Sesuai apa yang di katakan Alvaro sebelumnya, hari ini pasangan Alvaro Sisil sedang berada di jalan menuju pantai. Selama perjalanan, Sisil tak henti-hentinya bermanja pada Alvaro. Alvaro sih senang-senang saja jika Sisil bermanja padanya.
Alvaro menghentikan motornya di sebuah tempat parkir yang tersedia tak jauh dari area pantai.
"Sayang ayo turun, kita udah sampe." Ucap Varo.
"Eh, udah sampe ya?" Tanya Sisil. Alvaro mengangguk dan membantu Sisil untuk turun dari motornya.
'Dasar bucenn, author kan jadi iri hiks,,
╥﹏╥'Setelah memarkirkan motornya, Alvaro dengan segera menggenggam tangan Sisil dan membawanya menuju area pantai. Mereka berangkat sekitar jam 2 siang karena mereka berniat melihat sunset bersama nanti.
Sisil tak henti-hentinya tersenyum saat mereka sampai di pantai.
"Suka?" Tanya Alvaro.
"Suka banget, anginnya sejuk." Ucap Sisil.
"Syukur deh kalo kamu suka, kakak ikut seneng." Ucap Alvaro sambil ikut tersenyum.
"Makasih ya kak," Ucap Sisil.
"Untuk?" Tanya Varo.
"Makasih aja pokonya, hehe." Varo gemas bukan main saat melihat Sisil yang tertawa pelan.
"Ih gemes banget sih," Ucap Varo sambil mencubit pelan hidung Kekasihnya itu.
"Mau makan dulu gak?" Tanya Varo.
"Eum, boleh deh." Ucap Sisil.
Keduanya pen melenggang pergi menuju sebuah resto yang tak jauh dari tempat mereka berdiri tadi.
Setelah selesai mengisi perut, mereka pun berjalan beriringan menuju tepi pantai karena Sisil yang memintanya. Sisil senang bukan main saat kaki putihnya bersentuhan dengan pasir dan air pantai. Sudah lama sekali ia tidak mengunjungi pantai. Kira-kira terakhir kali Sisil mengunjungi pantai itu ketika ia masih menginjak bangku sekolah menengah pertama. Sedari tadi Alvaro tidak henti-hentinya tersenyum saat melihat tingkah kekasihnya itu. Ia tak berniat untuk menghampiri Sisil, dengan melihat kekasihnya itu tersenyum saja sudah cukup bagi Alvaro.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.20 WIB yang mana sebentar lagi keindahan alam yang mereka tunggu-tunggu akan segera terlihat. Saat sunset mulai terlihat, dengan segera Sisil menyeret Alvaro untuk mengikutinya menuju tepi pantai.
"E-eh pelan-pelan sayang," Ucap Alvaro.
"Cepetan kak, itu sunset nya bagus banget."
"Iya iya," Dengan sabar Alvaro pun mengikuti kemana arah Sisil membawanya.
"Kak foto yuk!" Ajak Sisil.
"Hm, boleh. Mas tolong potoin kita dong." Ucap Alvaro pada seorang photograper yang tak sengaja lewat ke arah mereka.
"O-oh, boleh-boleh." Ucapnya.
"1,, 2,,
Cekrek!
"Woahh," Gumam Sisil.
Sisil terkagum-kagum melihat hasil jepretan photograper itu.
"Makasih ya mas," Ucap Alvaro. Photograper tersebut mengangguk dan setelahnya pamit pergi.
"Bagus ya kak," Ucap Sisil tak henti-hentinya tersenyum.
"Iya bagus, nanti kakak kirim ke kamu ya. Sekarang mending kita pulang, sunset nya juga udah ilang bentar lagi."
"Yaudah ayok."
Mereka berdua pun memutuskan untuk pulang karena hari sudah semakin gelap.
.
."Makasih ya kak buat hari ini," Ucap Sisil.
"Sama-sama sayang, udah gih kamu mandi terus istirahat." Ucap Varo lembut. Sisil mengangguk mengiyakan. Sisil melangkah menuju halaman rumahnya, tapi di langkah ketiga ia menghentikan langkahnya dan berbalik memandang Alvaro.
"Kenapa?" Tanya Varo heran.
Sisil melangkah menuju Alvaro dan dengan segera ia melayangkan satu kecupan pada pipi kanan sang kekasih.
"Hati-hati di jalan," Ucap Sisil dengan rona merah di pipinya. Setelah mengatakan itu dengan segera ia berlari dan masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Alvaro yang duduk terdiam di atas motornya sambil mencerna apa yang baru saja terjadi.
Alvaro dengan segera menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
"Sialan, detak jantung gue kenceng banget." Ucapnya.
Setelah mengatakan itu Alvaro pun menghidupkan mesin motornya dan pergi dari pekarangan rumah kekasihnya itu dengan rona merah yang menjalar di seluruh wajah hingga telinganya.
"Darimana?" Tanya Dery yang saat itu sedang duduk santai di sofa ruang tamu.
"Kepo lu." Ucap Sisil.
"Yeuh, di tanya sama yang lebih tua tuh jawab yang bener napa."
"Ck, gue dari pantai bang." Ucap Sisil jengah.
"Sama siapa?" Tanya Dery pura-pura tidak tahu.
"Y-ya sama pacar gue lah."
"Cih, emang ada yang mau sama lo?"
"Wah sembarangan, gini-gini gue banyak yang suka ya! Gak kayak lo, udahmah jelek, buluk, jomblo lagi." Ucap Sisil enteng dengan wajah tanpa dosanya.
"Wah ngajak ribut ni bocah satu. Gini-gini juga gue cakep ya!"
"Percuma cakep kalo jomblo." Ucap Sisil. Setelah mengatakan itu Sisil berlari terbirit-birit menuju kamarnya di lantai atas menghindari amukan abang kesayangannya itu.
"Heh! Sembarangan lo ya! Sini lo!" Teriak Dery yang tentu saja tidak di indahkan oleh adik laknatnya itu.
Setelah sampai di kamarnya, Sisil langsung saja tertawa terbahak-bahak. Membuat abangnya kesal itu adalah hobi bagi Sisil.
"Perasaan abang gue gak jelek-jelek amat deh, tapi kok jomblo terus ya?" Tanya Sisil pada dirinya sendiri. Sisil berfikir keras mengapa abangnya itu
masih jomblo sampai sekarang. Setelah beberapa saat berfikir, Sisil tidak menemukan jawabannya dan di detik selanjutnya ia kembali tertawa saat mengingat wajah kesal abang kesayangannya itu.
✧༺Amora༻✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora [End]
Teen FictionAmora Putri Devano. Seorang remaja berusia 17 tahun yang dengan berat hati harus merelakan masa mudanya demi menanggung kesalahan di masalalu yang berimbas pada kehidupannya di masa depan. Ia tidak mengerti mengapa takdir mempermainkan nya seperti...