Hai Readers. Salam sayang dari Author.
Meskipun belum lebaran saling memaafkan gak salah kan ya? So, di part kali ini kita liat para tokoh saling maaf-maaf pan.
Happy Reading🍂
*
*Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Hari ini tepat enam bulan setelah kejadian Kanaya pada acara resepsi Saski dan Gibran waktu itu. Niat awal Saski untuk mengalah dia urungkan setelah melihat keadaan Kanaya yang semakin membaik dan perlahan menerima kehadiran Dimas.
Sejak beberapa bulan lalu bahkan Dimas sudah mengajak Kanaya untuk melangsungkan pernikahan. Namun, Kanaya selalu menolaknya dengan alasan belum siapa. Dia meminta waktu untuk memantapkan hatinya, mungkin sampai anak mereka lahir ke dunia.
Sebenarnya dua bulan pertama Kanaya dirumah sakit, dia terus meminta untuk menggugurkan kandungannya. Tetapi atas dukungan Dimas yang selalu menemaninya Kanaya mulai menerima janin pada rahimnya. Meskipun selama proses kehamilannya Kanaya tetap harus berada di rumah sakit, hal itu sama sekali tidak merubah keputusannya untuk melahirkan anak mereka berdua kedunia.
"Nay hari ini mau makan apa?" tanya Dimas penuh perhatian.
"Nggak tau Dim, aku lagi males makan apa-apa," jawabnya datar.
"Loh kok gitu sih, kamu harus makan dong. Tubuh kamu butuh tenaga apalagi sekarang perut kamu udah besar, berat pasti." Bujuk Gibran, tangannya mengusap lembut perut Kanaya yang sudah buncit.
"Tapi perasaan aku nggak enak Dim, dari pagi baby kok kaya nggak ada pergerakan." Ucap Kanaya, wajaynya terlihat sangat gelisah.
"Masa sih?" Tanya Dimas panik.
Kanaya mengangguk,"Iya Dim, apa dia emang lagi capek ya...coba kamu ajak ngobrol dia respon gak?" dirinya menuntut Dimas untuk mengusap letak dimana biasanya bayi nya mberikan respon.
"Anak Papa mana nih? Papa kangen...kita main yuk.." ucap Dimas sembari meletakan telinganya disamping perut Kanaya.
"Anak gadis papa lagi tidur ya? Bangun dulu yuk nak, papa sama mama pengen main." Dimas terus berusaha.
Beberapa detik kemudian pandangan Dimas tertuju pada deru nafas Kanaya yang tidak beraturan. Tangannya reflek memegangi dada wanita itu, dirinya begitu panik saat merasakan detak jantung Kanaya melemah.
"Dim...eumh...heu...heu...heu..." Panggil Kanaya dengan nafas tersenggal-senggal.
Dimas berlari sekencang mungkin dan berteriak memanggil dokter.
"Dokter...dokter tolong...tolong istri saya dokter!" Teriakan Dimas sukses membuat semua orang yang ada disana panik.
"Ada apa Dim, kenapa?" tanya Tante Lina bangkit dari duduknya.
"Naya tan..Naya.." Jawab Dimas prustasi.
Dimas, tante Linda dan Om Irwan masuk ke ruangan Kanaya secara berasamaan. Mereka terus mencoba mengajak Kanaya untuk berkomunikasi supaya kesadarannya tetap satabil.
"Nay...Naya sayang ini ibu, Naya gak papa kan?" Tante Lina mengelus puncak kepala Kanaya.
Kanaya merespon pertanyaan ibu nya dengan sebuah anggukan, mulutnya terasa kaku.
"Sabar ya sayang, sebentar lagi dokter datang. Naya lihat ibu, ada ibu disini nak. Kita berjuang sama-sama.." Tante Lina terus memberikan semangat kepada Kanaya, dia tidak akan membiarkan putrinya merasa kesepian.
Kanaya tersenyum, matanya sedikit demi sedikit mulai terpejam. Tangannya melemah dan dia kehilangan kesadaran.
Dokter datang tepat dimana Kanaya sudah dalam keadaan pingsan. Tanpa basa-basi dokter itu langsung menangani Kanaya dan memerintahkan semua orang untuk meninggalkan ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GISAS || CEO Penakluk (END)
Aléatoire[ BUDAYAKAN VOTE SEBELUM BACA, JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BAB DI PRIVATE] WARNING ⚠️ ADA BEBERAPA ADEGAN 18+ 21+. **** Kabar buruk dari Bandung mengharuskan Saski kembali ke tanah air. Dimana tempat itu banyak menyimpan kenangan selama 18 tahun kehi...