BAB 2 ~ Tanah Air

22.5K 1.1K 108
                                    

Hai readers. Salam sayang dari author.

Semoga kalian suka ya sama part ini jangan lupa masukin karya author ke perpustakaan kalian!!!

Happy Reading🍂
*
*

"Mmm..anu, ahh itu Mbak Sarah nya sudah selesai sayang. Ayok kita berangkat!" jawab Saski mengalihkan pembicaraan.

Alano menghela nafas, meskipun usianya masih tiga tahun tetapi hati nya sudah begitu dewasa. Dia memiliki rasa sabar seluas samudra. Bagaimana tidak, sudah sejak lahir dia tidak pernah mengenal seperti apa sosok ayahnya. Bahkan ibu nya pun selalu menghindar disaat dirinya menanyakan sosok itu.

Selain karena penasaran seperti apa sosok ayahnya, dia juga begitu benci mengapa ayahnya bisa se tega itu membiarkan dia dan ibu nya hidup menderita. Apalagi orang-orang disekitarnya yang selalu merendahkan ibu nya karena tidak memiliki suami. Alano juga sering kali harus menutup mata dan telinganya ketika di ejek oleh teman-temannya tidak punya ayah.

"Sayang ko kamu cemberut gitu, kamu gak senang ya kita mau naik pesawat?" tanya Saski kepada Alano. Pasalnya putranya itu sedari tadi cemberut, bahkan matanya merah seperti menahan tangis.

"Hiks..mommy," jerit Alano menghambur kepelukan Saski.

Saski yang melihat perlakuan anaknya pun dibuat gelisah, "Sayang kenapa nak? Ada apa?". Dia menerima pelukan putranya, hati nya begitu sakit ketika.melihat Alano tiba-tiba menangis sesenggukan.

"Kenapa Alano nggak punya dady mom? Temen-temen Alano semuanya punya, cuma Alano yang nggak punya. Apa dady nggak cayang cama Alano mom..hiks..," tangisan Alano semakin.menjadi-jadi. Bahkan punggung Saski pun kini telah basah dibuatnya.

Hati Saski semakin teriris, putranya itu sudah besar. Hal ini sudah pasti terjadi, mereka hidup dilingkungan sosial sudah pasti Alano merasa minder.

"Dengar ya sayang, kita pasti akan bertemu dengan dady kamu. Sekarang Dady kamu lagi sibuk, nanti kalau sudah nggak sibuk dady bakalan nemuin kita," jawab Saski dengan suara bergetar, sekeras mungkin dia menahan air mata nya yang akan jatuh.

"Mommy janji?" tanya Alano yang kini tengah mendongak menatap Saski.

"Iya sayang mommy janji," ntah sadar atau tidak Saski mengucapkan itu, yang terpenting baginya saat ini adalah menghentikan tangis putranya.

Sekitar tiga puluh menit Saski melakukan perjalanan menuju bandara. Alano kini tengah tertidur, dia sedang menunggu waktunya take-off.

_____We are currently third in line for take-off and are expected to be in the air in approximately ten minutes time_______.

"Semoga keputusanku ini benar ya Tuhan," monolog Saski bersamaan dengan suara pramugari didepannya.

Setelah menunggu sepuluh menit akhirnya pesawat yang dirinya tumpangi lepas landas. Alano yang mendengar deru mesin peswat pun terbangun.

"Mommy Alan telbang mom.." teriak Alano antusias.

"Sutt..pelan-pelan ya bicaranya sayang, kasian banyak yang istirahat dibelakang. Alan senang?" tanya Saski. Hatinya begitu lega sekaligus was-was.

"Ceneng banget mom, Alan tinggi," jawab Alano begitu antusias.

"Gimana naik pesawat, takut gak? tanya Saski lagi. Kini dirinya dibuat lega mendapati Alano yang terlihat bahagia sama sekali tidak terlihat raut wajah takut.

"Nggak ko mom, Alan kan belani..jagoan.." jawab Alano begitu bersemangat bahkan saat mengatakan itu dia sampai mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Anak mommy memang hebat," ucap Saski mengacungkan jempolnya.
"Sebentar lagi kita sampai sayang, istirahat saja dulu ya," lanjutnya sembari mengelus lembut kepala Alano.

GISAS || CEO Penakluk (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang