Hari semakin sore, bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Seluruh siswa siswi SMA Negeri 1 Bandung berhamburan keluar dari kelas masing-masing.
Amora dkk berjalan beriringan keluar dari kelas mereka.
"Ra, Put, Sil, nanti malem nonton yuk bosen di rumah terus huftt~" Ajak Tifani pada tiga sahabatnya.
"Eumm kayaknya gue gak bisa deh, soalnya Bang Bara sama ayah gak akan ngizinin gue keluar malem-malem." Ucap Amora dengan suara memelas.
"Yahh gak asik ah lo Raa, kalo kalian gimana Sil, Put?"
"Kalo gue sih ikut aja, ya gak Put?" Tanya Sisil pada Putri.
"Iya gue mah fine-fine aja."
"Tapi gue juga kan pengen ikuttt huee~" Rengek Amora pada ketiga sahabatnya.
Mereka pun berfikir bagaimana cara agar Amora bisa keluar nanti malam.
"Aaa gue ada ide!" Putri.
"Gimana??" Tanya Tifani, Amora, dan Sisil secara bersamaan.
"Gimana kalo kita nanti malam jemput mora ke rumahnya minta izi-"
"EH LO GILA YA!! YANG ADA GUE KENA MARAH SAMA BANG BARA!!"
"Elahh belum juga selesai gue ngomong Ra_-" Putri berbicara sambil memutar bola matanya malas.
"Hehe maaf putt," Ucap Mora dengan tampang tidak berdosa. _-
"Yaudah gimana jadinya?!" Tanya Tifani mulai jengah dengan kelakuan Amora dan Putri.
"Yaudah biasa aja gausah ngegas dong!" Ntah kenapa Putri ikutan kesel.
"-_-"
"Jadi gini, kita jemput Mora ke rumahnya, minta izin ke ayah sama abangnya Mora kalo kita ada kerja kelompok di luar gitu."
"Hmm not good. Boleh juga tuh, tapi kalo gagal gimana?" Tanya Amora sambil mempoutkan bibirnya.
"Yaudah sih Raa kita coba aja dulu."
"Yaudah deh."
Setelah perdebatan itu merekapun berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing.
.
."Ayah, bunda, Mora pulang!" Ucapnya.
Sepi, tidak ada satu orang pun di rumah.
"Anjir pada kemana sih? Masa gue di tinggal sendiri di rumah? Huftt," Amora berjalan menuju kamar dengan kaki di hentakan.
Amora merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa berganti pakaian terlebih dahulu. Sungguh, ia sangat lelah hari ini. Tiba-tiba Amora teringat sesuatu. Langsung saja ia bangkit dari tidurnya untuk mengambil ponselnya yang ada di atas nakas.
Tutt tutt
"Halo Ra, ada apa?"
"Put lo yakin rencana nanti malem bakal berhasil? Gue takut rencananya gagal. Gue gausah ikut gak papa kan?" Tanya Amora.
"Heh! Enak aja gak ikut. Ikut lah! Gue yakin rencananya pasti berhasil kok, lo gausah khawatir." Ucap Putri di sebrang sana.
"Tapi gue gak yakin sumpah,"
"Percaya aja udah sama gue."
"Yaudah deh, jangan terlalu malam ya."
"Iya iyaaa,"
"Oke deh gue tutup telponnya, bye."
Tutt
Belum sempat Putri menjawabnya tapi Amora sudah mematikan telponnya secara sepihak.
"Huftt, semoga rencana mereka berhasil deh. Gue gabut kalo di rumah terus," Gumamnya.
✧༺Amora༻✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora [End]
Teen FictionAmora Putri Devano. Seorang remaja berusia 17 tahun yang dengan berat hati harus merelakan masa mudanya demi menanggung kesalahan di masalalu yang berimbas pada kehidupannya di masa depan. Ia tidak mengerti mengapa takdir mempermainkan nya seperti...