Chapter 35

63 17 2
                                    

Hari ini Amora berinisiatif mengajak sang suami untuk menemaninya belanja bulanan.

"Kak anterin aku belanja bulanan yuk!" Ajak Amora.

"Bentar yang, ini kerjaan kakak belum selesai," Ucap Deza tanpa mengalihkan pandangan dari laptop di hadapannya.

"Ishh, padahal ini hari minggu." Ucap Amora sambil mempuotkan bibirnya.

Deza yang melihat sang istri merajuk hanya terkekeh gemas. Ia membalikkan badannya menghadap Amora dan berkata,

"Sebentar lagi sayang, tunggu ya." Ucap Deza lembut sambil mengelus pipi gembil Ayana.

"Yaudah aku tungguin," Ucap Amora.

Selang beberapa menit, pekerjaan Deza pun selesai. Ia menutup laptopnya dan berjalan menghampiri sang istri yang tengah duduk tenang di atas kasur sambil menonton sebuah film di ponselnya.

"Sayang," Panggil Deza.

"Ng? Udah selesai?" Tanya Amora.

"Udah, yaudah ayo kita siap-siap." Ucap Deza. Amora pun mengangguk dan segera bersiap.

.
.

Saat ini pasangan Amora Deza sudah berada di sebuah pusat perbelanjaan. Amora mengambil beberapa bahan makanan untuk persediaan satu bulan kedepan seperti sayuran, telur, ikan, daging, dan masi banyak lagi.

"Kak tolong cariin bumbu-bumbu yang biasa kita beli, aku mau ke bagian snack dulu."

"Yaudah hati-hati ya, jangan terlalu jauh dari kakak." Perintah Deza.

"Oke." Setelah mengatakan itu Amora langsung saja berjalan ke arah rak-rak snack kesukaannya.

Saat Amora tengah sibuk dengan kegiatannya, tanpa ia sadari seseorang dengan hoodie hitam sedari tadi mengikutinya. Orang itu melirik ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada orang lain selain dirinya dan Amora. Saat dirasa tidak ada orang lain disana, orang ber hoodie hitam itu mendorong Amora hingga Amora terjatuh dan perutnya terbentur cukup keras pada lantai.

Brukk

"Aduh!!" Amora mengaduh kesakitan sambil memegang perutnya. Orang ber hoodie hitam itu lantas segera pergi dari tempat itu.

"Aduh sakit!! Kak Dezaaa! Sakit kak.. hiks," Amora merasa jika perutnya sangat sakit saat ini.

Deza yang mendengar suara Amora lantas berlari dari tempatnya dan segera menghampiri sang istri. Betapa terkejutnya Deza saat melihat Amora yang sedang meringkuk kesakitan di lantai sambil memegang perutnya.

"Yaampun sayang!" Teriak Deza sambil menghampiri sang istri. Deza benar-benar panik saat melihat sang istri yang begitu kesakitan, terlebih lagi saat melihat ada darah yang mengalir di kaki Amora.

"Sayang kenapa?!" Tanya Deza panik.

"T-tadi ada yang dorong aku dari belakang, sakit kak sakit.. hiks,"

Tanpa babibu lagi Deza dengan segera membawa Amora dalam gendongannya dan berlari menuju mobil.

"Tenang ya sayang," Ucap Deza sambil mengelus tangan sang istri.

"S-sakit kak hikss,"

"Sabar sayang, bentar lagi kita sampe rumah sakit. Kamu kuat sayang kamu bisa." Ucap Deza. Sungguh, saat melihat Amora dengan keadaan seperti ini membuat hati Deza seakan teriris.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di rumah sakit. Deza dengan segera membawa Amora dalam gendongannya dan berlari masuk ke dalam rumah sakit itu.

"Dok! Dokter! Tolong bantu istri saya!" Teriak Deza.

Beberapa perawat dan satu orang dokter berlari menghampiri mereka membawa sebuah brangkar. Dengan hati-hati Deza membaringkan sang istri di brangkar tersebut.

"Dok tolong selamatkan istri dan anak saya," Ucap Deza.

"Saya akan berusaha tuan, anda harus tenang." Ucap sang dokter.

"Suster siapkan ruang operasi sekarang juga!"

"Baik dok."

"A-apa? Operasi?" Tanya Deza.

"Ya tuan, kita harus segera melakukan operasi pada istri anda. Karena saat ini kondisinya tidak memungkinkan untuk istri anda melahirkan dengan normal."

Deza menghela nafasnya cukup berat.

"Baiklah, lakukan apapun yang terbaik untuk istri dan anak saya."

"Baik. Saya akan segera melakukan operasinya dan anda silahkan segera mengurus administrasinya."

Deza mengangguk. Dokter itupun pergi menuju ruang operasi sedangkan Deza segera melangkah menuju bagian administrasi untuk mengurus semua biayanya.

Setelah selesai mengurus biaya administrasi, Deza dengan segera menghubungi seluruh keluarga dan teman-temannya. Tak lupa ia juga menghubungi keluarga dan sahabat dari istrinya itu.

.
.

2 jam berlalu tapi lampu ruang operasi masih tetap menyala. Deza ppani, ia takut terjadi apa-apa pada istri dan anaknya.

"Lo yang tenang Za, gue yakin Amora sama anak kalian bakalan baik-baik aja." Ucap Marcel seraya menepuk bahu Deza untuk menenangkan sahabatnya itu.

Semua sahabat dan kedua abang Amora datang datang satu jam yang lalu. Kemana orang tua mereka? Kedua orang tua Amora maupun Deza, mereka sedang melakukan perjalanan bisnis di luar negeri yang menyebabkan mereka tidak bisa pulang saat ini juga.

Beberapa menit kemudian, terdengar lah suara tangisan bayi dari dalam ruangan tempat dimana Amora melakukan operasi. Deza tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat mendengar suara tangisan bayi itu. Dari dalam ruangan operasi keluarlah seorang dokter cantik membawa bayi dalam gendongannya.

"Selamat tuan anak anda perempuan," Ucap sang dokter sambil menyerahkan bayi itu pada Deza.

Deza memangku bayi mungil itu dengan mata yang berkaca-kaca. Ia mengecup pelan pipi gembil sang anak yang jika di lihat-lihat anaknya itu sangat mirip dengan Amora.

"Lalu, bagaimana keadaan istri saya dok?" Tanya Deza.

"Istri anda baik-baik saja tuan, kami akan segera memindahkannya ke ruang rawat inap."

"Baiklah dok. Terimakasih telah menyelamatkan istri dan anak saya," Ucap Deza.

"Itu sudah menjadi tugas saya." Ucap sang dokter sambil tersenyum ramah. Dokter itu pun pergi menuju ruangan dimana Amora berada dan akan segera memindahkannya.

"Welcome to the world baby," Ucap Deza sambil mengecup hidung mungil anaknya itu.

Deza sangat bahagia, air matanya menetes begitu saja saat mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Ia ingin merutuki dirinya sendiri karena pernah menyangkal jika anak itu bukan anaknya.

✧༺Amora༻✧

Tbc.

Menurut kalian siapa orang ber hoodie hitam yang dorong Amora? Jawab ya.

Amora [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang