BAGIAN 34

720 64 3
                                    

🌻Happy Reading🌻

••••

DUA HARI setelahnya, sesuai rencana yang sudah dua keluarga sepakati bahwa hari ini diadakan acara lamaran resmi antara Khaizar dan Khanza.

Seperti apa yang Khaizar inginkan, acara lamarannya dengan Khanza akan berlangsung tertutup, di mana hanya dua keluarga inti saja yang menghadiri. Terkecuali,  Areez. Secara khusus Khaizar meminta pemuda itu untuk turut menghadiri acara bahagianya hari ini. sebab baginya Areez bukan hanya sekedar teman dan sekertarisnya saja, melainkan sudah seperti saudara. Begitulah cara Khaizar menghargai dan memposisikan orang-orang yang dekat dengannya.

Sebenarnya dua sahabat dekat Khanza pun turut di undang, namun, qodarullah hari ini bertepatan pula dengan acara lamaran mereka yang sudah lebih dulu di rencanakan.

Ba'da salat isya' menjadi waktu yang disepakati oleh dua keluarga, mengingat adanya beberapa persiapan yang harus diselesaikan lebih dulu.

Arkana dan Arini, Raya dan Rayyan juga si kecil Aqila turut hadir mendampingi sang pujangga yang hendak melamar gadisnya. Serta, Anindya. Gadis cantik yang sebenarnya memaksakan diri untuk turut menghadiri acara bahagia pemuda yang diam-diam ia dambakan. 

Keluarga Abdullah menyambut hangat kedatangan Khaizar dan keluarganya. Menuntun mereka untuk duduk di ruang keluarga. Berbagai jamuan telah tersaji di atas meja, khusus untuk calon besan yang jauh-jauh telah datang ke rumahnya demi melamar sang putri.

Acara dibuka dengan obrolan santai terlebih dulu. Sekedar menanyakan kabar masing-masing, bagaimana di perjalanan, dan hal ringan lainnya. Tak butuh waktu lama bagi mereka menyesuaikan diri, sebab kedua keluarga memang sudah saling mengenal sejak putra dan putri mereka kecil dulu.

Merasa waktunya sudah tepat, Khaizar yang duduk di antara kedua orang tuanya itu menoleh ke arah sang Papa, membisikkan sesuatu. Bermaksud memintanya untuk memulai acara inti. Arkana yang paham pun mengangguk pelan.

Oke, baiklah. Rupanya anak saya ini sudah tidak sabar Mas Abdullah, Mbak Aira. Dari tadi sudah bisikin saya, katanya pa, tolong cepat dimulai saja acara intinya.” Ujar Arkana, membuat semua orang terkekeh mendengarnya.

Khaizar menunduk malu, menggaruk pelipis yang sebenarnya tidak gatal.

“Silakan, Pak Arkana.” Sambut Abdullah.

Arkana mengangguk. “Baiklah, Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.” Arkana menjeda, memberi kesempatan semua orang untuk menjawab salamnya.

Waalaikumsalam warahmatullah wabarokatuh.” Jawab semua, bersamaan.

Alhamdulillah, saya mewakili keluarga sangat bersyukur dan berterima kasih sekali telah disambut dengan begitu hangat di rumah Mas Abdullah dan Mbak Aira ini. Baiklah, meskipun dua keluarga sudah saling mengenal tetapi alangkah baiknya kalau saya tetap memperkenalkan kembali sebab anggota keluarga saya sekarang bertambah tiga, Mas Abdullah.”  Ucap Arkana.

Abdullah tersenyum. “Silakan, Pak Arkana.”

Arkana mengangguk, mulai memperkenalkan anggota keluarga yang ia bawa. “Yang di samping saya ini, Khaizar putra saya satu-satunya, yang InsyaAllah sebentar lagi akan jadi menantu pertama keluarga Abdullah. Yaa ... itupun kalau diterima.” Arkana menjeda, semua terkekeh mendengarnya.

“Nah, kalau yang duduk di pinggir kanannya putra saya itu, istri saya, Arini. Alhamdulillah, kalau istri sampai sekarang masih sama dan jumlahnya tidak bertambah, Mas, Mbak.” Gurau Arkana, yang lagi-lagi membuat semua terkekeh.

Cinta sebening Air (END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang