Prolog

429 50 9
                                    

Apa kau tau? Di dunia ini tidak ada orang yang benar-benar tulus. Terkadang kita sendiri sulit membedakan mana itu cinta dan mana itu nafsu.

Malam menyelimuti kota bandung yang ramai itu. Semua orang berlalu lalang menikmati aktifitas mereka masing-masing.

Seorang remaja perempuan berusia 17 tahun sedang meringkuk di kasurnya dengan mata sembab sehabis menangis.

Tatapannya sendu, bibirnya pucat, dan kelopak matanya yang membengkak.

'sungguh malang nasibmuಥ_ಥ'

Remaja perempuan itu kembali mengingat kejadian tadi siang.

"LEBIH BAIK KITA AKHIRI HUBUNGAN INI! GUA UDAH MUAK!!!"

"Tapi kenapa? Bukannya kamu janji gaakan ninggalin aku? Terus ini apa?"

"Gua udah bosen kalo lu mau tau!!"

Amora tampak menggeram marah.

"Sialan!! Setelah apa yang udah kita lewati sama-sama, setelah apa yang udah gue kasih sama lo, lo ninggalin gue gitu aja? Brengsek!! Lo inget bangsat!! Semua udah gue kasih termasuk masa depan gue! Lo udah renggut Masa depan gue kalo lo lupa!! BRENGSEK LO SIALAN!!!" Ucap Amora menggebu-gebu, ia tidak peduli dengan pandangan orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.

Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang dalam fikirannya. Ia tak menyangka kalau hubungannya akan berakhir begitu saja.

Namanya Amora putri devano. Ia seorang siswi SMA di salah satu SMA terbaik di kota bandung. Ia mempunyai dua orang kakak laki-laki yang bernama Albara putra devano dan Alvaro putra devano. mereka cukup dekat satu sama lain hingga hari itupun tiba hari dimana orang tua dan kedua orang kakak membenci seorang Amora.

PLAK!

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi mulus Amora.

"Mengapa kau melakukan hal yang bisa mempermalukan kami!! Geram Vano Ayah Amora.

"Kenapa kamu melakukan itu Mora? Kamu itu anak perempuan kami satu-satunya.. hikss," ucap Aulia Ibu Amora.

"Kau benar-benar memalukan, cihh." Alvaro.

Sedangkan Albara, ia hanya menatap Amora dengan tatapan datar.

"Maafkan Mora yah, bun, bang. Mora gak tau kalau semuanya bakal kayak gini, hikss."

Setelah sekian lama diam tanpa sepatah kata apapun, akhirnya Albara angkat bicara.

"Sudahlah Yah, bun, biarkan dia merenungkan kesalahan yang telah ia perbuat." Setelah mengalahkan itu Albara pun pergi keluar dari rumah, ntah kemana tujuannya saat ini. Jujur sebenarnya Albara tidak tega melihat adik kesayangannya itu.

Sang kepala keluarga mengusap wajahnya frustasi.

"Yang di katakan Albara benar, biarkan saja dia merenungkan kesalahannya itu sendiri. Setelah mengatakan itu semua orang pun pergi meninggalkan Amora yang terduduk lemah di lantai sambil menangis sejadi-jadinya.

Bersambung..


✧༺Amora༻✧

Amora [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang