Chapter 26

64 19 0
                                    

Deza sudah sepenuhnya pulih. Ia tidak langsung pulang ke rumah, tapi ia ikut pulang bersama Amora ke apartemen. Deza berkata bahwa ia ingin menjaga Amora, ia tidak ingin Amora merasa kesepian. Amora sih senang-senang saja jika Deza ikut menemaninya.

Saat ini mereka sedang duduk santai di ruang tamu dengan Amora yang ada di pangkuan Deza.

Amora menyandarkan kepalanya pada dada bidang Deza. Sunguh, ia benar-benar merasa nyaman saat berada di dekat Deza. Sedangkan Deza ia tak henti-hentinya mengusap lembut surai Amora. Ia juga sesekali mengusap lembut permukaan perut Amora yang masih rata. Tiba-tiba Deza teringat sesuatu.

"By, kapan kakak bisa ketemu sama ayah kamu?" Tanya Deza.

"Aku gak tau kak, aku takut," Cicit Amora.

"Kenapa takut hm? Kan sama kakak." Ucap Deza lembut.

"T-tapi ayah," Amora merasa sakit saat mengingat betapa bencinya sang ayah pada Amora saat ini.

"Kakak yakin ayah kamu merasa kehilangan putrinya saat ini. Bagaimanapun juga seorang anak perempuan adalah harta paling berharga bagi ayahnya."

Amora tidak menjawab, tapi bisa Deza rasakan jika tubuh Amora bergetar. Dan betapa terkejutnya Deza saat isakan mulai terdengar. Deza panik, apakah ia salah bicara? Fikir nya.

"Hey sayang kenapa nangis? Kakak salah bicara ya? Atau kamu gamau ketemu sama ayah kamu?" Tanya Deza panik.

Tapi Amora lagi-lagi tidak menjawab. Ia hanya menggeleng. Deza yang merasa bingungpun menegakkan tubuhnya dan menurunkan Amora dari atas pangkuannya. Lalu dengan hati-hati Deza mendudukkan Amora di sebelahnya.

"Kenapa by? Ada yang sakit? Atau apa bicara sama kakak. Kakak gak suka liat kamu nangis." Ucap Deza sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi Amora.

"Ayah, aku mau ayah hiks," Ucap Amora sambil terisak pelan.

"Kamu kangen ayah hm?"

"I-iya hiks,"

"Yaudah nanti sore kita ke rumah ayah kamu aja gimana?" Tanya Deza. Amora hanya mengangguk untuk mengiyakan.

"Udah dong nangisnya, nanti cantiknya ilang loh," Goda Deza.

"Ih apaan sih," Ucap Amora sambil memukul pelan dada Deza. Deza hanya terkekeh gemas dibuatnya. Deza kembali merangkul Amora dalam dekapannya.

.
.

Sore pun tiba. Saat ini Amora dan juga Deza sedang berada di depan rumah mewah kediaman Devano. Amora tampak ragu untuk masuk ke dalam. Deza yang melihat itu lantas menggengam tangan Amora untuk menenangkannya.

Ting Tong!

Deza menekan belum rumah mewah itu tapi belum ada satupun orang yang membukanya. Deza berniat untuk menekan kembali belum rumah tapi tak lama pintu rumah terbuka dan terlihatlah sosok yang sangat familiar berdiri di ambang pintu.

"Amora! Adek lo kemana aja?!" Ucap Varo berlari ke arah Amora dan langsung memeluknya erat. Ya orang itu adalah Alvaro. Alvaro sangat terkejut sekaligus senang saat melihat Amora yang ada di depan rumahnya.

"Abang," Lirih Amora sambil mengeratkan pelukannya pada Alvaro.

"Lo kemana aja selama ini dek? Asal lo tau Bunda sama Ayah khawatir banget sama lo, begitupun gue sama Bang Bara. Kita semua khawatir sama lo alas lo tau." Ucap Varo sambil memeluk Amora tak kalah erat.

"Khem,"

Deza yang merasa canggung pun berdehem  pelan.

Amora dan Alvaro pun melepas pelukannya. Raut wajah Varo yang awalnya menampakkan kekhawatiran kini berubah menjadi datar saat melihat keberadaan Deza.

"Ngapain lo kesini? Pergi!" Ucap Varo tak santai.

"Gue mau ketemu Om Vano." Jawab Deza santai.

"Gue bilang pergi ya pergi!" Sentak Varo.

"Ada apa ini?!" Teriak seseorang dari dalam rumah yang ternyata itu adalah Devano.

"Tuan Deza?! Ada apa anda ke rumah saya?" Tanya Vano saat melihat Deza di depan rumahnya.

"Hah? Tuan Deza?!" Ucap Amora dan Alvaro secara bersamaan.

✧༺Amora༻✧

Amora [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang