Chapter 9

61 19 7
                                    

Satu pagi di kediaman Bintara...

BRAK!!!

Pintu di banting dengan tidak manusiawi. Siapa pelakunya? Angga. Ya pagi ini Angga masuk ke dalam kamar saudaranya dengan emosi yang menggebu-gebu. Ketika sampai di kamar, Angga tidak menemukan batang hidung orang yang dia cari. Hingga suara pintu yang terbuka mengalihkan atensinya. Dengan tergesa-gesa Angga menghampiri Deza yang saat itu baru saja keluar dari kamar mandi.

DUGH!! BRAK!!

Angga melayangkan satu pukulan pada Deza.

"Maksud lo apa sialan?! Maksud lo apa bilang ke papah kalo gua ikut balap liar semalam?!" Tanya Angga pada Deza. Deza hanya tersenyum miring sambil membersihkan darah di ujung bibirnya karena pukulan Angga saat ini tidak main-main menurutnya.

"Gua cuma ngasih sedikit pelajaran buat lo karena udah berani-beraninya ngejek gua di depan musuh bebuyutan gua." Jawab Deza sambil menyeringai.

"Cih, sebenernya disini yang kakak itu lo apa gua? Cuma kalah taruhan aja ngadu ke papah, haha dasar anak papah." Ucapan Angga barusan mampu menyulut emosi Deza, hingga seperkian detik kemudian satu pukulan Deza layangkan ke wajah tampan Angga.

"Aishhh sialan, apa harus gua bilang ke papah kalo lo udah pernah hamilin anak orang?" Mendengar itu Deza hanya mendecih dan tersenyum mengejek.

"Silahkan aja, so.. papah gak bakalan percaya sama omong kosong lo itu."

"Kita lihat aja nanti." Setelah mengatakan itu Angga keluar dari kamar saudaranya meninggalkan Deza yang mematung dengan rahang yang mengeras.

*Oh iya angga sama deza itu adik kaka ya, umur mereka cuma selisih satu tahun. Jadi jangan heran kalau mereka satu angkatan.*

.
.
.

Sementara itu di kediaman Devano. Tepatnya di halaman belakang rumah mereka, mereka sedang menikmati weekend bersama keluarga. Mereka mengadakan acara bakar-bakar disana. Amora dan Alvaro sedang sibuk menyiapkan bakaran mereka, Albara menata meja, sedangkan Ayah dan Bunda sedang sibuk bercanda gurau sambil sesekali tertawa melihat tingkah Amora dan Alvaro yang selalu saja bertengkar.

"Ihh Bang Varo ini ko gosong?!! Aaaa gimana sih~" Amora memukul-mukul kepala Alvaro menggunakan spatula.

"Aduh!! Aduh!! Sakit dekk ah." Alvaro mengaduh kesakitan.

"Ya siapa suruh ini gak di bolak balik?! Jadi gosong kan!!"

"Udah udah dek ga papa itu kan masi banyak mentahannya,," Kata Bunda menengahi.

"Huftt~ yaudah." Akhirnya Amora pun menuruti apa yang bundanya ucapkan dan mulai menyelesaikan semuanya.

Setelah selesai, Amora membawa semua bakarannya ke atas meja dengan Albara yang membantunya. Dan acara makan-makan pun berlangsung dengan tenang sambil sesekali tawa mereka pecah karena pertengkaran Amora dan Alvaro tidak ada habisnya. Hingga akhirnya acara mereka pun selesai.

"Eumm dek." Yang di panggil pun melirik dan hanya memutar bola matanya malas.

"Apaan?" jawab Amora ketus. Melihat itu Alvaro hanya menghela nafas.

"Lo kenal Deza? Anak baru kelas 12 IPA itu,"

"Kenal, kenapa?"

"Gua ingetin lo jangan deket-deket sama dia dek, dia itu bukan cowok baik-baik." Dapat Alvaro lihat jika Amora seperti tak suka dengan apa yang baru saja ia ucapkan.

Mendengar apa yang baru saja abangnya katakan, Amora mengerutkan dahinya tak mengerti. Kenapa juga abangnya larang-larang dia buat deket sama Deza.

"Kenapa gitu??" Tanya Amora meminta penjelasan.

"Ya pokoknya lo gak boleh deket-deket sama dia, kalo lo ngeyel lo bakal nyesel ingat itu Dek." Setelah mengatakan itu Alvaro pun melenggang pergi masuk ke dalam rumah meninggalkan Amora yang masih tidak mengerti apa maksud abangnya melarang dia deket-deket sama Deza. Gak tau apa kalo Deza tuh cowok yang dia suka.

.
.

Siang berganti sore, dan sore pun berganti malam. Saat ini Amora sedang guling-guling gak jelas di atas kasus king size nya sambil sesekali memikirkan apa yang di maksud abangnya tadi siang. Dia mulai berfikir apakah yang abangnya katakan itu benar? Kalau memang benar, aahh tidak tidak, Amora mmenggelengkan kepalanya kuat-kuat untuk menghilangkan fikiran buruk mengenai Deza. Amora benar-benar di landa kegelisahan, dia ingin menuruti perintah abangnya, tapi si sisi lain dia juga telah jatuh hati pada seseorang bernama Deza itu. Ia merasa bingung dan hanya bisa merebahkan badan dan memejamkan matanya. Hingga pada akhirnya rasa kantuk pun menghampiri dan beberapa detik setelahnya Amora tertidur pulas.


✧༺Amora༻✧

Pendek ya? Sory guys soalnya gue bingung mau nulis apa lagi di chapter ini.
So,, jangan lupa votment ya❤

Amora [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang