Chapter 11

50 20 0
                                    

Matahari mulai menampakan sinarnya. Di pagi hari yang cerah ini Amora tidak seperti biasanya, hari ini dia bangun lebih awal tanpa harus takut kesiangan lagi. Ntahlah, sepertinya mood Amora sedang baik hari ini.

"Eh dek tumben udah bangun, biasanya juga susah di bangunin." Mendengar ucapan ibunya itu Amora hanya memutar kedua matanya malas.

"Ishh bunda, aku bangun pagi salah, siang apalagi huftt," Gerutunya.

"Bukan gitu dek, tapi gak biasanya kamu bangun pagi banget, mana udah rapi lagi. Abang kamu aja masih mandi."

"Gak tau deh, keknya mood aku lagi baik hari ini bun." Melihat anak bungsunya yang terlihat lebih berbeda hari ini Aulia hanya bisa tersenyum.

"Yaudah ayo bantu bunda siapin sarapan, bentar lagi ayah sama abang-abang kamu turun." Amora mengangguk dan setelah itu berjalan ke lantai satu menuju dapur untuk mempersiapkan sarapan.

Beberapa menit berlalu, sarapan yang amora dan ibunya buat sudah siap, dan tidak lama setelahnya Devano dan kedua anak laki-laki nya turun menuju meja makan. Namun ada hal berbeda pagi ini, Alvaro terlihat memalingkan wajahnya dari Amora. Amora bingung, lantas seperkian detik kemudian...

Deg

Apakah Alvaro tau tentang hubungannya dengan Deza? Kalau iya, mungkin Alvaro akan membencinya ya walaupun Amora tidak tau dengan jelas mengapa Alvaro sangat menentang hubungannya dengan Deza. Sarapan berlangsung dengan hikmat sampai pada akhirnya mereka pun selesai dengan sarapannya.

"Yah, bun, Varo berangkat." Alvaro mencium tangan kedua orang tuanya dan setelah itu berjalan menuju pintu utama. Satu langkah lagi bagi Alvaro untuk keluar dari rumah, namun ia urungkan karena mendengar suara Amora.

"Bang tungguin, Mora ambil tas dulu di kamar ya sebent-" Belum juga Amora menyelesaikan ucapannya, Alvaro sudah memotong dan berkata..

"Lo berangkat sama Bang Bara aja, gue ada urusan." Setelah mengatakan itu Alvaro melangkah ke luar rumah dan tak lama setelahnya terdengar suara motor yang mulai menjauh dari pekarangan rumah. Semua orang di meja makan terheran dengan sikap Alvaro pagi ini. Sebenarnya apa yang terjadi? Ntahlah sepertinya hanya Alvaro sendiri yang tau.

"Ya udah kamu berangkat bareng abang aja ya dek." Amora mengangguk dan langsung pergi menuju kamarnya di lantai 2 untuk mengambil tas dan ponselnya. Sementara itu di meja makan...

"Varo kenapa bang?" Tanya Aulia pada Albara.

"Aku juga gak tau bun." Setelah itu hening tak ada pembicaraan lain sampai Amora turun dengan membawa tas di pundaknya.

"Ayo bang, nanti Mora telat. Ayah, bunda, adek berangkat dulu ya." Amora pun berangkat setelah mencium tangan kedua orang tuanya.

Di perjalanan...

"Dek kamu ada masalah sama Varo?" Tanya Albara penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi? Fikirnya. Namun, Amora hanya menggelengkan kepala dan berkata..

"Enggak ko, kita baik-baik aja. Mungkin bang Varo emang lagi ada urusan jadi gak bisa berangkat bareng Mora." Mendengar itu Albara hanya mengangguk walaupun masih ada keraguan di hatinya. Tak ada lagi percakapan di antara keduanya hingga sampailah mereka di depan pintu gerbang sekolah Amora.

"Bang makasih ya udah nganterin aku." Albara mengangguk dan tersenyum.

"Sekolah yang bener." Kata Albara sambil mengusak puncak kepala adik kesayangannya itu. Setelahnya Amora masuk ke dalam sekolah dan Albara pun melenggang pergi mengemudikan mobilnya menuju kampus.

Baru beberapa langkah dari gerbang, Amora di kagetkan dengan seseorang yang  tiba-tiba muncul di hadapannya dan menghalangi jalannya.

"Aaaaa!! Eh Kak Dejun lo ngagetin aja, ada apa?? Gue gak kesiangan yah." cebik Amora.

"Ya lo emang gak kesiangan, tapi lo gak pake dasi. So, lo harus dapet hukuman karena melanggar tata tertib sekolah." Amora membelalakan kedua matanya dan setelah itu menepuk jidatnya. Bisa-bisanya dia lupa memakai dasi. Melihat itu Dejun tersenyum miring dan mulai memikirkan hukuman apa yang harus dia beri pada Amora.

"Jadi apa hukumannya?? Buruan!! Awas kalo yang macem-macem!" Amora merenggut kesal melihat senyuman di wajah tampan Dejun yang menurutnya sangat menyebalkan.

"Lo harus bersihin perpustakaan selama satu minggu dan ya, gak ada penolakan." Setelah mengatakan itu Dejun melangkah pergi meninggalkan Amora masih dengan senyuman yang tak luntur sedikitpun di wajah tampannya itu. Sementara di sisi lain Amora menganga tak percaya dengan apa yang di ucapkan Dejun barusan. Apa dia bilang?? Membersihkan perpustakaan? Selama satu minggu? Yang benar saja. Biasanya juga murid yang tidak memakai atribut lengkap hanya di suruh keliling lapangan sebanyak lima putaran, Ko dia bersihin perpus sih? Mana satu minggu lagi.

"Arghhh!! KETUA OSIS GILA!!! AWAS LO YA!!" Amora berteriak sekeras-kerasnya tanpa menghiraukan tatapan aneh dari semua murid yang mendengar teriakan itu.

Hari ini mood Amora yang awalnya baik berubah menjadi buruk seburuk-buruknya. Bagaimana tidak, Dejun tidak hanya menyuruh Amora untuk membersihkan saja, tapi juga menyuruh Amora menyusun buku-buku baru dan Amora harus menyusun buku itu dengan kode yang sama. Yang benar saja, Buku-buku baru yang tiba hari ini itu banyak sekali, bisa² Amora pingsan menyusun buku sebanyak itu.

"Ketos gila." Gerutunya

"Gue bisa denger ya." Mendengar suara itu Amora terlonjak kaget, pasalnya ia tak tau sejak kapan Dejun berdiri disana.

Dejun menghampiri Amora yang sedang menyusun buku-buku di rak. Dejun tersenyum melihat Amora yang misuh-misuh sendiri.

"Ngapain senyum-senyum? Bantuin kek! Malah senyum kayak orang gila huh," Lagi lagi Amora menggerutu sendiri yang mana membuat Dejun semakin mengembangkan senyumannya.

"Kalo di bantuin namanya bukan hukuman."

"Ya lo liat ini buku segini banyak mana bisa gue beresin sendiri kak! Gila ya lo."
Dejun tertawa mendengar itu sedangkan Amora memutar bola matanya dan mencebik ke arah Dejun.

"Yaudah gue bantuin." Final Dejun. Ia tidak tega juga membiarkan Amora menata tumpukan buku itu sendirian. Tanpa mereka sadari ada seorang perempuan yang merenggut kesal melihat interaksi keduanya.

"Berani-beranjnya lo deketin Dejun sialan." Gumam perempuan itu. Setelahnya ia melenggang pergi meninggalkan dua orang yang berada di perpustakaan itu dengan wajah yang merah padam menahan amarah.

✧༺Amora༻✧

Ayo tebak,, Kira-kira siapa perempuan yang melihat dejun dan Amora dari balik pintu perpustakaan?
Makin kesini konfliknya makin banyak ya, dan ceritanya juga makin seru. Menurut kalian Mora lebih cocok sama deza apa dejun? jawab yah😅

Amora [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang