Baiklah... Malam ini pengen double up. Wkwk
Ini part terakhir, besok kita bertemu di.... Ending❤
Btw, dengan siapapun nantinya Khaizar bersanding, semoga tetap bisa diterima yaa. 😄✌
••••🌻Happy Reading🌻
••••
BEBERAPA TAHUN berlalu tanpa terasa...
Sekuat apapun menolak, takdir akan tetap berjalan sesuai ketetapanNya. Dan, pada akhirnya, sekuat apapun kita mempertahankan satu nama, pemenangnya tetaplah dia yang telah digariskan untuk kita.
Suka atau tidak suka...
Menatap ke arah dua gadis kembar berumur lima tahun yang tengah berlarian di bibir pantai, laki-laki itu tersenyum lebar. Kehadiran mereka adalah hadiah terbesar untuknya.
Khaizar Rafif Arkana
Betapa Allah begitu bermurah hati padanya, menolongnya dengan cara yang tidak pernah ia sangka-sangka. Jika saja di hari itu, hari di mana seharusnya ia terbang ke kota Palu, seseorang tidak menelponnya dan mengatakan bahwa Anindya jatuh sakit, mungkin hari ini ia sudah tidak ada lagi di Dunia.
Ya, saat itu, tepat setengah jam sebelum keberangkatannya ke kota Palu, seseorang yang mengatas namakan dirinya sebagai teman Anindya itu menelponnya. Rahma— perempuan itu mengatakan bahwa Anindya jatuh sakit sejak sampai di Makassar, gadis malang itu terus menyebut-nyebut namanya.
Mendengar itu, Khaizar yang merasa khawatir lantas meminta Areez untuk mengganti tujuan penerbangan dari kota Palu ke Makassar, hari itu juga tanpa memberitahu keluarganya. Bukan tanpa alasan, Khaizar hanya tidak ingin keluarganya merasa khawatir. Namun, tindakannya justru malah membuat semuanya khawatir. Setibanya di Makassar, Rahma membawa ia dan Areez ke rumah sakit, tempat di mana Anindya dirawat sejak mengalami demam tinggi.
Betapa terkejutnya Khaizar melihat Anindya terbaring lemah dengan bibir yang nampak pucat. Lirih suara gadis itu terus memanggil namanya, membuat hati Khaizar gerimis mendengarnya. Rahma—gadis itu menceritakan semua pada Khaizar, tentang apa saja yang Anindya bagi padanya, tentang alasan mengapa gadis itu memilih pergi jauh meninggalkan kota kelahirannya. Semua itu, karena dia.
Khaizar sama sekali tak menyangka, bahwa di balik diamnya, ternyata gadis itu menyimpan rasa cinta yang begitu besar untuknya.
"Papa!"
Lamunannya terpecah saat ujung baju yang ia kenakan sedikit di tarik. Khaizar tersenyum, menundukkan kepala demi menatap gadis kecil yang kini tengah menatapnya.
"Ada apa, Hanna? Dan, di mana Anna?" Tanya Khaizar, lembut.
Hanna Shafira Arkana
Putri kembar pertamanya yang lahir lima belas menit sebelum kelahiran sang adik. Putri yang saat pertama kali melihatnya membuat Khaizar bersyukur tiada kira. Khaizar bersyukur putrinya lahir dari sosok wanita yang luar biasa, wanita yang begitu mencintainya. Wanita yang masih mau menerimanya setelah rasa sakit yang telah ia torehkan secara tak sengaja.
"Anna, kembali ke saung, Pa." Jawabnya.
Khaizar mengangguk. "Ya sudah, kalau begitu kemari lah, duduk dengan Papa." Ucapnya, mengajak sang putri duduk di atas pasir pantai yang putih bersih, sembari menatap ke arah laut.
"Pa, kenapa Papa suka air?" Dan, pertanyaan polos yang keluar dari bibir mungil Hanna membuat Khaizar terdiam sejenak.
"Karena air mengajarkan kita banyak hal, Hanna." Jawab Khaizar, sesederhana mungkin agar putri kecilnya bisa mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta sebening Air (END) ✔️
Ficción General"Biarlah air mengalir. Biarlah angin mendingin. Biarlah cinta di dada. Demikian pula kita, biarlah seperti yang seharusnya." •••••• Khanza Rumi Abdullah Kecintaan nya pada air tak pernah berubah. Sejak ia kecil hingga beranjak dewasa. Gadis itu teta...