🌻Happy Reading🌻
•••••
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.
(Ali Imran : 134)
****
[Maafkan aku, Khanza. Sepertinya kita tidak bisa bertemu hari ini. Ada urusan kantor yang mendesak, maafkan aku.]
Menghela napas nya pelan, Khanza mematikan ponsel setelah membaca satu pesan yang Khaizar kirimkan. Waktu menunggu selama hampir dua jam, akhirnya terbuang sia-sia. Pagi tadi Khaizar memintanya datang selepas dzuhur, lalu sekarang pemuda itu kembali mengirimi nya pesan dan mengatakan bahwa dia tidak bisa datang. Sebenarnya ada sedikit rasa kesal dalam hati gadis itu, tetapi mau bagaimana lagi, ini adalah resiko berteman dengan seorang Direktur utama, bukan?
"Kita kembali ke toko saja,"
Sabrina, gadis yang duduk di sampingnya itu menoleh. "Kenapa?"
"Dia tidak bisa datang, ada urusan kantor yang mendesak katanya." Jawab Khanza, sembari memakai flatshoes putih miliknya.
"Dia menghubungimu?"
Khanza mengangguk. "Iya, baru saja."
Melihat wajah Khanza yang mendadak berubah masam, Sabrina menghela napasnya pelan. Teman nya pasti sangat kecewa setelah hampir dua jam menunggu pemuda itu.
"Za, are you oke?"
Khanza menoleh lalu mengangguk. "Aku baik-baik saja, mungkin memang urusan kantornya lebih penting. Kalau sudah begitu aku bisa apa?" Ucapnya, terkekeh pelan.
"Aku yakin kamu juga penting baginya."
"Entahlah, aku tidak mau terlalu berharap tinggi padanya." Ucap Khanza. "Mari kembali ke toko." Ajaknya pada Sabrina.
Sabrina mengangguk. Lalu, keduanya beriringan menuruni anak tangga. Namun, begitu sampai pada anak tangga terakhir, Khanza yang menunduk sedikit terkejut melihat langkah seseorang yang tiba-tiba berhenti di hadapan nya.
"Khanza,"
Suara bariton itu membuatnya mendongakkan kepala.
"O-om Arkana?" Sapanya gugup seraya menggenggam erat jemari Sabrina. Entah kenapa Khanza selalu gugup setiap kali berhadapan dengan Arkana.
Sementara, Arkana, yang berdiri tepat di hadapan nya itu sudah mengulas senyum. Bahkan Khanza sampai terpaku melihat senyumnya.
"Kamu disini pasti sedang menunggu Khaizar, bukan?" Tanya Arkana.
Khanza mengangguk. Sebab alasan nya kemari memang karena Khaizar yang memintanya datang. "B-benar, Om." Jawabnya gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta sebening Air (END) ✔️
Fiksi Umum"Biarlah air mengalir. Biarlah angin mendingin. Biarlah cinta di dada. Demikian pula kita, biarlah seperti yang seharusnya." •••••• Khanza Rumi Abdullah Kecintaan nya pada air tak pernah berubah. Sejak ia kecil hingga beranjak dewasa. Gadis itu teta...