Giselle membuka matanya saat dirasa cahaya mulai masuk ke sela-sela indra penglihatannya.
"Aduhh, badan gue sakit semua,"
"Eh ini gue dimana? Ini bukan kamar gue." Gumamnya.
Giselle menyapu pandangannya ke seluruh sudut ruangan.
"Oh lo udah bangun."
Betapa terkejutnya Giselle saat melihat seorang laki-laki yang muncul dari arah toilet.
"Lo, lo ngapain disini Jun?" Tanya Giselle. Ia panik saat sadar bahwa kini dirinya tak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya.
"Kenapa lo panik? Gausah panik gitu kali. Kita udah tunangan dan lo gausah takut kalo sampe terjadi apa-apa kedepannya. Ucap Dejun sambil menyeringai. Dejun? Ya laki-laki yang bersama Giselle saat ini adalah Dejun. Orang tua mereka bersahabat dan setelah lulus sekolah mereka langsung di jodohkan walaupun tanpa persetujuan dari keduanya.
" M-maksud lo apa ngomong gitu?" Tanya Giselle.
"Lo gak mungkin sebodoh itu buat tau kenapa saat ini lo gak pake sehelai benang pun di tubuh lo." Ucap Dejun.
"T-tapi kenapa jadi gini? Perasaan semalam gue ketemu sama Deza di restaurant." Gumamnya yang masih bisa di dengar jelas oleh Dejun.
"Ngapain lo ketemu Deza? Lo tau kan Deza itu sekarang udah punya anak dan istri." Ucap Dejun penuh penekan.
"Ya gue tau! Tapi gue cinta sama Deza! Gue bakalan rebut Deza dari Amora apapun yang terjadi!" Teriak Giselle.
"Lo jangan bodoh! Gak cukup lo sakitin Amora dengan cara dorong dia waktu itu? Asal lo tau, tindakan lo itu membahayakan Amora juga bayinya!" Sentak Dejun. Jujur dia marah saat tau jika orang yang mendorong Amora saat itu adalah Giselle.
"Gue gak peduli, mau dia mati sekalipun gue gak peduli!" Teriak Giselle.
Dejun berjalan menghampiri Giselle dan dengan emosi yang menggebu-gebu ia mencengkram kuat rambut Giselle.
"Kalo sekali lagi gue liat lo sakitin Amora, habis lo di tangan gue." Ucap Dejun penuh penekan.
"Aishh lepas sialan! Sakitt~" Giselle meringis, ia merasa jika kulit kepalanya akan terlepas saat ini juga.
Dejun melepaskan cengkraman nya secara kasar. Jujur saja ia muak pada wanita di hadapannya ini. Kalau saja ia bisa memilih, ia tidak akan menerima Giselle sebagai tunangannya.
"Pake semua baju lo, kita pulang sekarang." Ucap Dejun. Setelah mengatakan itu ia pun keluar dari ruangan itu.
"Kenapa? Kenapa ini semua terjadi sama gue! Ini gak adil!" Giselle menangis sejadi-jadinya meratapi nasibnya sendiri.
.
.Saat ini Giselle berada di mobil bersama Dejun. Sedari tadi Giselle hanya diam tak mengeluarkan sepatah katapun. Dejun yang mengerti keadaan pun hanya diam. Sampai sesuatu terlintas dalam benaknya dan Dejun memilih untuk buka suara.
"Gue bakal nikahin lo secepatnya." Ucap Dejun.
"Hah?" Tanya Giselle yang tidak mendengar jelas ucapan Dejun karena dirinya tidak fokus tadi.
Dejun menghembuskan nafasnya kasar. Jujur ia paling tidak suka mengucapkan kata yang sama untuk yang kedua kalinya.
"Makannya jangan bengong." Ucap Dejun.
"Iya sorry. Lo bilang apa tadi?" Tanya Giselle.
"Gue bakal nikahin lo secepatnya. Walaupun bagaimana pun sesuatu pasti terjadi mengingat apa yang udah terjadi semalam." Ucap Dejun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora [End]
Teen FictionAmora Putri Devano. Seorang remaja berusia 17 tahun yang dengan berat hati harus merelakan masa mudanya demi menanggung kesalahan di masalalu yang berimbas pada kehidupannya di masa depan. Ia tidak mengerti mengapa takdir mempermainkan nya seperti...