47...

104 8 7
                                    

_______________

________

"Sampai kapan kita bakal ada di sini?" Tanya Arin karena ia sudah merindukan kasur dan ingin segera kembali.

"Selamanya"

Arin menatap Evans penuh keterkejutan, mereka akan mati?

Tapi pria itu langsung tertawa. Arin terjebak dalam candaan Evans. Pria itu bercanda dan Arin benar-benar takut tadi.

"Serius!"
Arin memukul Evans sekali tepat di lengannya yang terkilir.

Evans sempat mengaduh kemudian terkikik sambil mengusap tangannya.

"Handphone ku,uang ku... Tasss kuuuuuuu"

Mereka sibuk menyelamatkan diri sampai lupa pada alat untuk membantu mereka.
Kecuali tas, Arin sangat menyayangi tas itu.

Arin menatap Evans sinis, apakah pria itu tidak memiliki pilihan lain selain menjeburkan seluruh barang mewah ke laut.
BMW itu mahal bukan? Pria ini memang gila.

"Aku tau ini akan membuat mu kesal, tapi tas bisa kau beli lagi besok. Tapi nyawa, di mana kau akan membelinya jika sudah hilang?"

Arin tersenyum kecut.
"Terimakasih, malam pernikahan yang hebat. Akan aku simpan dan menceritakan kepada anak-anak ku nanti"

"Sama-sama"

Jawabannya seperti bualan. Ini yang mereka khawatirkan.
Dadanya mulai sesak, udara makin terasa padat.

"Apa ada apa?"
Evans bisa jelas mengetahui Arin yang menahan sakit.

Evans lantas mendekat berusaha meraih ujung bawah pakaian Arin.

Wanita itu menjauh saat Evans berusaha menjalankan inisiatifnya.

"Jika kamu masih menolak Arin, aku yang akan memaksa mu"
Ujar Evans geram. Ia tak mau Arin kenapa-kenapa.

"Baiklah, baiklah. Putar badanmu"

Jangan sampai ia mati di sini. Arin mengambil gorden yang terlihat cukup lebar. Tapi itu tidak akan cukup untuk menghalu dingin. Yap tetapi ini lebih baik daripada pakaian basah yang ada di tubuhnya.

Evans membalikkan tubuhnya, ia mengikuti apa yang Arin inginkan dengan patuh.

"Pasti kamu sedikit kesal karena aku penyakitan"

Karena Arin sejujurnya kesal karena ia harus seperti ini. Terkadang ia lelah sakit, tapi ia tidak pernah bisa berbuat banyak.

"Jika kamu tau aku seperti apa, kamu juga pasti akan kesal atau takut"
Evans kemudian diam, dia tak bergerak tapi ia mengatakan sesuatu yang misterius dan dalam.

"Maksudnya?"

"Kita punya kekurangan Arin, itu bagus membuktikan jika kita adalah manusia. Sejak awal aku sudah siap menerima semua konsekuensinya. Kita tau tidak ada yang sempurna di dunia ini. Aku yang tidak memiliki orang tua. Aku juga tidak sempurna, bahkan Angel. Dulu aku memang menginginkan semua yang sempurna, tapi tidak lagi."

Ada apa dengan wanita itu, mengapa namanya di sebuah lagi.

"Memangnya ada apa dengan Angel?"

Evans mendengus dan tertawa kecil.

"Dia punya anak bukan? Dia hamil saat masih berpacaran dengan ku. Bukankah kamu tau itu?"

Ah, itu benar. Mungkin Evans merasa Angel tidak sempurna karena ia punya orang lain dan sedikit merasa terkhianati.

Tapi sampai detik ini, ia yang ia tau Evans pria yang baik. Dia belum menunjukkan satupun sikap buruk atau kekurangannya. Dia sempurna, hingga Arin penasaran di mana celah pria ini. Arin masih mencari-cari apa kekurangan Evans.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang