Chapter 24

64 18 0
                                    

Semenjak kejadian itu, kini Amora tidak tinggal lagi di rumah. Ia sangat malu pada keluarganya terlebih pada ayahnya. Saat ini Amora tinggal di apartemen yang ia beli dengan uang tabungannya sendiri. Tidak ada satupun yang mengetahui keberadaan Amora saat ini.

Amora juga memutuskan untuk berhenti sekolah karena ia tidak mau teman-temannya tau atas kehamilannya itu. Berhentinya Amora dari sekolah cukup menjadi tanda tanya besar bagi ketiga sahabatnya. Karena jujur, mereka tidak tau sebenarnya apa yang terjadi pada Amora.

Sedangkan Deza, saat ini ia sedang terkapar lemah di rumah sakit dengan keadaan babak belur. Tadi saat ia sedang bersantai di markas tiba-tiba Dejun dan Alvaro datang tergesa-gesa dengan amarah yang membuncah.

Alvaro menyalahkan sepenuhnya pada Deza atas perginya Amora. Varo menghajar Deza membabi buta tanpa memberi kesempatan pada Deza untuk melawan.

Sedari tadi Deza tidak bisa berhenti memikirkan apa yang Alvaro dan Dejun ucapkan.

Flashback on

"Lo apa-apaan bangsat! Uhuk!!" Ucap Deza sambil memegang perutnya yang baru saja di tendang Alvaro kuat-kuat.

"Lo tau adik gue hamil?" Tanya Alvaro.

"Tau." Jawab Deza seadanya.

"Kalau lo tau kenapa lo gak tanggung jawab bangsat!" Bentak Varo.

"Lo juga dulu gak tanggung jawab kan pas Yuri hamil anak lo? Lagipula, gue gak yakin itu anak gue. Bisa aja kan itu anak Dejun." Ucapnya santai.

"Karena dulu gue gak tau kalo Yuri hamil anak gue! Dan lagi, punya bukti apa lo kalo itu anak Dejun dan bukan anak lo?"

Dengan cepat Deza melemparkan ponselnya ke arah Varo dan memperlihatkan foto Amora yang sedang berpelukan dengan Dejun di sebuah kamar.

"See, lo liat sendiri kan."

Dejun yang melihat foto itu mendecak sebal, ia tidak tau kalau Deza sebodoh itu.

"Ck dasar bodoh." Ucapnya.

"Maksud lo apa?!" Tanya Deza.

"Ternyata lo sebodoh itu ya. Lo liat baik-baik. Jelas banget kalo ini tuh editan. Lagian lo dapet foto ini darimana sih?" Tanya Dejun.

"Lo gak perlu tau gue dapet foto ini darimana. Dan gue gak percaya, ini bukan editan ini real." Deza bersikeras untuk menyangkal semua yang di katakan Dejun.

"Ck, di bilangin gak percaya. Asal lo tau, gue emang suka sama Amora, tapi gue gak pernah sentuh dia karena dia sendiri yang bilang kalo dia gak mau hianatin lo. Lo bodoh! Lo laki-laki terbodoh yang pernah gue temuin. Lo bodoh udah nyia-nyiain ketulusan Amora. Kalo gue tau akhirnya bakal kayak gini, udah gue rebut Amora dari dulu." Ucapnya panjang lebar.

"Dan satu lagi, udah dua hari ini Amora pergi dari rumah dan gaada yang tau dimana dia sekarang. Lo tau? Ini semua gara-gara lo." Lanjutnya. Setelah mengatakan itu Dejun pergi meninggalkan Deza. Sementara itu Varo berdiri menatap tajam ke arah Deza dan berkata.

"Kalau sampai sesuatu terjadi sama Amora, gue gak akan segan-segan bikin hidup lo lebih sengsara dari apa yang Amora rasain sekarang." Setelah mengatakan itu Alvaro pergi menyusul Dejun.

"A-apa yang udah gue lakuin?" Gumamnya.

"J-jadi Amora beneran hamil anak gue? Gabisa! Gue gabisa diem aja. Gue harus cari Amora sekarang." Deza pun berinisiatif untuk mencari Amora. Ia melajukan motornya di atas rata-rata tanpa ia sadari mobil truk di depannya hilang kendali dan kecelakaan pun tak bisa ia hindari.

BRAK!

Deza terpental jauh dengan keadaan yang cukup mengenaskan.

"A-amora, m-maafin gue," Pandangan Deza mulai mengabur dan kesadarannya pun hilang saat itu juga.

Flashback of

"Gue harus sembuh, gue harus cari Amora." Deza memaksakan tubuhnya yang terluka untuk bangun tapi sayang, lukanya itu tidak bisa di ajak kompromi.

"Arghhhh! Sialan!" Teriaknya.

Sementara itu, Amora merasa ada yang tidak beres dengan perasaannya. Tiba-tiba saja ia khawatir memikirkan Deza.

"Ada apa ini?" Lirihnya

"Kenapa gue mikirin Kak Deza? Ahh semoga dia baik-baik saja."

"Eh tapi gue gak tenang, aduh gimana ya? Ah gue telpon Kak Marcel aja deh." Amora mengambil ponselnya dan langsung mendial nomor telpon Marcel.

Tutt! Tutt!

"Halo Ra ada apa?" Tanya Marcel di sebrang sana.

"Eumm kak ko gue gak enak hati ya, apa Kak Deza baik-baik aja?"

Sebenarnya Marcel bingung  antara memberi tahu atau tidak keadaan Deza pada Amora.

"Halo? Kak Marcel?"

"Eh, Gini Ra sebenernya Deza kecelakaan kemarin malam dan sekarang dia masih di rumah sakit karena lukanya cukup parah." Ucapnya.

Deg!

"A-apa? T-terus sekarang Kak Deza dirawat di rumah sakit mana kak?" Kekhawatiran Amora ternyata benar.

"Tenang Ra, lo gak boleh panik. Deza sekarang ada di rumah sakit xxxx."

"Oke kak makasih."

Tutt!

Telpon di matikan secara sepihak oleh Amora.

.
.

Amora berlari tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Sungguh ia benar-benar panik memikirkan keadaan Deza saat ini. Ia melupakan keadaannya yang sedang mengandung.

"Sus, suster. Dimana ruangan atas nama Deza Alaska Bintara?"

"Di ruangan No. 102 mbak."

"Oke makasih."

Amora berjalan menuju ruang rawat Deza. Tepat di depan ruangan itu, Amora bisa melihat dengan jelas sosok Deza yang terkulai lemas dengan wajah yang penuh luka.

Ceklek!

Amora masuk ke dalam dengan hati-hati karena takut mengganggu istirahat Deza. Amora pikir Deza sedang tidur tapi ternyata tidak.

Deza yang melihat kedatangan Amora sontak terkejut. Tapi Deza tidak munafik, ia juga sangat senang saat melihat Amora yang ada di hadapannya.

"Mora,"

"K-kak Deza,"

✧༺Amora༻✧

Amora [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang