Chapter 31

72 16 0
                                    

Kehamilan Amora sudah memasuki minggu ke-6. Ia jadi lebih mudah lelah dan emosi. Maka dari itu, Deza menyarankan agar Amora berhenti sekolah saja. Toh Deza juga sudah menyelesaikan ujiannya. Ia tinggal menunggu hasilnya saja.

Sesuai perjanjian yang pernah Deza katakan. Hari ini adalah hari dimana kedua orang tua Amora akan bertemu dengan kedua orang tua Deza untuk membicarakan masalah yang terjadi antara Amora dan Deza.

"Kak," Panggil Amora.

"Hm? Kenapa sayang?" Tanya Deza.

"Aku takut, gimana kalo orang tua kakak gak setuju sama hubungan kita? Apalagi pas tau kalau aku hamil di luar nikah," Cicit Amora.

"Sayang dengerin kakak, orang tua kakak gak seburuk yang kamu fikir. Ya walaupun mereka gapernah ada waktu buat kakak sama Angga, tapi sebenernya mereka peduli. Mereka gaakan ngambil keputusan yang salah apalagi untuk masa depan anaknya." Ucap Deza.

"Kakak yakin mereka bakal nerima aku?" Tanya Amora memastikan.

"Kakak yakin banget. Udah sekarang kamu siap-siap ya, bentar lagi kita berangkat." Amora mengangguk dan setelahnya mulai bersiap-siap.

.
.

Saat ini Amora Deza dan kedua orang tua Amora sedang menunggu kedatangan kedua orang tua Deza. Mereka sengaja datang lebih awal untuk menyiapkan tempat. Tak berselang lama, pintu Restaurant terbuka dan terlihatlah kedua orang tua Deza yang tampak serasi dengan pakaian mewah mereka.

Fyi Deza memesan sebuah meja VVIP yang hanya di isi oleh mereka saja.

"Hai sayang lama nunggu ya?" Tanya Siska mamahnya Deza.

"Nggak kok mah, ayo duduk." Ucap Deza mempersilahkan kedua orang tuanya duduk.

"Siska?"

"Eh- Aulia? Kamu Aulia Putri kan?" Tanya Siska.

"I-iya, Kamu Siska Indira kan?" Tanya Aulia.

"Aaaaa kangennnn," Ucap Siska sambil memeluk Aulia.

Sementara itu keempat orang yang ada di sana hanya menatap keduanya bingung.

"Mamah kenal sama bundanya Mora?" Tanya Deza.

"Iya sayang, Aulia ini sahabat mamah sejak kecil. Tapi kita harus berpisah karena setelah menikah mamah harus ikut papah kamu." Ucapnya.

"Eh- Mora? Mora siapa yang kamu bilang?" Tanya Siska.

"Mora itu anak aku Sis," Ucap bunda Aulia sambil merangkul Amora yang berada di sebelahnya.

"Hai tante," Ucap Amora malu-malu.

"Yaampun cantik bangetttt," Ucap Siska memekik girang.

"Hehe makasih tan," Ucap Amora.

"Lia apa kamu masih ingat? Dulu kita pernah membuat perjanjian untuk menjodohkan anak kita nanti,"

"Ah, iya aku hampir lupa itu. Jodoh memang tidak ada yang tau, buktinya sekarang mereka sudah berpacaran tanpa sepengetahuan kita." Ucapnya.

"Ohh jadi seseorang yang di maksud Deza itu kamu ya sayang?" Tanya Siska.

"Huh?" Amora tidak mengerti.

"Jadi, Kemarin Deza nelpon tante sama om, katanya dia mau ngelamar seseorang. Ternyata orangnya kamu yah," Ucap Siska sambil tersenyum jahil.

"Iya mah, seseorang itu Amora." Ucap Deza.

"Yaudah kita setuju. Iya kan pah?" Tanya Siska pada suaminya.

"Apapun yang terbaik untuk mereka." Ucapnya.

"Tapi pah, ada yang mau aku omongin. Ini penting." Ucap Deza. Tak taukah Deza, kalau saat ini Amora sudah berkeringat dingin.

"Apa?" Tanya Erik.

"Saat ini Amora sedang hamil,"

"Hah?!" Teriak keduanya bersamaan.

"Amora hamil anak Deza mah pah. Tolong tetap setujui hubungan ini, Karena ini semua salah Deza sendiri." Ucapnya

"Bagaimana bisa? Maksud mamah, kenapa bisa sampai seperti ini?" Tanya Siska.

Akhirnya Deza pun menceritakan semua yang terjadi pada kedua orang tuanya. Bisa Deza lihat raut wajah kecewa dari kedua orang tuanya itu.

Erik tampak memijat keningnya frustasi.

"Berapa usia kandung kamu sayang?" Tanya Siska.

"E-enam m-minggu tante," Ucap Amora sambil menunduk. Jujur saat ini ia tak berani menatap wajah kedua orang tua Deza.

"Jangan takut sayang, tante gak marah kok sama kamu. Tapi tante marah banget sama anak nakal satu ini." Ucap Siska sambil menunjuk Deza.

"Bisa-bisanya dia melakukan hal seperti itu," Lanjutnya.

"Lia, maafin anak aku ya," Ucap Siska pada Aulia.

"Gak papa Sis, yang penting kan sekarang Deza nya mau tanggung jawab." Ucapnya.

"Jadi, mau tunangan aja apa langsung nikah?" Tanya Siska.

"Langsung nikah aja. Selagi kandungannya masih belum terlihat, lebih baik kita nikahkan saja mereka." Ucap Erik tegas.

"Saya setuju." Ucap Devano.

"T-tapi sekolah aku?" Tanya Amora.

"Nanti kamu bisa homes cooling sayang," Ucap Deza.

Amora tampak berfikir namun setelahnya ia pun mengangguk setuju.

"Oke jadi kapan pernikahannya?" Tanya Aulia.

"Bulan depan." Ucap Erik.

"HAH?!"

.
.

"Fani, maaf ya kayaknya kakak gabisa ngasih kejelasan buat status kita,"

"Tapi kenapa kak?"

"Karena kakak harus nerima pilihan orang tua kakak, mereka udah jodohin kakak sama anak temennya,"

Jujur sebenarnya Aska merasa tidak enak pada Tifani. Tapi ia bisa apa? Ia ber-benar tidak bisa menolak perjodohan itu.

"Yaudah. Semoga kakak bahagia terus ya,"

Tutt

Panggilan di putuskan secara sepihak oleh Tifani.

"Huftt, nyebelin banget sihh! Ayo Fani lo bisa, lo kudu moveon dari Kak Aska gimanapun caranya." Ucapnya menyemangati diri sendiri.

✧༺Amora༻✧

Sabar ya Fani sayang, nanti bakalan ada seseorang yang membantumu melupakan Aksa kok😂

Amora [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang