Bab 40 ~ Hari Yang Di Tunggu

6.6K 253 60
                                    

Hai Readers. Salam sayang dari Author amatiran.

Semoga kalian puas ya sama part kali ini.

Happy Reading🍂
*
*

Saski mencoba bangkit dari tidurnya dibantu oleh Gibran. Dia bersandar pada bantal yang sudah sempat Gibran tinggikan.

Sementara kedua wanita itu terus menatap Saski dari jauh. Perlahan keduanya mendekat, suasana tiba-tiba hening hanya terdengar suara decitan roda yang bergesekan dengan lantai.

"Bibi...." Suara Saski terdengar lirih.

Wanita yang dipanggil bibi itu tersenyum, dapat dilihat dari raut wajahnya dirinya tengah bahagia. Tangannya mencoba menjangkau tangan Saski namun, karena terlalu tinggi dirinya kesulitan menjangkaunya.

Saski mencoba mengangkat badannya, dia berniat untuk turun dari blankar. Namun, tangan Gibran sudah lebih dulu menahan pergerakannya. Mungkin karena pria itu khawatir akan kesehatan Saski.

"Jangan turun non, biar seperti ini saja." Suara lembut itu kembali terdengar ditelinga Saski.

Suara yang selalu Saski nantikan akhirnya terdengar lagi. Bahkan wanita tua itu kini sudah bisa membuka matanya dan menggerakan tangannya seperti semula.

Tubuhnya terlihat sangat kurus, tetapi wajahnya yang selalu berseri tetap sama seperti dulu. Rambut nya kini sudah berubah warna, keriput bermunculan di seluruh bagian tubuh rapuh itu.

"Bibi....ini beneran bibi kan?" tanya Saski, matanya mulai berat.

"Iya non, ini bibi. Terimakasih banyak non karena selama ini sudah mau merawat bibi. Bibi berhutang banyak," jawab bi Irah. Ada rasa bahagia saat dirinya bisa kembali sehat namun, ada rasa sedih juga saat mengingat bahwa selama ini dia telah menyusahkan banyak
orang.

Saski menggeleng, dia tersenyum begitu tulus. Tidak ada sedikit pun rasa menyesal dalam hidupnya saat dirinya memutuskan untuk membantu Bi Irah.

Jujur, awal pertama mendengar kesehatan Bi Irah menurun Saski memang dibuat gelisah. Apalagi dirinya harus kembali ke tanah air, tetapi ternyata ini malah berdampak baik bagi hubungannya dengan Gibran. Dia bersyukur tidak salah melangkah lagi kali ini dan dirinya berharap semoga kedepannya keluarga yang dia cintai dijauhkan dari masalah.

"Ran, aku pengen turun..." Pinta Saski dengan wajah memelas.

"Tapi Sas, keadaan kamu belum stabil." Bantah Gibran, dia begitu khawatir dengan kondisi Saski.

"Sebentar aja, ini baby yang mau loh." Ucap Saski, dia terpaksa berbohong supaya Gibran bersedia menurutinya.

"Ya udah tapi sebentar aja," jawab Gibran kemudian membantu Saski untuk turun dan meletakkannya di kursi roda.

Saski mulai menatap mata hitam legam milik Bi Irah. Hatinya seketika menghangat, keinginan nya untuk melihat Bi Irah kembali sehat sudah Tuhan penuhi.

"Bibi Saski kangen," Saski merengkuh bi Irah, keduanya saling melepas rindu setelah lima tahun tidak bertemu.

"Hikss...bibi juga kangen non, bibi nggak nyangka masih bisa bernafas samapai sekarang." Ucapan Bi Irah sontak membuat Saski semakin menangis.

"Jangan bilang gitu bi, bibi orang baik Tuhan pasti selalu mendengar doa bibi. Saski berharap bibi sehat selalu, Saski juga mau bibi nanti lihat anak kedua Saski ini lahir ke dunia." Saski menggenggam erat tangan yang kini hanya tinggal tulang berbalut kulit.

Keinginan Saski sontak membuat Bi Irah semakin menangis. Tangisannya kini pertanda kebahagiaan, dia tidak menyangka bisa sampai dititik ini. Dimana anak kecil yang dulu mengoceh dipangkuannya sebentar lagi akan menjadi seorang ibu dengan dua anak.

GISAS || CEO Penakluk (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang