Hari demi hari telah berlalu dan ntah mengapa Deza merasa kalau Amora seperti memberi jarak padanya. Bisa di katakan akhir-akhir ini Amora menjauhinya. Ahh Deza tau, pasti penyebabnya adalah Alvaro. Apa mungkin Alvaro memberi tahu pada Amora bagaimana sifat Deza sebenarnya? Kalo itu memang benar terjadi, Deza tidak bisa tinggal diam, dia harus bertindak cepat sebelum Amora makin menjauh dan itu akan menggagalkan usahanya selama ini.
Deza berjalan santai di sepanjang koridor, tujuannya saat ini adalah kelas Amora. Setelah sampai di depan kelas Amora, Deza langsung saja menyapu pandangannya ke seluruh sudut ruangan kelas Amora, tapi nihil Amora dkk tidak ada disana. Sekarang tujuan Deza selanjutnya adalah kantin. Mungkin Amora ada disana pikirnya. Namun sayang, Amora dkk juga tidak ada disana.
Deza mengacak rambutnya frustasi, harus kemana lagi kira-kira Deza mencari Amora. Saat hendak berbalik menuju kelasnya, tak sengaja manik hitam Deza melihat seseorang yang ia cari sedang berjalan bersama seorang pria. Ahh Deza ingat, itu Dejun Si ketua OSIS. Tapi mengapa mereka terlihat sangat akrab? Setau Deza, Amora tidak terlalu menyukai pria itu, kenapa sekarang terlihat sangat akrab?
Deza berjalan menghampiri keduanya. Keduanya nampak terkejut saat melihat Deza yang sudah berdiri tepat di hadapan mereka.
"E-eh K-kak Deza," Ntah mengapa Amora tampak takut melihat aura wajah Deza saat ini.
"Kamu kenapa ngehindarin aku? Dan, kenapa kmu jalan sama dia? Ada hubungan apa kalian berdua? Kamu selingkuh?" tanya Deza bertubi-tubi.
"S-siapa juga yang hindarin kamu? Dan, siapa juga yang selingkuh? Nggak yah," Ucap Amora.
"Jelas banget akhir-akhir ini kamu hindarin aku Ra, apa karena dia?" Tuduh Deza sambil menunjuk tepat di depan wajah Dejun. Dejun yang notabenenya memang tidak suka pada Deza hanya berdecih.
"Cih, Emang kenapa kalo Mora jalan bareng gua? masalah?"
"Jelas masalah lah njing!! Mora itu cewek gua! jauh-jauh lo dari dia!" Sarkas Deza.
"Tapi gua gak peduli gimana dong?" Perkataan Dejun sontak membuat Deza terbakar oleh api amarah dan satu pukulan pun di layangkan oleh Deza tepat mengenai wajah tampan Dejun hingga sudut bibirnya sedikit sobek dan mengeluarkan darah.
Amora yang melihat itu jelas saja terkejut. Apa-apaan Deza ini? Apakah pantas melakukan kekerasan di lingkungan sekolah? Amora tidak habis pikir.
"Udah gua bilang Amora itu cewek gua sat!! Gausah deket-deket sama dia!" Deza menarik secara kasar pergelangan tangan Amora agar menjauh dari Dejun.
"Aww sakit kak," Amora meringis merasakan pergelangan tangannya yang terasa perih akibat tarikan yang di lakukan Deza saat ini tidak main-main.
"Jangan kasar-kasar sama cewek!" Dejun hendak mengambil alih tangan Amora tapi langsung di tepis secara kasar oleh Deza.
"Jangan sentuh-sentuh dia cewek gua!!" Setelah mengatakan itu Deza berlalu pergi masih dengan pergelangan tangan Amora yang di tarik secara kasar olehnya.
Tujuannya saat ini adalah rooftop.
Sesampainya di rooftop, Amora langsung saja menepis tangannya dari cengkraman Deza.
"Apaan sih kak? Kenapa harus narik aku segala?" Tanya Amora sambil sesekali mengusap pergelangan tangannya yg memerah akibat ulah Deza.
"Apa kamu bilang?! Kamu ngehindarin aku selama hampir satu minggu dan apa yang tadi aku liat? Kamu jalan sama Dejun? sejak kapan kamu deket sama dia? JAWAB!!" Amora yang mendengar bentakan itu hanya menunduk ketakutan. Sudah di bilang kan, kalo Amora tuh paling gak bisa di bentak. Tanpa Deza sadari Amora sudah meneteskan airmata nya yang langsung di usap secara kasar oleh sang empunya.
Deza yang melihat itupun menghela nafasnya, secara tidak sadar dia sudah membentak kekasihnya itu. Deza melangkah maju, tangannya hendak mengusap lelehan air mata yang masih mengalir di pipi Amora, tapi tanpa di duga tangannya langsung di tepis secara kasar oleh Amora. Beberapa detik setelahnya Amora berlari meninggalkan Deza.
"Ck, sialan!" Deza pun pergi dari rooftop. Ntah mengapa ia sangat tidak suka saat melihat Amora berjalan bersama pria lain. Apakah ia mulai jatuh cinta pada Amora?? tidak tidak, itu tidak mungkin.
Amora berlari menuju kelasnya masih dengan air mata yang mengalir dari manik indahnya. Sesampainya di kelas, Amora langsung saja duduk di kursinya dan menangis sejadi-jadinya sambil menelusup kan kepalanya di antara lipatan tangan. Ketiga sahabat Amora yang melihat itu sontak terkejut dan langsung saja menghampirinya.
"Ra lo kenapa? Kenapa nangis?" Tanya putri. Terlihat jelas sekali raut kekhawatiran dari ketiga sahabatnya itu, terutama Putri.
"Lo kenapa? Cerita sama kita." Ucap Sisil. Namun Amora hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Karena Deza?" Mendengar nama Deza di sebut tangisan Amora semakin menjadi-jadi. Untung saja keadaan kelas cukup sepi karena masih jam istirahat.
Melihat reaksi Amora seketika ketiganya saling pandang dan mengangguk, mereka yakin ini semua pasti karena Deza.
BRAK!!
"Lo di apain Ra? Bilang sama gue!! Biar gue tonjok tu orang!!" Putri nampak tersulut emosi sampai-sampai menggebrak meja yang menimbulkan kekagetan semua siswa/i yang ada di kelas.
"Anjing!! Gausah gebrak meja juga kali!" Ucap Tifani kaget.
"Gue emosi anjirr pokoknya gue harus samperin tu curut satu, berani banget dia bikin sodara gw nangis kek orang kesetanan."
'Fyi Putri sama Amora tuh sodaraan karena Ayah Amora dan Mamah Putri itu Adik Kakak.'
"Jangannn! " Kata Amora. Tapi sayang, Putri seolah menulikan pendengarannya dan langsung saja pergi keluar kelas. Tujuannya saat ini adalah kelas 12 IPA kelasnya Deza.
BRAK!!
Pintu kelas di tendang secara kasar, siapa lagi pelakunya kalo bukan Putri.
"MANA DEZA?!" Teriak Putri.
"Gaada sopan-sopannya lo jadi adik kelas, dasar caper." Ucap salah satu perempuan yang tengah berkumpul dengan teman-temannya itu. Dia Giselle salah satu senior yang bisa di bilang cukup populer di sekolah karena terkenal dengan kekayaan dan juga kesombongannya. Jangan lupa, dia juga merupakan salah satu orang yang sering kali membuly orang-orang yang menurutnya rendah.
"Gue gak ngomong sama lo ya nenek lampir." Ketus Putri. Giselle yang mendengar itu sontak menatap tajam adik kelasnya itu. Iya berdiri dan hendak melangkah menghampiri adik kelasnya itu tapi iya urungkan karena kehadiran Deza. Ia tak mau dinilai buruk di mata Deza. Karena ia sudah menyukai Deza dari awal Deza pindah ke sekolah ini. Tapi Deza tidak pernah meresponnya sama sekali.
"Ada apa?" Tanya Deza saat melihat sahabat kekasihnya itu ada di kelasnya. Putri membalikkan badan menghadap Deza.
"Apa maksud lo bikin Amora nangis?" Satu pertanyaan yang mampu membuat Deza menukikan alisnya tidak mengerti, tapi setelahnya raut wajah Deza kembali menjadi datar saat mengingat kejadian tadi.
"Tanya aja sama orangnya langsung." Ucap Deza acuh. Sementara itu Putri mengeryitkan dahinya bingung.
"Maksud lo apa sih kak? Lo sendiri yang udah bikin Mora nangis. Kenapa gue harus tanya sama Mora?!" Deza nampak menghela nafasnya dan berkata,,
"Dia selingkuhin gue." Setelah mengatakan itu Deza melangkah pergi meninggalkan kelasnya.
✧༺Amora༻✧
Stay tuned for Amora's story until the end, okay?
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora [End]
Teen FictionAmora Putri Devano. Seorang remaja berusia 17 tahun yang dengan berat hati harus merelakan masa mudanya demi menanggung kesalahan di masalalu yang berimbas pada kehidupannya di masa depan. Ia tidak mengerti mengapa takdir mempermainkan nya seperti...