🌻Happy Reading🌻
••••
“Maafkan saya, Nak.”
Mendengar ucapan maaf dari mulut perempuan paruh baya itu, Khaizar lantas menolehkan kepala. Untuk apa perempuan paruh baya itu meminta maaf? Pikirnya.
“Maaf, untuk apa, Bu?” Tanya Khaizar.
“Karena, saya, kamu jadi harus mengalami hal yang tidak menyenangkan seperti tadi.” Jawabnya.
Jawaban yang perempuan paruh baya itu berikan membuat Khaizar tersenyum. Pemuda tampan dengan postur tinggi tegap itu mendekat, membuat sang perempuan paruh baya itu harus mendongakkan kepala demi bisa melihatnya.
“Ibu, tidak salah apapun pada saya. Tentang kejadian tadi, itu juga bukan kesalahan ibu. Lupakan saja, Bu.” Ucap Khaizar, lembut.
Perempuan paruh baya itu tersenyum. “Terima kasih, sudah membantu, Nak. Kalau boleh saya tau, siapa nama mu?” Dia bertanya.
“Khaizar, Bu.”
“K-khaizar?” Ulang sang perempuan paruh baya dengan ragu.
Khaizar mengangguk. “Benar, Bu.” Jawabnya. “Nama ibu, siapa?” Tanya Khaizar.
“Husna, Nak.”
Khaizar tersenyum. “Bu, Husna, ya? MaasyaAllah. Senang ber—”
“Bunda, Farah cariin ternyata ada di si—loh, Mas Khaizar, Mas Areez?”
Kedatangan seorang gadis berkhimar panjang itu membuat Khaizar dan Areez menoleh ke arah kiri dengan wajah yang terlihat sedikit terkejut. Bahkan, Farah, gadis itu sama terkejutnya begitu melihat Khaizar dan Areez ada di dekat sang Bunda.
“Farah, kamu di sini juga?” Tanya Khaizar.
Farah tersenyum seraya mengangguk antusias. “Iya, kok, bisa kebetulan gini, sih?” Ucapnya terkekeh.
Melihat keduanya yang seperti sudah saling mengenal, Husna mengerutkan keningnya. “Loh, kamu kenal dengan Nak Khaizar, nduk?” Tanyanya pada sang putri.
Farah mengangguk. “Kenal, Bunda. Mas Khaizar ini temannya Mas Anas, yang waktu itu juga ngantar Farah ke rumah sakit.” Jelas Farah.
Husna kembali menatap ke arah Khaizar. “MaasyaAllah, jadi Nak Khaizar ini teman Anas, ya? Maaf, ya, Bunda tidak tau. Habisnya teman dekat Anas yang Bunda tau cuma dua, Nak Sabrina dan Khanza saja.” Ucapnya tertawa kecil.
Khaizar tersenyum. “Iya, Bu, saya teman Anas. Sebenarnya saya mengenal Anas juga belum lama ini jadi wajar saja kalau Ibu tidak tau.” Tutur Khaizar.
“Ngomong-ngomong, kok, Mas Khaizar bisa ada di sini sama Bunda, sih?” Tanya Farah.
Husna tersenyum. “Tadi, Bunda tidak sengaja menabrak pengunjung restaurant dan buat berkas-berkasnya jadi berantakan. Tetapi untungnya Nak Khaizar datang bantu Bunda merapihkan berkas-berkas itu.” Jelasnya pada Farah.
“Ya, Allah, Bunda. Tapi Bunda tidak apa-apa, 'kan?” Tanya Farah seraya meneliti keadaan sang Bunda.
Husna menggeleng. “Bunda tidak apa-apa, Nak. Lihat 'kan?” Ucapnya terkekeh.
![](https://img.wattpad.com/cover/318259302-288-k462222.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta sebening Air (END) ✔️
Fiksi Umum"Biarlah air mengalir. Biarlah angin mendingin. Biarlah cinta di dada. Demikian pula kita, biarlah seperti yang seharusnya." •••••• Khanza Rumi Abdullah Kecintaan nya pada air tak pernah berubah. Sejak ia kecil hingga beranjak dewasa. Gadis itu teta...