🌻Happy Reading🌻
••••
Di bawah guyuran hujan, nampak seorang wanita tengah berteduh di pelataran ruko sembari mendekap erat bayi laki-laki yang baru berumur dua hari.
Wajah ayunya terlihat sembab, air mata yang tak henti mengalir itu menjadi penyebab. Menatap bayi laki-laki yang tengah tertidur pulas dalam dekapannya, ia tersenyum. Betapa tuhan sangat baik, masih bermurah hati memberinya putra yang begitu baik. Bayi kecil ini sama sekali tidak merengek, ia seakan mengerti situasi dan tidak ingin menambah beban ibunya.
Husna, kini wanita itu harus menerima hasil dari perbuatannya sendiri. Setelah melanggar apa yang menjadi batasannya selama ini.
Pergaulan bebas, pada akhirnya memang selalu merugikan diri.
Kekasih yang merupakan ayah dari bayi kecil ini tak mau bertanggung jawab dan memilih pergi. Sebenarnya Husna tak hidup seorang diri, wanita itu masih punya rumah untuk kembali. Namun, rasa malunya terlalu tinggi hingga ia memilih untuk tidak kembali.
Sejak ia mengetahui bahwa ada bayi dalam kandungannya, ia memilih pergi tanpa memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sekarang, entah kemana ia harus melangkahkan kaki.“Maafkan ibu, ya, Nak?” lirih Husna sembari mengelus pipi putranya yang halus.
Bayi kecil itu menggeliat membuat Husna tersenyum. Bersamaan dengan itu, sorot lampu mobil yang berhenti di depan ruko tempatnya berteduh membuat mata Husna menyipit.
Tak berselang lama, sepasang laki-laki dan perempuan keluar bersamaan dari dalam mobil.
“Husna?”
Dan, Sapaan itu membuat Husna mendongak. Wanita malang itu nampak terkejut melihat kedatangan dua sahabatnya.
“Arkana, Arini?”
“Husna, kenapa kamu bisa ada di sini? Kami baru saja pulang dari rumah orang tuamu. Kami mencarimu setelah mengetahui kabar bahwa kamu ham—”
“Dari mana kamu tau, Arkana?” Tanya Husna, memotong.
“Teman clubbing mu, Sena.” Jawab Arkana.
“Kamu tidak memberitahu ini pada Mama dan Papa ku 'kan?” Tanya Husna, memastikan.
Arkana menggeleng. “Aku datang ke sana hanya ingin mencarimu, lalu Papa mu bilang kalau kamu sudah lama tidak tinggal dengan mereka. kami belum sempat bicara apa-apa.” Jelasnya.
Mendengar itu ada sedikit rasa lega dalam hati Husna, setidaknya sampai detik ini orang tuanya tidak tahu tentang hal memalukan yang menimpa dirinya.
“Syukurlah, setidaknya mereka tidak tahu soal anak ini.” Ucap Husna menatap ke arah putra kecilnya.
“Kenapa kamu tidak mengatakan yang sejujurnya pada mereka, Husna?” Tanya Arini.
“Untuk apa? Untuk mempermalukan mereka?” Husna tersenyum miris seraya menggeleng pelan. “Aku sudah berdosa dengan tidak mengindahkan nasihat mereka, Arini. Jadi, biar kutanggung sendiri akibatnya.” Sambungnya.
Arini menghela napas pelan, menatap bayi mungil berwajah tampan yang tertidur pulas dalam gendongan Husna.
“Tapi, anak ini tidak harus ikut menanggung nya, Husna.” Ucap Arkana. “Sekarang apa yang akan kamu lakukan? Dan, sebenarnya selama kehamilanmu, kamu berada di mana?” Tanya Arkana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta sebening Air (END) ✔️
Ficción General"Biarlah air mengalir. Biarlah angin mendingin. Biarlah cinta di dada. Demikian pula kita, biarlah seperti yang seharusnya." •••••• Khanza Rumi Abdullah Kecintaan nya pada air tak pernah berubah. Sejak ia kecil hingga beranjak dewasa. Gadis itu teta...