimat yang Khaizar ucapkan masih saja terlintas di ingatan, begitu membekas dan menyakitkan. Berdecak kesal, gadis itu beranjak dari kursi kerjanya lalu merebahkan diri di atas kasur sembari berusaha menepis semua hal yang berhubungan dengan Khaizar.
Namun, baru saja merapatkan kedua mata. Ponsel yang ia letakan diatas nakas itu berdering. Menghela nafas, Khanza kembali bangun dari rebahnya lantas mengambil ponsel dari atas nakas.
Anas is calling...
Melihat nama Anas tertera di layar panggilan, dahi Khanza berkerut. Tidak biasanya pemuda itu menghubunginya malam-malam. Tidak ingin teman nya menunggu lama, Khanza segera menerima panggilan Anas.
“Assalamualaikum, Nas?” Ucap Khanza, memberi salam.
“Waalaikumsalam, Za. Maaf aku menghubungimu malam-malam.” Jawab Anas dari seberang, dengan suara yang terdengar sedikit panik.
Khanza mengangguk meski Anas tak melihat. “Tidak masalah, katakan ada apa? Suaramu terdengar panik. Semua baik-baik saja?” Tanya Khanza, berusaha untuk tetap tenang meski sebenarnya ikut merasa panik.
“Bunda ku terkena serangan jantung, Za. Tapi ini sudah di rumah sakit.” Jawab Anas.
“Astaghfirullaha'adzim, ya Allah. Lalu bagaimana Nas?” Tanya Khanza, panik.
“InsyaAllah semua akan baik-baik saja, kami masih menunggu kabar dari Dokter. Sebenarnya aku menghubungimu karena ingin meminta bantuan.” Ucap Anas.
“Baiklah, katakan apa yang bisa kubantu?”
“Kamu ingat kan kalau besok adalah acara aqiqah putrinya Mbak Raya? Nah, untuk pesanan snack seharusnya aku yang ikut mengantar ke rumah beliau. Tapi berhubung aku tidak bisa meninggalkan Bunda sampai besok, jadi aku minta tolong kamu untuk menggantikanku. Bagaimana?” Jelas Anas.
“Soal itu kamu jangan khawatir, InsyaAllah aku akan mengurusnya. Fokus saja pada kesembuhan Bundamu, InsyaAllah besok aku dan Sabrina akan menjenguk kesana.” Ucap Khanza.
“Alhamdulillah, terimakasih Khanza. Nanti ku kirimkan alamat beliau ya.”
“Oke, ku tunggu.”
“Baiklah, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Klik
Anas memutuskan panggilan lebih dulu. Tak berselang lama, nada notifikasi pesan terdengar. Pesan dari Anas yang mengirimkan alamat lengkap rumah Raya. Khanza membalas, sekedar mengucapkan terimakasih dan mendoakan kesembuhan Rahma—Bunda Anas. Hari ini semua terasa begitu melelahkan baginya, ia ingin melelapkan mata. Barangkali esok hatinya sudah kembali baik-baik saja.
****
Menatap ke sekeliling ruangan, bibirnya tersenyum tipis.
Sesuai rencana, besok pagi adalah acara aqiqah keponakan pertamanya—Aqila. Persiapan sepertinya sudah hampir selesai di lakukan, ruangan pun sudah dihias sedemikian indah untuk menyambut acara bahagia esok hari. Warna pink baby dan soft blue mendominasi dekorasi, di sesuaikan dengan jenis kelamin sang bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta sebening Air (END) ✔️
Fiksi Umum"Biarlah air mengalir. Biarlah angin mendingin. Biarlah cinta di dada. Demikian pula kita, biarlah seperti yang seharusnya." •••••• Khanza Rumi Abdullah Kecintaan nya pada air tak pernah berubah. Sejak ia kecil hingga beranjak dewasa. Gadis itu teta...