🌻Happy Reading🌻
•••••
“Kalau begitu aku akan datang, untuk melamar!”
---------
“Astaghfirullahal'adzim,”
KALIMAT itu masih terus menggema ditelinganya, mengusik ketenangan. Ditambah jawaban yang Khanza berikan, rasanya semakin tipis saja harapan untuk berjuang.
Setelah sekian lama tidak bersua, ternyata bukan hanya tempat saja yang berbeda tetapi juga rasa. Atau barangkali dia keliru, mungkin memang selama ini hanya dia yang punya rasa? Sementara Khanza, hanya menganggapnya bagian kecil masa lalu yang wajar untuk di lupa. Ah, menyakitkan sekali rasanya.
“Sudah masuk waktu Maghrib, kita mampir ke Masjid besar itu saja ya?” Tanya Areez, sebelum menepikan mobil di depan pagar Masjid.
Khaizar mengangguk. “Iya,”
Tak lama Toyota Fortuner hitam sudah terparkir tepat di pekarang Masjid yang cukup luas, di area Masjid sudah ramai para jama'ah yang berdatangan. Berjalan kearah pintu masuk, di undakan pertama anak tangga ada dua orang gadis kecil berpakaian lusuh yang menjajakan barang dagangan nya.
Langkah Khaizar terhenti, matanya melirik kearah barang dagangan yang mereka jajakan. Tidak banyak, hanya beberapa botol air mineral ukuran sedang dan satu tampah gorengan yang nampaknya sudah tidak lagi hangat. Menatap sekilas kearah jam tangan, masih ada waktu dua menit sebelum adzan Maghrib berkumandang. Khaizar memutuskan untuk mendekati keduanya, tentu saja Areez pun ikut mengekor di belakang.
“Assalamualaikum,” Ucap Khaizar, menyapa.
Kedua gadis itu mendongak. “Waalaikumsalam.” Jawab mereka bersamaan.
Khaizar tersenyum, lantas ikut mendudukan diri di dekat keduanya. “Ini dagangan kalian?” Tanya Khaizar.
Kedua gadis itu mengangguk. “Iya kak, kakak mau beli?” Tanya sang gadis penuh harap.
Khaizar mengangguk, hatinya terenyuh. “Kakak beli semuanya.” Ucap Khaizar.
Seketika rona bahagia terpancar dari wajah polos kedua gadis itu, lelahnya berjualan sejak pagi hingga petang terbayar sudah.
“Yang benar kak? Semuanya?” Tanya mereka, memastikan.
“Iya semuanya, dan setelah ini taruh saja semua gorengan dan air mineralnya di sana.” Ucap Khaizar, menunjuk kearah loker yang disediakan untuk orang-orang yang ingin bersedekah makanan.
Kedua gadis itu mengangguk. “Baik kak.”
Khaizar tersenyum, merogoh dompet di saku celana bagian belakang lantas mengeluarkan uang pecahan seratus ribu sebanyak lima lembar. “Nah, segini cukup?” Tanya Khaizar.
Mata kedua gadis itu membulat, jumlah uang yang Khaizar berikan bahkan melebihi jumlah modalnya. Mimpi apa mereka bertemu dengan seorang yang dermawan seperti Khaizar. “Ini terlalu banyak kak,” Jawab salah satu dari mereka.
Khaizar terkekeh. “Kalau begitu anggap saja hadiah dari Kakak untuk kalian. Nah, ambilah. Setelah ini, ikut sholat Maghrib berjama'ah ya? Selesai sholat kalian akan kakak antar pulang ke rumah, bagaimana?” Ucap Khaizar, sembari menyodorkan uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta sebening Air (END) ✔️
Fiksi Umum"Biarlah air mengalir. Biarlah angin mendingin. Biarlah cinta di dada. Demikian pula kita, biarlah seperti yang seharusnya." •••••• Khanza Rumi Abdullah Kecintaan nya pada air tak pernah berubah. Sejak ia kecil hingga beranjak dewasa. Gadis itu teta...