BAGIAN 31

680 75 17
                                    

Sebelum baca, aku mau tanya nih 😆
Kira-kira kalau cerita ini kita lanjut di versi cetak, pembaca setuju gak??

Komen yaaaa

.....

🌻Happy Reading🌻

••••

LIDAH nya tidak bisa berbohong. Khaizar benar-benar menikmati hidangan makan malamnya kali ini. Dan, ya, gudeg buatan Khanza memang juara! Rasanya bahkan lebih enak dari yang pernah Anindya buat sebelumnya.

Usai makan malam bersama dan mengobrol sebentar di ruang tamu, saat ini Khaizar sudah berada di teras. Hari sudah malam, Khaizar dan Areez hendak berpamitan pulang. Abdullah, Aira, Aijaz dan Khanza ikut mengantar sampai di teras.

“Sekali lagi terima kasih banyak untuk makan malamnya, Om, Tante.” Ucap Khaizar.

Aira tersenyum. “Sama-sama, Nak. Tante senang sekali bisa bertemu kamu lagi setelah sekian lama. Lain kali, sering-sering main ke sini, ya?”

InsyaAllah, tante.” Ucap Khaizar. Melihat ke arah Khanza, ia lantas tersenyum. “Terima kasih juga untuk gudegnya, ya, Khanza? MaasyaAllah, lezat sekali rasanya.” Pujinya.

Khanza tersipu, menundukan kepala demi menyembunyikan raut wajahnya yang memerah malu. “Sama-sama.” Jawabnya.

“Kalau begitu saya dan Areez pamit dulu, Assalamualaikum.”  Pamit Khaizar di ikuti Areez di sampingnya.

Waalaikumsalam. Hati-hati, Nak.”

Khaizar dan Areez mengangguk. Lantas berbalik hendak menuju gerbang, namun, belum sampai dua langkah tiba-tiba saja Khaizar teringat akan sesuatu. Pemuda itu kembali menoleh, lalu berjalan menghampiri Abdullah.

“Om,”

“Ada apa, Nak? Apa ada yang tertinggal?”

Khaizar menggeleng. “Tidak ada, Om.”

“Lalu?”

“S-sebenarnya, saya mau minta izin, Om.” Ucapnya, ragu.

Abdullah mengernyit bingung. “Izin untuk apa, Nak?” Tanyanya.

“Saya minta izin, bicara sebentar dengan Khanza. Saya janji tidak akan lama, Om. Dan tidak jauh-jauh, hanya di depan gerbang, dekat mobil.” Ucap Khaizar.

Mendengarnya, Abdullah tersenyum lalu menganggukkan kepala. “Baiklah, silakan bicara. Biar kami awasi dari sini.”

“Terima kasih, Om.” Khaizar tersenyum lebar. “Rez, kamu tunggu di sini sebentar, ya? Aku ingin bicara sebentar dengan Khanza.” Ucapnya pada Areez.

Areez mengangguk. “Baiklah, lama juga tidak apa-apa.” ledeknya.

Khaizar tak menanggapi. Pemuda itu mendekat ke arah Khanza yang saat ini tengah menundukkan kepala dengan jari yang saling bertaut.

“Khanza? Bisa ikut aku sebentar?”

Khanza mengangguk pelan. Keduanya melangkah bersama keluar dari gerbang, sementara  Abdullah dan yang lainnya mengawasi mereka dari dalam.

Cinta sebening Air (END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang