BAB 1 ~ Kabar Buruk

33.9K 1.4K 123
                                    

Bab 1

"Teh kondisi Bi Irah semakin memburuk, kemarin dokter menyarankan supaya bibi dibawa ke rumah sakit besar di Jakarta."

Deg

Bagai disambar petir di siang bolong. Saski yang tengah berdiri pun merasakan badannya limbung, dengan segera dia menjangkau kursi dibelakangnya. Nafasnya tersenggal-senggal, apalagi saat mendengar nama kota Jakarta. Dia mencoba mengatur nafasnya kembali, dengan tangan yang gemetar dia mencoba mendekatkan ponsel nya lagi ke telinga.

"Kapan bibi harus dipindahkan La, apa harus ke Jakarta tidak bisa ke kota lain?" tanya Saski memastikan apa yang dia dengar tadi itu benar.

"Dokter bilang harus secepatnya teh, sekarang kondisi bibi kritis dan rumah sakit besar yang paling dekat itu hanya di Jakarta. Ila bingung harus gimana," jawab seseorang dibalik telepon. Orang itu bernama Sabila, asisten yang ditugaskan Saski untuk merawat Bi Irah di Bandung.

"Nanti teteh kabarin lagi ya La," ucap Saski dengan segera memutus sambungan telponnya.

Pikirannya dibuat kalut, di satu sisi Saski ingin sekali secepatnya menemui Bi Irah orang yang sudah dirinya anggap sebagai orang tua kedua. Namun, di sisi lain dia belum sanggup menginjakan kaki nya kembali di tanah air. Dia takut luka lama nya tergores kembali, padahal luka ini belum sepenuhnya sembuh.

Karena ini sebuah keputusan yang sangat besar, Saski membutuhkan saran dari keluarga nya terutama Papi Barak. Sebenarnya Saski selama ini hidup bergantung dengan Papi Barak, karena gaji yang dia dapatkan dia gunakan untuk membayar pengobatan Bi Irah.

Sekitar satu tahun yang lalu nenek dan kakek nya meninggal dunia, saat itu pula Saski kembali hidup sebatang kara. Jika dipikirkan dia juga malu bila terus-terusan menumpang hidup dengan orang yang bisa dibilang tidak ada kaitan darah sama sekali dengannya. Apalagi Papi angkatnya ini sudah memiliki keluarga baru yang pastinya beban finansial nya semakin bertambah.

****

"Mommy..,"

"Mommy..ini Alan Mommy," panggil seorang anak yang melihat kedatangan Saski.

"Ahhh..anak Mommy yang tampan," dengan langkah cepat Saski menghampiri anak itu. Anak yang sering di sapa Alan itu kini sudah berusia tiga tahun.

Panggilan Alan itu diberikan oleh nenek dan kakek Saski, yang berarti buyut nya Alan. Nama asli Alan sebenarnya Alano Evander, nama yang Saski berikan sesaat setelah Alan lahir. Saski sengaja menyisipkan nama Evander dibelakangnya karena teringat ucapan Gibran, jika keduanya kelak memiliki anak laki-laki maka anak tersebut akan diberikan nama Evander.

Awalnya Saski ragu untuk memberikan nama itu, namun setelah mengingat arti dari nama yang Gibran berikan membuat Saski mantap menyisipkan nama Evander dibelakang nama anaknya. Baginya selagi arti nama itu baik mengapa tidak. Alano Evander, Alano berarti tampan dan bahagia sedangkan arti dari Evander ialah anak laki-laki yang baik, diambil dari bahasa Yunani.

Kini Saski tinggal di satu rumah sederhana bersama Alano dan seorang wanita yang dia tugaskan menjadi pengasuh putranya. Wanita itu bernama Sarah, sama seperti Saski dia berasal dari Indonesia. Dia bertemu dengan Sarah sekitar tiga bulan setelah Alano lahir. Jadi tidak bisa diragukan lagi selain dekat dengan Saski, Alano juga sangat dekat dengan Sarah.

"Eh bu sudah pulang?" tanya Sarah yang melihat majikannya sudau samapai didepan rumah.

"Ah Sarah, ini baru sampai. Hari ini tolong siapa-siap ya soalnya kita mau ke rumah Papi," titah Saski sembari membrikan Sarah satu buah paperbag berisi mainan Alano.

"Baik bu, saya permisi ke belakang dulu," pami Sarah yang kini tengah berjalan meninggalkan Saski.

Saski yang selalu dibuat rindu dengan Alano mulai membasahi pipi putra semata wayangnya itu dengan banyaknya kecupan.

GISAS || CEO Penakluk (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang