Chapter 30

59 14 5
                                    

Sisil

22.06
Haii

22.09
Hai, siapa?

Alvaro ketar-ketir. Sungguh, ia tak menyangka jika Sisil akan membalas pesannya.

"Waduh, gimana nih? Gue harus bales apa ya?" Alvaro mondar-mandir kesana kemari karena merasa gugup.

"Aduh gue kok jadi nervous gini ya,"

"Aduh bales gak ya? Bales aja deh."

Sisil

22.06
Haii

22.09
Hai, siapa?

22.13
Hai Sil, ini gue Varo abangnya Mora.

22.13
Ah, Bang Varo. Ada apa ya Bang?

"Anjirr fast respon cuy!" Ucap Alvaro salah tingkah.

22.14
Gak ada apa-apa sih,
btw save nomor gue ya.

22.15
Eh, gue kira ada apaan.
Yaudah nanti gue save.

Alvaro senang bukan main. Percakapan itu berlangsung cukup lama. Alvaro menanyakan hal-hal random yang di jawab dengan hal random pula oleh Sisil.

.
.

Hari ini semua anak kelas 12 sedang melangsungkan Ujian nasional. Sedangkan kelas 10 dan 11 tentu saja di liburkan.

Amora merasa bosan, baru juga beberapa jam Deza meninggalkannya tapi ia sudah begitu merindukan sosok Deza. Amora turun ke lantai bawah untuk sekedar mengisi perutnya yang terasa keroncongan. Saat Amora sedang berkutat dengan masakannya, tiba-tiba belum apartemen berbunyi. Dengan secepat kilat Amora mematikan kompor dan berjalan untuk membuka pintu apartemen.

Saat pintu apartemen di buka, terlihat ketiga sahabat Amora yang masing-masing menenteng sebuah keresek yang Amora yakin di dalamnya pasti terdapat banyak makanan. Tapi, bagaimana sahabatnya itu tau lokasi apartemennya?

"Gak mau di ajak masuk nih?" Tanya Putri saat melihat keterdiaman Amora.

"E-eh ayo masuk," Ucap Amora.

"Btw kalian tau darimana gue tinggal disini?" Tanya Amora saat keempatnya sudah duduk dengan nyaman di sofa ruang tamu.

"Dari Kak Deza." Jawab Putri santai.

"Iya Ra. Kak Deza bilang selama dia di sekolah, kita harus temenin lo disini." Ucap Tifani. Amora hanya ber 'Oh' ria mendengar ucapan Tifani.

"Eum, kalian bawa apa?" Tanya Amora sambil memandang kantong keresek yang di bawa ketiga sahabatnya itu.

"Oh, ini camilan aja. Gue tau lo demen ngemil kan akhir-akhir ini?" Tanya Sisil. Amora hanya mengangguk untuk mengiyakan.

Entah perasaan Amora saja atau memang benar, sedari tadi Amora merasa jika tiga orang di depannya itu terus menatapnya.

"Ra, kok lo gak jujur sih sama kita?" Tanya Putri.

"Huh? Jujur tentang apa?" Alih-alih menjawab, Amora malah balik bertanya pada Putri.

"Lo hamil kan?"

Deg

"H-hah? K-kata siapa?" Tanya Amora terbata.

"Kita udah tau semuanya Ra, lo gak usah bohong lagi." Ucap Sisil.

Amora menghela nafasnya pelan. Mereka sudah tau ternyata. Bagaimana ini? Darimana mereka tau? Bagaimana jika mereka membencinya? Semua pertanyaan itu terus berputar di kepala Amora saat ini.

Amora menunduk takut, ia memainkan ujung bajunya sendiri karena tidak tau harus berkata apa. Hingga satu kata pun keluar dari mulut Amora.

"Maaf," Ucapnya sambil menunduk dalam. Bahkan tanpa ketiganya sadari, saat ini mata Amora sudah berkaca-kaca.

"Jujur, jujur kita kecewa sama lo Ra." Ucap Tifani.

Cukup, sudah cukup. Amora tidak sanggup lagi menahan air matanya yang sedari tadi ia tahan. Amora mulai terisak, hal itu sontak membuat ketiga sahabatnya terkejut. Ketiganya menghampiri Amora dan dengan segera mereka memeluk Amora untuk menenangkannya.

"Ra jangan nangis, kita gak marah kok. Kita cuma kecewa aja karena lo gak jujur sama kita dari awal," Ucap Tifani sambil mengusap lembut punggung Amora.

"G-gue malu hiks, g-gue takut kalian semua benci sama gue hiks, gue takut kalian jauhin gue kalau tau saat ini gue lagi hamil," Amora terisak dalam pelukan ketiga sahabatnya.

"Ra, kok ngomongnya gitu sih. Kita ini udah sahabatan dari kecil. Kita gak mungkin ninggalin lo gitu aja," Ucap Sisil.

Amora semakin terisak, ia tidak menyangka kalau respon ketiga sahabatnya itu tidak seperti apa yang ia pikiran selama ini.

"Hiks, maafin gue hiks," Amora semakin mengeratkan pelukannya pada mereka.

"Att udah jangan nangis terus, kasian baby nya nanti stres loh," Ucap Tifani menenangkan.

Ketiganya terus saja menenangkan Amora agar Amora berhenti menangis. Akhirnya Amora yang merasa cukup lelah pun akhirnya berhenti menangis. Amora yang sudah tenang pun mulai menceritakan semua kejadian itu dari awal. Tifani Putri dan Sisil tidak henti-hentinya merasa terkejut saat mendengar cerita Amora.

"Jadi, kapan Kak Deza mau ngelamar lo?" Tanya Putri.

Blush

Pipi Amora tiba-tiba merona saat mendengar pertanyaan Yang terlontar dari mulut Putri.

"Eum, Kak Deza bilang sehabiujujian dia mau lamar gue," Ucap Amora malu-malu.

"HAH?!" Teriak ketiganya. Amora yang merasa terkejut hampir saja tersedak makanannya sendiri.

"I-iya, kenapa?" Tanya Amora.

"G-gak papa, kita cuma kaget aja." Amora hanya ber 'Oh' saat mendengar ucapan Tifani.

Hening, tak ada lagi yang membuka suara. Mereka terlarut dalam fikiran masing-masing.

Selang beberapa saat, suara Putri kembali terdengar.

"Sil, tadi malem Bang Varo minta nomor lo dari gue. Ada gak?" Tanya Putri.

"H-hah? Oh iya, iya ada." Ucap Sisil. Terlihat sekali kalau saat ini Sisil seperti salah tingkah.

"Kok Bang Varo minta nomor Sisil? Buat apa?" Tanya Amora.

"Ya mana gue tau, demen sama Sisil mungkin dia. Eh-" Putri menghentikan ucapannya kala ia mengingat sesuatu.

"Kenapa lo?" Tanya Amora.

"Anjir gue lupa, Bang Varo kan mau traktir gue selama satu minggu. Tapi sialnya selama satu minggu ini kan kita libur. Huftt," Ucap Putri.

"Ngapain dia traktir lo segala? Mana satu minggu lagi," Tanya Tifani.

"Kan gue udah bagi nomor Sisil ke dia. Tapi gue bilang gak gratis, jadi dia berani traktir gue selama satu minggu deh," Ucapnya santai. Tak taukah Putri, kalau saat ini Sisil sedang menatapnya tajam.

"Lo jual nomor gue?!" Teriak Sisil.

"Eh-"

"Sini lo bangsul!" Sisil berlari mengejar Putri yang saat itu sudah berlari terbirit-birit menghindari serangan maut Sisil. Sedangkan Amora dan Tifani hanya diam di tempat sambil terbahak-bahak melihat tingkah kedua sahabatnya itu.

✧༺Amora༻✧

Jangan lupa tinggalkan jejak kawan,,
Votment juseyo♥︎

Amora [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang