Chapter 22

65 17 1
                                    

Deza bangun dari tidurnya. Entah mengapa kepalanya terasa sangat sakit. Ah ya mungkin efek mabuk semalam, fikir nya.

Eh, tapi mengapa Deza ada di kamarnya? Bukankah semalam ia mabuk di markas? Ah mungkin teman-teman nya yang membawa dia pulang, fikir nya lagi.

Saat hendak berdiri, tiba-tiba HP Deza berbunyi dan munculah sebuah notifikasi. Saat di lihat ternyata sebuah pesan dari nomor tidak di kenal. Deza pun membuka pesan tersebut dan betapa terkejutnya dia saat melihat sebuah foto yang menampilkan Amora dengan Dejun yang sedang berpelukan.

Deza meremat ponselnya Kuat-kuat untuk melampiaskan amarahnya. Dengan amarah yang memuncak, Deza pun segera mengirim sebuah pesan pada Amora.

❤✨

07.35
Kita ketemu di taman kota
jam 8.

Setelah mengirim pesan itu Deza langsung saja membanting ponselnya ke sembarang arah. Jujur ia sangat emosi hari ini.

Sementara itu Amora baru selesai mandi dan hanya mengenakan bathrob. Ia berjalan ke arah nakas untuk mengambil ponselnya yang dimana sudah ada beberapa pesan disana dan salah satunya dari Deza.

By❤

07.35
Kita ketemu di taman kota
jam 8.

07.40
Ngapain?

Amora menunggu beberapa menit tapi tidak kunjung mendapat balasan dari oknum bernama Deza itu. Amora melirik jam dindingnya, waktu sudah menunjukkan pukul 7 lebih 45 menit. Tanpa berlama-lama lagi Amora langsung saja mengambil beberapa pakaian dari lemarinya, hanya baju santai dan sebuah hoodie putih yang sedikit kebesaran.

Setelah cukup siap, Amora segera berangkat menuju taman kota.

"Mau kemana dek?" Tanya Albara yang saat itu ada di ruang tamu.

"Ke taman bang cari udara segar." Ucap Amora.

"Oh yaudah hati-hati!"

"Iya bang."

Amora menaiki sebuah taxi online untuk menuju taman kota.

Setelah sampai, Amora langsung saja duduk di salah satu bangku yang ada di sana. Amora memilih tempat yang agak jauh dari keramaian. Bukan apa-apa, tapi Amora memang tipikal orang yang tidak suka dengan keramaian.

Beberapa saat menunggu, akhirnya Deza datang dengan motor sport kesayangannya. Ntah perasaan Amora saja atau memang benar adanya, Deza tampak sedikit berbeda. Deza yang biasanya menampilkan senyuman saat bertemu dengan Amora, tapi kali ini lain. Deza datang dengan wajah jang benar-benar Datar tidak seperti biasanya.

Deza duduk di bangku yang sama dengan Amora. Entah mengapa ada rasa canggung yang menyelimuti keduanya. Tidak ada yang membuat suara sama sekali hingga helaan nafas Deza terdengar sangat berat.

"Ada apa kak?" Tanya Amora memulai percakapan. Tapi Deza tidak menjawab sama sekali. Amora pun kembali bersuara.

"Kak? Sebenarnya apa yang ingin Kak Deza bicarakan?" Tanya Amora lagi.

"Mari akhiri hubungan ini."

Deg!

"M-maksud Kak Deza apa?" Sungguh Amora tidak menyangka kata itu akan keluar dari mulut Deza.

"Lo gak denger?"

"LEBIH BAIK KITA AKHIRI HUBUNGAN INI! GUA UDAH MUAK!!" Sentak Deza.

"Tapi kenapa? Kukannya kamu janji gaakan ninggalin aku? Terus ini apa?"

"Gua udah bosen kalo lu mau tau!!"

Amora tampak menggeram marah.

"Sialan!! Setelah apa yang udah kita lewati sama-sama, setelah apa yang udah gue kasih sama lo, lo ninggalin gue gitu aja? Brengsek!! Lo inget tolol!! Semua udah gue kasih termasuk masa depan gue! Lo udah renggut Masa depan gue kalo lo lupa!! BRENGSEK SOK SIALAN!!!" Ucap Amora menggebu-gebu, tidak peduli dengan pandangan orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.

" Cih, gue gaakan ninggalin lo kalo lo gak main di belakang gue." Ucap Deza dengan rahang yang mengeras.

"Hah? Kapan gue main di belakang lo?" Tanya Amora tak mengerti.

"Lo gak usah so polos."

"Tapi gu-" Ucapan Amora terpotong karena Deza dengan sengaja memotong ucapannya.

"Dan ya, sebenernya gue deketin lo cuma buat balas dendam gak lebih." Ucap Deza enteng.

Amora yang tadinya ingin marah pun ia urungkan karena fakta bahwa Deza yang mendekatinya hanya untuk balas dendam ternyata memang benar. Amora berjalan mendekati Deza dengan wajah datarnya.

"Asal lo tau kak, gue sayang sama lo itu tulus. Tapi dengan seenaknya lo mainin perasaan gue." Lirih Amora. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya dan siap untuk mengalir kapan saja. Dengan cepat Amora mengusap wajahnya secara kasar dan melanjutkan ucapannya.

"Makasih, makasih atas kasih sayang lo selama ini buat gue ya walaupun itu cuman kebohongan. Dan lo harus tau ini.."
Amora semakin mendekatkan wajahnya dengan Deza dan membisikkan sesuatu yang membuat Deza mematung karena terkejut.

"Asal lo tau kak, saat ini gue lagi hamil anak lo." Setelah mengatakan itu Amora berlalu pergi meninggalkan taman. Tapi langkahnya itu terhenti saat Deza mengatakan sesuatu yang cukup menusuk hati Amora.

"Lo yakin itu anak gue?" Tanya Deza tanpa memandang Amora.

"Lo pikir gue cewek apaan? Jelas-jelas gue ngelakuin itu sama lo!"

"Ya siapa tau itu anaknya Dejun." Ucap Deza santai. Tak taukah Deza ucapanmu itu sangat menyakiti Amora.

"Ko lo bawa-bawa Kak Dejun sih?" Tanya Amora tidak percaya.

"Ya lo pikir sendiri." Ucap Deza. Setelah mengatakan itu Deza pergi meninggalkan Amora seorang diri.

Setelah kepergian Deza, tangis Amora pecah begitu saja. Dia tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi padanya.

"Kenapa ini semua terjadi sama gue.." lirihnya.

.
.
.

PLAK!

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi mulus Amora.

"Mengapa kau melakukan hal yang bisa mempermalukan kami?!" Geram Devano.

"Kenapa kamu melakukan itu Mora?? kamu itu anak perempuan kami satu-satunya, hikss," Ucap Aulia sambil terisak.

"Kau benar-benar memalukan, cihh." Alvaro.

Sedangkan Albara, ia hanya menatap Amora dengan tatapan datar.

"Maafkan Mora yah, bun, bang. Mora gak tau kalau semuanya bakal kayak gini, hikss."

Setelah sekian lama diam tanpa sepatah kata apapun, akhirnya Albara angkat bicara.

"Sudahlah yah, bun, biarkan dia merenungkan sendiri kesalahan yang telah ia perbuat." Setelah mengalahkan itu Albara pun pergi keluar dari rumah, ntah kemana tujuannya saat ini. Jujur sebenarnya Albara tidak tega melihat adik kesayangannya itu. Apalagi saat di tampar oleh sang ayah.

Sang kepala keluarga mengusap wajahnya frustasi.

"Yang di katakan Albara benar, biarkan saja dia merenungkan kesalahannya itu sendiri." Setelah mengatakan itu semua orang pun pergi meninggalkan Amora yang terduduk lemah di lantai sambil menangis sejadi-jadinya. Sejujurnya Varo juga tidak tega melihat adiknya itu. Dan itu semua juga terjadi karena kesalahan Varo di masa lalu yang kini berimbas pada adiknya.

Kalau Kalian tanya kenapa orang rumah marah pada Amora? Jawabannya adalah karena saat masuk ke dalam kamar Amora, Aulia tidak sengaja melihat sebuah testpeck yang tergeletak di kamar mandi yang ada di Kamar Amora

✧༺Amora༻✧


Amora [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang