Chapter 8

435 51 2
                                    

Riku melihat jam di dinding kamarnya.

23.54

Dia lalu menatap layar ponselnya, jadinya ingin menekan sesuatu tapi ragu.

"Aku ingin menelpon Tenn-nii," dia merebahkan diri di kasur, mengurungkan niatnya.

Tenn mungkin sedang sibuk sekarang, lebih baik dia tidak menganggunya.

"Tapi pasti dia marah kalau dia tahu aku belum tidur," pemuda itu berguling sampai ke pojok tempat tidur.

"Aku... Tidak ingin membuatnya susah lagi," tidak lama dia tertidur.



.



Riku melihat sekelilingnya, mimpi?

Dia menggerakkan tangannya, bisa dikontrol.

Apa ini lucid dream?

Riku melangkahkan kakinya.

"Apa ini? Huh? Bangunan tua?" Dia berjalan sedikit lebih jauh, dinding bata yang terlihat usang dengan lantai batu.

Penerangan disini.... Tidak terlalu bagus, lampu gantung yang dipasang jauh dari lantai cukup untuk memberikan penerangan seadanya.

"Lampu nya jauh sekali di atas, wah! Kukira akan memakai obor," dia berkeliling tempat itu.

Dia tertawa kecil,"rasanya aku masuk ke istana di dunia dongeng, apakah aku akan menemukan tuan putri di sini?"

Riku memasuki satu pintu yang membuatnya tertarik, dia membuka lalu masuk ke dalam ruangan dibaliknya.

Tangga menuju ke bawah.

Kakinya yang tanpa alas kaki menuruni tangga setelah mengambil lampu minyak yang tergantung di sebelah pintu.

"Berarti yang di atas sana bukan lampu, tapi lilin ya?" Riku bertanya pada dirinya sendiri mengingat ruangan tempat dia terbangun tadi.

Sampai di bawah tangga ternyata ada ruangan besar disana dengan beberapa lorong di ujungnya, dia memilih lorong yang berada di tengah.

.

"Woahhh! Semuanya sangat keren! Seandainya lucid dream ini berlangsung setiap hari mungkin aku akan hafal denah tempat ini!" Riku tertawa membayangkannya.

Tidak berapa lama dia melihat sesuatu didepannya.

Sebuah pintu kayu, terlihat cukup tua. Dia maju dan membukanya.

"Eh terkunci?" Riku mencoba mengeluarkan tenaga lebih.

Akhirnya terbuka.

"WAHH!! Apa ini bunker?!" Riku berseru keras.

Dibalik pintu itu terdapat ruangan yang luas.

"Ini.... Terasa familiar, ah ternyata kamar," pemuda itu menaruh lampu minyak di atas meja yang berada tidak jauh dari pintu, penerangan disini cukup untuk membuatnya melihat sampai ke sudut ruangan.

Riku memutar tubuhnyaa ke cermin yang berada disebelah kiri.

"Ha-!!?" Dia terkejut melihat pantulan di cermin, keringat dingin muncul di wajahnya.

Terlalu takut untuk bergerak, diam mematung menatap cermin setinggi tubuhnya yang tergantung di dinding dengan jarak sekitar 2 meter didepannya.

Tidak, bukan pantulan dirinya yang membuatnya takut, tapi dibelakangnya.

Ada orang lain yang berdiri disana.

'sejak kapan?! Harusnya aku melihatnya saat masuk tadi!'

Orang itu berjalan mendekat, pria tinggi berambut gelap dengan pakaian militer abad 19.

Pria itu memeluk pinggangnya dari belakang, dagunya dia letakkan di atas bahu Riku, menciumi lehernya.

"Merindukanku?"

Seketika pandangannya menggelap.






.








.






.







.









.






"AAAHHH!!"










.












Halo! Halo!

Vote please~

Vampire King's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang