Chapter 28

261 27 17
                                    








.








Riku duduk disebelah Tenn, dia mengusap-usap pipi kakak kembarnya.

Kali ini.... Bukan dia yang terbaring dengan Tenn yang menemani.

Apakah ini yang dirasakan Tenn saat dia terbaring dengan berbagai alat bantu pernapasan dulu?

Rasanya sesak.





"Apa mimpi Tenn-nii begitu indah? Sudah 2 minggu Tenn-nii bermimpi, Tenn-nii tidak rindu padaku?" Riku menggenggam tangan Tenn yang tidak terpasang infus.

"Aku kesepian.... Bangunlah.... Riku mohon...."

Riku menempelkan punggung tangan Tenn di atas dahinya, dia juga menautkan jari-jari mereka.


"Kalau Tenn-nii tidak bangun....


Aku hanya sendirian,"










.









"Sudah puas menangis nya bocah?"

Suara seseorang membuatnya terkejut, dia menoleh ke asal suara.

"KUJO?!"

Riku berdiri dari tempat duduknya, dia mundur beberapa langkah.

"Kenapa ..... Kau bisa disini?"

Takamasa mendekat,"menyedihkan. Ini yang terjadi saat kalian menolak untuk tinggal denganku, heh! Dasar keras kepala,"


Dia berhenti di sisi ranjang berlawanan dengan Riku.

"Apa mau mu?"


Sebenarnya dia takut....






Karena Iori memberitahu identitas Kujo Takamasa yang sebenarnya saat menculiknya dulu.







Takamasa hanya menatap datar kepada Tenn yang terbaring.

"Manusia lemah, menolak bantuan ku, dan sekarang kau berada diantara hidup dan mati, benar-benar menyedihkan,"




Takamasa melepaskan ventilator milik Tenn.

Riku terbelalak.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" dia berusaha menggapai kembali ventilator, tapi Takamasa mendorongnya sampai terjatuh.

"Diamlah disana!"

Dia mengeluarkan tabung darah dari balik saku bajunya, dan memasukannya ke mulut Tenn.

Riku sendiri tidak tahu harus berbuat apa.

"Apa... Itu?"

Sudut bibir Takamasa tertarik.












.

















"Darah Zero,"









Setelah itu dia pergi.












.










Detak jantung yang terbaca berubah cepat, Riku langsung menekan bel di samping ranjang untuk memanggil dokter.





Setelah itu yang dia ingat hanya perawat yang memintanya menunggu diluar ruang rawat.










.










Dari balik kaca pintu samar-samar dia bisa melihat apa yang mereka lakukan.




Dia hanya ingin kakaknya sembuh.






Hanya satu yang bisa dia lakukan.
















Mengadu kepada sang pencipta.









"Tuhan.... Kumohon...





Hanya dia yang kumiliki....."


















Pada akhirnya dalam keadaan ini...






Setiap manusia pasti akan kembali meminta kepada Tuhannya.







"Hanya Kau.... Hanya Kau yang bisa menyembuhkannya....






Tolong....






Aku yang sering melupakanMu....








Aku yang tidak pernah mengingatMu....









Memohon kepada Mu...











Jangan Kau ambil kakakku....










Hanya dia yang kupunya....











Aku belum siap kalau dia harus menyusul kedua orang tua kami di surga," Riku memeluk kedua tangannya didepan dada.











.










"Kakakku adalah malaikat ku, tapi aku belum siap jika dia akan pergi untuk menjadi malaikat di surga....











Diriku yang berdosa, memohon doa untuk kesembuhan kakakku,"





Telapak tangannya menyentuh daun pintu, menempelkan dahinya juga.











.










'Panas....









Panas sekali!!








Rasanya seperti terbakar.....










Kenapa tubuhku sepanas ini?!'







"AAAAAAAAAAAAAARRRRGGGHHHHHHHHHHHH!!!!"




Tenn meraung.


Tangannya mencakar seorang perawat yang berada didekatnya.



"WAAAARRHHHHHH!!!"





Dokter dan perawat yang berada disana terpaksa mengikatnya ke sisi ranjang agar tidak melukai.


"Kenapa.... Kenapa dia tiba-tiba sadar dan mengamuk?!"













Bahkan dari luar kamar pun Riku masih bisa mendengar suara raungan Tenn.






"Apa yang sebenarnya dilakukan Kujo?"












.











Gaes....




Saya mau UTS.





Kemungkinan akhir bulan ini juga akan sibuk untuk persiapan menyambut keponakan.





Ga akan Hiatus kok.





Cuma akan jarang update.





Vampire King's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang