42: night here

154 7 2
                                    

Typo di mana mana.

.

.

.
Beberapa menit Arin mengobrol dengan Caya sampai akhirnya Evans datang menghampirinya.

Ia benar-benar sangat mempesona. Jantungnya tidak bisa berhenti berdetak dengan normal sejak tadi, bahkan caranya berjalan ke arahnya saja membuat tubuh bergetar.

"Kamu bakal stay di hotel ini?"
Anggap saja Caya berbicara sebagai wanita dewasa dengan pikiran dewasa.

Ia tidak bisa menolak tentang pikiran ke mana para pengantin saat malam hari.
Tidur?
Iyap, dengan sedikit arti yang berbeda.

"Iya"
Jawaban dari Evans membuat terkejut keduanya.
Pasalnya Arin tidak tahu ada agenda seperti itu.

"Aneh, padahal kalian punya dua kamar apartemen. Bahkan penjahat ini punya penthouse."

"Itu privasi Miss Gerbera"

"Tapi kau tidak bilang apapun tentang hotel"
Bisik Arin penasaran.

Tapi Evans hanya tersenyum sambil berkedip padanya.

"Aih, kalian berdua menggelikan. Teganya kalian berdua melakukan itu di depan wanita singel terhormat dan elegan seperti ku"
Caya kemudian berjalan mundur.
"Apapun itu, aku mau request keponakan secepatnya. Semakin tua ini aku butuh sekali hiburan"
Katanya lalu benar pergi untuk berbaur dengan yang lain.

"Dia terlalu terang-terangan. Mau mencobanya?"
Tawar Evans.

"Kau gila"
Balas Arin.
"Kau harus ingat tentang yang kita janjikan"

"Tentang tidak sex sampai kau mencintaiku?"

Arin langsung menutup mulut Evans, pria ini juga terlalu blak blak kan.

"Tolong dengan sangat hormat untuk mengecilkan suaramu"
Geram Arin.

"Oke, tapi aku tidak bisa benar-benar berjanji"

"Apa?! Jangan macam-macam aku bisa memukul mu dengan sangat keras"
Ancam Arin, ia pandai dalam memukul orang.

"Aku juga bisa mengikat mu dengan sangat kuat"
Bisiknya.

Arin memukul perut Evans, ia tidak bercanda dengan pukulan yang sangat keras.

Evans terbatuk kecil. Pria itu kini tahu ucapan istrinya tak main-main.

"Pukulan yang sangat tangguh"
Katanya, Arin tersenyum senang sambil meniup ujung kepalan tangannya.

Acara yang sederhana ini berakhir saat sore. Mereka tidak memiliki banyak tamu, dan untuk perayaan besar-besaran akan di lakukan nanti. Entah kapan yang di maksud 'nanti' tersebut.

Keluarga Arin bermalam di apartemennya sedangkan Arin berada di hotel dengan pintu terhubung ke kamar satu lagi.

Hotel untuk keluarga. Evans yang menyiapkannya agar mereka tidak di curigai. Karena Caya dan keluarganya belum tahu jika pernikahan mereka berlandaskan bisnis.

"Apa aku perlu membantu untuk membuka gaun mu?"

"Jangan kira aku tak tau kau mau mengambil keuntungan"
Cela Arin, Evans terlihat bingung.

"Ya baiklah terserah"
Katanya, padahal pria itu berniat baik. Meski memiliki niat lain jika punya celah.
"Seperti kataku, kunci kamar mandi saat kau di dalam. Aku pandai mengendap-endap"
Jelasnya sambil tersenyum senang dan beralih pergi ke pintu yang terhubung di sebelah.

"Dasar cabul"

Arin berjalan mengunci pintu dan melepaskan perangkat di tubuhnya. Ia lelah, dan kepanasan. Perutnya benar-benar tercekik, area dada gaunnya juga tidak di perbesar lebih banyak seperti pesan yang ia berikan pada desainnya.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang