Chapter 7

460 48 6
                                    

"Touma-san?"

Mendengar namanya dipanggil Touma mengalihkan pandangannya.

"Nanase?"

Sebuah kebetulan mereka bertemu di minimarket dimalam hari.

Riku menyadari seorang lainnya,"Isumi Haruka-san?"

Haruka tidak menjawabnya, dia menarik-narik baju Touma.

Touma mengerti maksudnya,"tenanglah! Dia hanya junior ku! Tidak perlu cemburu-aduh!!" Pinggangnya dicubit.

"Eh?! Isumi-san pa-uhmmn!" Haruka menutup mulut Riku sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.

"Anak ini!" Touma menjauhkan mereka berdua.

"Ngomong-ngomong, iblis penjagamu mana?" Touma tidak melihat Tenn sejak tadi, makanya dia bertanya.

"Tenn-nii? Ah, dia dirumah! Karena Tenn-nii sedang dalam mood yang buruk, aku keluar untuk membeli beberapa cemilan!" Riku mengangkat keranjang yang dibawanya.

"Touma-san juga... Bukannya apartemen mu jauh dari sini?" Riku balik bertanya.

Touma mengusap kepala Haruka,"aku sedang mengajak anak ini jalan-jalan, karena dia bilang ingin makanan manis jadi kami berhenti dulu,"

Haruka menepis tangan Touma,"aku hanya bilang ingin permen untuk di jalan!" Dia mengatakan itu dengan keranjang di tangannya berisi berbagai makanan manis.

Riku tersenyum manis,"kalau begitu Touma-san, Isumi-san aku akan membayar ini dulu, jaa ne!" Dia melangkahkan kaki meninggalkan mereka.

Haruka menatap Touma yang langsung dipahami,"aku serius! Dia hanya juniorku!"

Anak SMA itu membuang muka dan kembali memilih beberapa makanan manis di rak minimarket. Touma menghela napas, pasti setelah ini dompetnya akan terkuras banyak.




.





"Darimana saja?"

"Waaaahhh!!" Riku terkejut tiba-tiba saja Tenn muncul dari balik pintu saat dia membukanya. Riku gelagapan, Tenn pasti marah dia keluar tanpa izin.

"Te-Tenn-nii aku... Dari- waa!!"

Tenn menariknya masuk dan mengunci pintu.

.

"Kemana saja kau?!" Tenn memegangi kedua bahu Riku dengan erat

Riku kebingungan, tidak biasanya Tenn sepanik ini.

"Aku... Hanya ke minimarket sebentar!"

Tenn menatap penuh selidik.

Dia kemudian menghela napas lega.

"Lain kali beritahu aku jika ingin keluar ya," nada suaranya melembut, Riku menganggukkan kepala.

.

"Tenn-nii tadi bicara dengan siapa di telpon?" Tenn yang sedang mengerjakan tugas berhenti mendengar pertanyaan Riku.

"Riku mendengarnya?" Dia menatap Riku yang juga sedang mengerjakan tugas.

"Aku akan berangkat bekerja nanti, mungkin baru akan kembali besok pagi," penjelasan Tenn membuatnya merasa bersalah.

Dengan orang tua yang meninggalkan mereka di usia mudah bukan hal mudah melanjutkan hidup, tidak ada kerabat yang bisa mengasuh mereka, jadi... Mereka mau tidak mau tinggal di panti asuhan. Dan karena itu juga sejak sekolah menengah, Tenn sering mengambil pekerjaan sampingan untuk mereka. Beruntung keduanya cukup jenius untuk mendapatkan beasiswa penuh, dengan uang saku yang diberikan kampus pada mereka.

"Gomen ne Tenn-nii,"

Tenn mengacak-acak rambut adiknya,"berhentilah meminta maaf Riku, Aku melakukan ini untuk kita berdua,"

Riku benar-benar merasa bersalah, Tenn selalu berjuang untuknya.... Bahkan dia mengambil pekerjaan untuk mereka, sementara dia sendiri tidak bisa melakukan apa-apa.

"Tenn-nii, aku boleh be-"

"Tidak!" Potong Tenn cepat.

Selalu saja begitu.

Nanase Tenn selalu melarang nya mengambil pekerjaan.

Dia sadar diri dengan kondisinya, tapi bukan berarti dia harus diam dan melihat, setidaknya dia ingin membantu kakak kembarnya.

"Tenn-nii, biar aku saja yang mengerjakan tugasmu ya!" Riku menarik-narik ujung baju Tenn.

"Itu ju-"

"Tenn-nii selalu melarang ku, padahal aku ingin membantu! Kalau kau melarangku bekerja setidaknya... Biarkan aku membantu tugasmu.... Aku.... Ingin lebih berguna untuk mu," dia memelankan suaranya di akhir kalimat.

Telapak tangan Tenn mendarat di kepalanya diikuti usapan lembut.

"Baiklah, tapi tidur tepat waktu ya, ponselmu jangan dimatikan, hubungi aku jika ada sesuatu," Tenn bangun berjalan ke kamarnya untuk bersiap-siap.








.







22.18

Tenn menepuk bahu orang yang menunggu nya di pinggir jalan, orang itu tersentak dan langsung membentaknya.

"Kau! Mengagetkan saja!"

"Kenapa kau berpakaian serba hitam? Mencurigakan!" Tenn menyilangkan tangan didepan dadanya.

"Kau sendiri seperti akan berjalan-jalan di akhir pekan, setidaknya gunakan jaket! Udara malam itu dingin!" Orang itu melemparkan jaket yang dipakainya pada Tenn.

Tenn tersenyum sinis, dia berjalan mengikuti orang yang lebih tua.

"Kau bisa baik juga ya padaku...






.





... Gaku,"










.











.








Mungkin cerita ini akan berganti judul jika sudah waktunya.





Atau sekarang saja?👀

Vampire King's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang