Deza melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tidak ada yang membuka suara disana. Keduanya hanya diam dan terlarut dalam fikiran masing-masing. Deza yang merasa jika suasana terasa cukup canggung akhirnya mulai membuka suara.
"Kenapa kamu ada di cafe tadi? Ngikutin kakak?" Tanya Deza.
"Gak." Jawab Amora seadanya.
"Jangan bohong!"
"Ngapain juga bohong? Aku emang bener-bener gaada niatan buat ngikutin kakak. Lagian juga aku datang lebih awal ke cafe daripada Kak Deza!" Ucapnya sedikit kesal.
Deza menghela nafas dan lanjut bertanya.
"Kenapa sampai tampar dia segala? Dia itu lebih tua dari kamu."
Amora yang mendengar hal itu mendatarkan raut wajahnya.
"Karena dia udah berani deketin Kak Deza! Aku gak peduli mau dia lebih tua atau lebih muda dari aku. Pokoknya aku gak suka liat dia yang berani ngedeketin kakak, apalagi kalau berani ngerebut kakak dari aku." ucap Amora panjang lebar.
"Kamu egois." Tanpa di duga Deza berkata seperti itu. Saat mendengar itu hati Amora terasa sakit.
"Egois gimana maksud kakak? Apa aku salah kalo aku sayang sama kakak? Apa aku salah kalo aku mau kakak jadi milik aku sepenuhnya dan gak mau ada orang lain rebut kakak dari aku, apa aku salah?" Tanya Amora, entah mengapa rasanya sangat sakit saat Deza berkata kalau dirinya egois. Bahkan kini mata Amora sudah berkaca-kaca.
"Kamu gak salah, tapi cara kamu yang salah." Ucap Deza.
"Berhenti." Ucap Amora tiba-tiba.
"Apa?" Tanya Deza tidak mengerti.
"Berhenti, aku mau turun di sini aja." Ucapnya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya itu.
"Tapi-"
"Aku bilang berhenti kak!!" Teriak Amora. Deza tersentak dengan suara Amora yang meninggi itu dan akhirnya Deza pun menghentikan mobilnya di sebuah taman. Deza berniat turun dari mobil tapi ia urungkan karena suara Amora yang menghentikannya.
"Kak Deza pulang aja. Aku butuh waktu sendiri." Ucap Amora sambil keluar dari mobil milik Deza. Deza akhirnya mengangguk. Benar juga, Amora pasti butuh waktu sendiri saat ini. Batin Deza.
Akhirnya deza menjalankan kembali mobilnya meninggalkan Amora yang terduduk sambil menangis di sebuah bangku yang ada di taman. Sebenarnya Deza tidak tega, tapi bagaimana lagi. Jika sudah begini Amora tidak ingin ada yang mengganggunya. Amora pasti sakit hati karena perkataannya Deza tadi.
Deza hendak menjauhi area taman tapi ia urungkan saat melihat ada sebuah motor yang berhenti tepat di depan Amora. Ahh Deza tau, itu adalah motor Dejun si mantan ketua OSIS. Kenapa mantan ketua OSIS? Ya karena jabatan itu sudah di lengserkan dan sekarang yang menjabat sebagai ketua OSIS baru adalah Jidan teman sekelas Amora.
Back to Deza
Deza terus memperhatikan gerak gerik Dejun. Setelah beberapa saat mengamati, betapa terkejutnya Deza saat melihat Amora yang ikut bersama Dejun dengan motornya. Deza menggeram marah. Apa-apaan ini? Tadi Amora bilang ia ingin waktu sendiri, tapi apa ini? Ia malah ikut bersama Dejun. Deza yang di liputi kemarahan itu akhirnya melajukan kembali mobilnya. Kali ini Deza melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Masa bodo dengan umpatan yang di layangkan oleh orang-orang. Intinya saat ini Deza sedang emosi.
.
."Makasih ya kak udah anterin gue pulang." Ucap Amora.
"Iya Sama-sama. Lain kali kalo ada masalah tuh cerita aja sama gue, gausah sungkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora [End]
Teen FictionAmora Putri Devano. Seorang remaja berusia 17 tahun yang dengan berat hati harus merelakan masa mudanya demi menanggung kesalahan di masalalu yang berimbas pada kehidupannya di masa depan. Ia tidak mengerti mengapa takdir mempermainkan nya seperti...