Chapter 12

414 51 0
                                    

09.20 pagi

Tenn dan Riku berangkat bersama Gaku.

Setelah sampai Gaku menarik Tenn untuk ke ruangannya dulu, jadi Riku berjalan menuju kelas sendirian.

.

.

"Ada apa sih?!" Tenn memprotes begitu memastikan pintu ruangan sudah dikunci, lawan bicaranya sibuk mencari sesuatu di rak buku.

"Nanase- euh... Riku, apa yang terjadi sebenarnya? Kau tidak akan memanggil ku kalau tidak ada hubungannya dengan 'mereka' kan?" Gaku mengambil satu buku yang agak tebal dan menaruhnya di meja kerjanya.

Tenn menghela napas, dia duduk di kursi yang berada di sisi lain meja kerja Gaku.

"Aku memiliki dugaan," Tenn mengatakannya dengan nada tidak meyakinkan.

"Siapa?"

"Ini sedikit meragukan... Tapi... Apakah mungkin itu.... 'dia'?" Tenn menatap mata lawan bicaranya.

Gaku mengerenyitkan dahi, dia tahu siapa yang dimaksud Tenn,"agak meragukan, tapi- kita tidak bisa menuduhnya, apalagi dia sudah tidak pernah muncul lagi selama 7 tahun terakhir,"

Pria bersurai abu-abu itu mengingat sesuatu,"ah! Kau pernah bertemu dengannya ya?!"

Yang lebih muda menatap bosan,"orang tua seperti mu memang pelupa ya, tentu saja! Kalau tidak mana mungkin aku tahu semua ini sekarang?! Dan melakukan pekerjaan malam hari untuk menjaga adikku!"

Kali ini Gaku mengalah, tidak ingin berdebat diantara pembicaraan serius ini.

"Kau orang terakhir yang melihatnya, setelah itu dia menghilang tanpa kabar selama bertahun-tahun,"

Pengajar muda itu membuka buku yang tadi diambilnya, mencari halaman yang dia tuju lalu memberikannya pada siswa didepannya.

"Kita bisa menyelidiki siswa SMA yang dimaksud Riku melalui orang ini,"

Itu adalah daftar nama siswa 2 tahun di atasnya.

Satu nama ditunjuk.

Inumaru Touma

Semester 5

Fakultas Teknik

Tenn mengangguk paham.

Dia tidak mengenalnya karena mereka berada di fakultas yang berbeda.

Dia dan Riku berada di fakultas psikologi.

"Aku pernah mendengar dia tinggal satu atap dengan seorang siswa disana, setelah kuminta seseorang mencarinya, itu siswa yang sama dengan yang disebutkan Riku tadi pagi. Isumi Haruka," jelas Gaku

.

.

Saat berjalan menuju kelasnya Tenn mendengar seseorang memanggil.

"Nanase-san!"

Tsumugi menepuk bahunya.

"Takanashi-san, Ada apa?"

Tsumugi memberikan paperbag pada Tenn.

Tenn menatap bingung tapi dia tetap menerimanya,"arigato,"

Gadis itu tersenyum tipis,"itu titipan dari Otou-san, dia memberikan pesan, ekhem!" Kata katanya dijeda sebentar.

"Jangan dibuka didepan orang lain!" Dia mengatakan itu dengan ekspresi serius.

Tenn mengangguk,"baiklah aku akan simpan di dalam tas ku dulu,"

Tsumugi menganggukkan kepalanya lalu berjalan cepat menuju kelasnya sendiri.

Tenn langsung memasukkan yang diberikan gadis itu ke dalam tas nya lalu menyusul.

.

Riku, maaf aku pulang lebih dulu, ada pekerjaan mendadak.

Riku memasang wajah cemberut setelah membaca pesan dari Tenn.

Haruskah dia kesal? Tapi, bukankah itu berarti Tenn akan pulang lebih cepat hari ini?

"Hahh, ayo semangat! Tenn-nii bekerja untuk kami! Tidak boleh marah!" Dia menyemangati diri sendiri.

Dia kembali menunggu bus di halte dekat kampus nya, terlihat beberapa mahasiswa lain juga sama.

Setelah bus sampai mereka langsung menaiki nya, setelah mencari sebentar Riku mendapatkan kursi kosong, walaupun sebenarnya keadaan di dalam bus tidak penuh, bahkan beberapa kursi tidak terisi.

Dia memasang earphone ditelinga nya lalu memutar lagu, semoga tidak ketiduran.

.

Bus berhenti di halte berikutnya, beberapa siswa SMA yang sudah pulang juga naik.

Riku menyadari seseorang tiba-tiba duduk disampingnya, dia melirik sedikit.

'Ah anak SMA,' dengan seragam sekolah yang sama dengan yang dia gunakan dulu.

Dia tertawa kecil.

'Bagaimana kabar Tamaki ya? Apa dia masih ditegur guru?' Riku kembali memikirkan masa sekolahnya.

Kepalanya menoleh ke arah jendela bus disampingnya, matanya terbelalak melihat sesuatu.

Sama seperti mimpinya, pantulan di kaca bus memang tidak terlalu jelas, tapi Riku masih bisa melihatnya.

Yang duduk disampingnya, adalah orang yang sama dengan yang duduk disamping Haruka kemarin.

Dia kembali menunduk, tangannya memegang layar ponsel dengan gemetar.

'Menuduh orang tanpa bukti memang tidak baik, tapi mereka terlalu sama, walaupun aku masih tidak terlalu yakin,'

Tidak ada salahnya berhati-hati.

Jarinya mengetik di layar.

Tapi tidak menekan tombol untuk mengirimkan pesan.

Dia tidak ingin menganggu Tenn.

Riku tidak menyadari pemuda disampingnya mendekatkan wajahnya ke telinga mahasiswa semester 2 itu, dan melepaskan earphone ditelinga nya.


"Kenapa tidak dikirim? Kau sudah tahu siapa aku kan?"

DEG!

Dia mengenali suara itu.

Jantungnya langsung berdegup kencang, keringat dingin mengalir turun.

Tubuhnya terpaku, tidak bisa bergerak.

Dia ingin lari.

Dia harus lari.

Tapi Nanase Riku terlalu takut untuk melakukannya.

Pemuda itu merangkulnya, menariknya kedalam pelukan. Dia juga mengusap punggungnya, seolah memberikannya ketenangan.

"Tenangkan diri, kau tidak mau sakitmu kambuh kan?"

Dari jarak ini Riku bisa melihat name tag di seragamnya.

Izumi Iori

"Akhirnya kita bertemu lagi...











.















.












Nanase Riku,"









.







Aku lupa dengan tugasku saat mengetik ini....

Baiklah kurasa cukup untuk update hari ini.

Tugasku menunggu (• ▽ •;)

Vampire King's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang