chapter 64

143 21 2
                                    













Setelah kepergian Iori dari kediamannya, Minami kembali ke ruangan tempat Riku diistirahatkan, mengunci rapat pintu masuk yang dia gunakan dan melangkah perlahan menuju pembaringan sang mahluk mortal.

Langkahnya berhenti di sisi kiri, membuka kembali penutup yang sudah dikunci, bukan hal sulit baginya membuka dan menutup segel yang ada disana.

Jemari panjangnya menelusuri setiap senti dari kulit wajah orang yang pernah ditemuinya di kehidupan lama ini, sungguh dia tidak habis pikir dengan dua lelaki yang saling berebut untuknya, seakan tak ada manusia lain saja.

Miliaran manusia dan vampir di bumi, iblis pun sangat banyak, kenapa harus memperebutkan satu orang? Apa yang mereka cari dari dirinya?

Anak ini bodoh sebenarnya, mengorbankan nyawa nya untuk menyelamatkan orang yang bahkan tidak dikenali.

Minami meraba leher Riku, masih terasa aliran darah disana, sudah tidak ada bekas luka lagi.

Seperti seakan Zero tidak pernah menusukkan pisau kesana.

Anak manusia ini malah melindungi nya saat itu, hampir putus kepalanya, seharusnya dia mati andaikata tidak memiliki ikatan hubungan dengan vampir tua itu.

Beruntung masih bisa diselamatkan.

"Malangnya nasib, kejamnya takdir, kau harus merasakan roda kehidupan yang sama, memilih antara kedua mahluk ber ego tinggi,"

Iris gelap Minami berkilat mereka, kedua alisnya menekuk kebawah,"kau bahkan membuatku sampai turun tangan, tubuh atau jiwamu yang sebenarnya berharga?"

Ditariknya kembali tangan.

Dia menaruh kepalan tangannya dibawah dagu,"ataukah disini saja aku mengambil kehidupan dari tubuhmu?"

Itu rencana gila, sama saja mencari masalah dengan kaum atas lainnya.

"Nanase Riku," dia berujar pelan.

Mendekatkan bibirnya ke telinga sang manusia, membisikkan beberapa kata.







"Kau tidak akan bangun sampai waktu yang sudah ditentukan,"

Setelah itu vampir berambut pirang itu kembali mengunci peti dan meninggalkan ruangan.












......









Yamato menekuk alisnya setelah membaca surat yang dikirim Otoharu, vampir tua itu memiliki ide yang sulit ditebak.

Dia menghela napas dan kembali memandangi senjata yang biasa dia gunakan untuk membasmi vampir, keluarga nya adalah pasukan turun temurun yang mengejar para mahluk haus darah itu.

Senapan dan pistol adalah dua yang sering dia gunakan, mudah dan cepat meskipun gerakan vampir juga cepat.

"Dimana dia ya?"

Memikirkan kembali rencana Otoharu yang agak sinting menurutnya, Yamato tidak ingin berurusan lagi setelah ini.

Hidupnya harus bebas dari mahluk penghisap darah itu selamanya.

"Ah andaikan Tsumugi adalah manusia," gumamnya.

"Tapi aku tidak mendapatkan kabar apa-apa darinya selama beberapa bulan,"

Setelah itu dia tertidur di meja belajarnya, tidak menyadari sesuatu yang datang tak lama kemudian.

Memasuki jendelanya dan berdiam dikamar Yamato untuk beberapa waktu.

Hingga dia kembali pergi dan meninggalkan catatan di meja sebelah surat dari Takanashi Otoharu.























Vampire King's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang