"Hah? Tuan Deza?!" Ucap Amora dan Alvaro secara bersamaan.
"Ya, beliau adalah salah satu kolega bisnis ayah. Walaupun beliau masih muda tapi beliau sudah sangat faham mengenai bisnis. Bagaimana kabar Tuan Erik?" Tanya Vano.
"Papah baik-baik saja tuan." Jawab Deza seadanya.
"Ah syukurlah, ngomong-ngomong ada gerangan apa anda kemari?" Tanya Vano. Vano belum menyadari bahwa disana ada Amora juga. Hingga suara Amora pun menyadarkannya.
"Ayah," Cicit Amora.
"A-amora! Amora kamu kemana aja nak?!" Ucap Devano sambil menghampiri Amora.
"A-ayah adek kangen ayah.. hiks," Amora berhambur ke dalam pelukan ayahnya. Ia menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Devano.
"Ayah juga kangen sama adek," Ucap Vano sambil membalas pelukan putrinya.
"Jadi selama ini kamu tinggal dimana sayang?" Tanya Vano. Sebelum Amora menjawab, Deza sudah lebih dulu berbicara.
"Bisakah kita berbincang di dalam saja tuan? Ada yang ingin saya bicarakan pada anda." Ucap Deza.
"Ah, baiklah. Mari masuk!" Mereka pun masuk dengan Amora yang masih menempel pada ayahnya.
Mereka semua duduk di ruang tamu. Suasana berubah menjadi serius. Amora meremas ujung bajunya karena merasa takut. Deza yang melihat itu lantas menggenggam tangan Amora untuk memenangkan. Devano tampak bingung melihat interaksi antara Amora dan Deza.
"Jadi, anda ingin membicarakan apa tuan?" Tanya Vano.
"Saya ingin meminta izin untuk menikahi Amora." Jawab Deza to the poin.
"Apa?!" Ucap mereka serentak.
Betapa terkejutnya Devano saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Deza.
"T-tapi kenapa tiba-tiba tuan? Lagipula anak saya," Vano tidak melanjutkan kalimatnya.
"Sedang hamil?" Tanya Deza.
Deg!
"B-bagaimana a-anda tau tuan?" Tanya Vano terbata.
"Karena anak yang Amora kandung adalah anak saya." Ucap Deza yang mana membuat Devano, Aulia dan Albara terkejut bukan main. Tapi tidak dengan Alvaro karena ia jelas sudah tau.
"A-anda bercanda tuan?" Tanya Vano tidak percaya.
"Saya serius Tuan Vano." Ucap Deza penuh penekanan.
Devano tampak menghela nafas berat. Ia tak menyangka jika Deza adalah Ayah dari anak yang di kandung Amora.
"Tapi bagaimana ini bisa terjadi? Saya sungguh tidak menyangka." Ucap Vano sambil memijat keningnya frustasi.
"Semuanya terjadi begitu saja tuan. Jadi bagaimana? Apa anda mengizinkan saya untuk menikahi Amora?" Tanya Deza sekali lagi.
"Apapun yang terbaik untuk putri saya, saya akan mengizinkannya." Ucap Devano mantap.
"Terimakasih atas restunya tuan." Ucap Deza sopan.
"Mulai sekarang panggil saya ayah saja, jangan terlalu formal." Ucap Vano sambil menepuk pundak Deza.
"Ah baiklah ayah mertua."
"Cih, nikah aja belum." Ketus Varo.
"Ihh abang," Amora berkata sambil memukul lengan Alvaro pelan.
Semua orang terkekeh melihat Amora yang merajuk.
"Adek, gimana kabar kamu sayang?" Tanya sang bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora [End]
Teen FictionAmora Putri Devano. Seorang remaja berusia 17 tahun yang dengan berat hati harus merelakan masa mudanya demi menanggung kesalahan di masalalu yang berimbas pada kehidupannya di masa depan. Ia tidak mengerti mengapa takdir mempermainkan nya seperti...