chapter 22

1.7K 122 0
                                    

lisa pov

"diana?" ucapku terkejut melihat setelah melihat dan mengetahui siapa yg baru saja memanggilku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"diana?" ucapku terkejut melihat setelah melihat dan mengetahui siapa yg baru saja memanggilku.

dan kamipun sama sama berjalan dengan cepat untuk memeluk satu sama lain.

"k-kenapa kau disini?" tanyaku sambil bertatapan dengannya.

"mommy dan daddymu yg memintaku,mereka mengkhawatirkanmu" jawabnya dan kamipun kembali memeluk satu sama lain lagi.

aku memeluknya erat,semakin erat saat aku merasa airmataku mulai bergenang.

"semua akan baikbaik saja,kau tidak sendiri,dan aku ada disini sekarang denganmu ok" ucapnya menenangkanku.

"annyeonghaseo" sapa seseorang membuatku yg saat ini sedang memeluk diana sambil menutup mataku kini mulai membuka mataku untuk mengetahui siapa yg baru saja menyapa kami.

"dok,kenalkan ini adalah orangtua bambam" ucap rose pada seseorang yg baru bergabung ini.

akupun kembali menutup mataku setelah aku melihat sosoknya.

"lisaaa~" ucap diana.

dan aku tidak menggubrisnya,karna memeluknya seperti ini berhasil membuatku sedikit lebih tenang.

"perkenalkan,aku jennie kim. aku dokter yg bertugas dan bertanggung jawab atas bambam" ucapnya.

"baiklah,kami percayakan anak kami padamu. ku mohon lakukan yg terbaik untuknya" ucap ayah bambam.

sial,mendengar ini membuatku merasa sakit. aku masih belum menyangka atas apa yg terjadi pada bambam saat ini.

"aku akan berusaha semaksimal mungkin,dan tentu saja aku akan melakukan yg terbaik. dan untuk saat ini,aku juga minta kalian membantuku untuk mendoakan bambam agar dia dapat melawati fase komanya ini" jawab jennie.

"aku pasti akan mendoakan anakku" jawab ibu bambam.

"kalau begitu aku permisi dulu,kajja rosie" ucapnya,dan ku dengar suara langkah kaki yg menjauh.

"diana,ajak lisa kembali ke apartemen. pastikan dia makan dan minum obat" ucap ibu bambam,mmbuat diana mendorong tubuhku untuk melepas paksa pelukanku.

"kau sakit?" tanyanya menatap kearahku,dan akupun tidak berniat untuk menjawabnya.

tangan diana bergerak menyentuk ceruk leherku dalam beberapa detik dan berganti ke keningku.

"aku ingin tetap disini bersama bambam" ucapku.

"ani,kita ke apartemen sekarang atau aku akan memberitau pada mom dan juga dad" ucapnya mengancamku.

sial.

akupun mendengus pasrah mendengar ancaman diana.

"berjanjilah untuk mengabariku tentang apapun yg terjadi pada bambam" ucapku pada kedua orangtua bambam,dan berhasil membuat mereka mengangguk sebagai jawaban.

my weaknesses (jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang