Rosie's Point of View
"Camille adikku sayang!" seruku sambil memasukki kamarku. Camille sedang berada di kamarku sambil menonton tv kecil di kamarku.
"Hi, Rose. Apa kau membawa cokelat?"tanya Camille sambil berlari menghampiriku.
Aku merogoh tasku dan mencari sebuah cokelat batangan yang sempat aku beli bersama Zayn tadi. Aku tidak memiliki firasat atau apapun kalau Cam akan meminta cokelat. Aku hanya ingin cokelat. Dan sekarang aku harus melepasnya untuk Cam.
"Thank you, Rose! You're the best!"ujar Camille lalu mencium pipiku cepat.
"Kemana Mom?"tanyaku sambil melepas jaket jeans yang ku pakai dan melampirkannya di kursi.
"Aku tidak tahu. Dia belum pulang seharian,"ujar Cam acuh sambil memakan cokelatnya. Pandangannya tak teralihkan dari kartun Adventure Time yang ada di tv.
"Jadi kau daritadi sendirian di rumah, Cam?"
"Ya, aku sudah biasa. Lagipula, ada Adventure Time sekarang! Ssh, Rose, jangan menggangguku ya?"pinta Cam. Aku terkekeh, mencubit pipinya lalu pergi mandi.
***
"Mom, aku akan pulang malam hari ini. Apa kau bisa pulang cepat? Semalam aku pulang dan Camille sendirian. Aku takut dia kenapa-napa,"ujarku sambil mengoleskan selai kacang ke lembaran rotiku.
"Aku tidak bekerja hari ini dear. Julia sedang menguji karyawan baru dan ibu di bolehkan untuk tidak masuk sampai dua hari kedepan karena training dilakukan selama tiga hari. Anyway, kau akan pergi dengan siapa?"tanya ibu.
"Dengan Jade. Juga Zayn dan kekasihnya Jade, Niall."ujarku.
"Siapa itu, Zayn dan Niall?"tanya ibuku.
"Temanku."
"Kalau temanmu yang kau bilang Niall itu kekasihnya Jade.. berarti Zayn kekasihmu ya?"tanya ibuku jahil. Ia menaikkan kedua alisnya seperti menggodaku.
Aku mengerang. "Mom, Zayn hanya temanku. Aku diajak pergi karena dia bingung ingin mengajak siapa."
"Still, dia mengajakmu. Jadi kau ini teman kencannya." ibu terkekeh. "Okay, Rose. Kau boleh pergi. Jangan pulang lebih dari jam 11 ya? Mom tidak mau kau kenapa-napa,"ujar ibuku dengan lembut.
"Will do, mom! Aku berangkat dulu!"seruku sebelum memasukan roti ke mulutku dan melenggang pergi.
***
Zayn's Point of View
"Bradford bad boi!"seru seseorang di belakangku. Aku menoleh dan melihat Niall yang sedang berjalan menghampiriku.
"Hey, Ni,"sapaku ketika Niall sudah berjalan di sebelahku.
"Hello too Z. Bagaimana nanti malam? Jadi kan? Rosie sudah mau kan?"tanya Niall bertubi-tubi.
"Jadi. Rosie sudah mau. Kemarin aku mengajaknya membeli dress lho,"ujarku.
"Seperti apa dressnya?"tanya Niall penasaran. Aku menoyor kepalanya, "Yee! Mau tahu saja!"
Dasar Niall.
Kami berdua tertawa. Sampai tiba-tiba Niall berhenti berjalan dan memegang pundakku. Membuatku kaget dan otomatis aku juga berhenti.
"Apa sih Ni?!"
"Lihat itu di depan ada siapa?"ujar Niall.
Aku melihat ke depan, tapi tidak ada siapa-siapa. Maksudku, memang daritadi banyak orang kan. "Tidak ada siapa-siapa."
"Kau sungguh buta, mate. Lihat itu siapa yang sedang berbicara bersama Liam dan memakai pakaian serba putih?"tanya Niall.
Aku memincingkan mata untuk memperjelas pengelihatanku. Dan benar saja, ada Rosie di sana sedang berbincang serius bersama Liam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion // z.m [EDITING]
SonstigesThere are times when we have to stop lying to ourself. No matter how we try to continue to lie, lie it will be seen by itself, without us knowing.